KISAH PENDAKI GUNUNG

Kisah Pendaki Hilang di Gunung Maras, Ini Pantangan hingga Kisah Mistis Bukit di Bangka Itu

Hal-hal mistis Bukit Maras pun kembali dibahas, mulai dari pantangan hingga kepercayaan warga sekitar tentang keangkerannya.

Ist/ Basarnas Babel
M Hermansyah Putra korban yang hilang di Gunung Maras ditemukan Tim SAR Gabungan saat mendaki Gunung Maras, Riausilip, Bangka, Senin (7/9/2020) 

"Kami stop tinggal disini kalau ada yang membawa barang larangan adat sering terjadi kerasukan, tertawa sendiri dan menangis. Dan juga kalau wanita datang bulan yang pengen naik kami sediakan gelang resam karena wanita datang bulan sangat rentan," ungkapnya.

Selain pendaki lokal, Bukit Maras ini juga kerap dikunjungi oleh wisudawan atau pendaki internasional.

Seperti dari india, Yunani, dan Jepang, mereka ke sini dengan tujuan meneliti kupu-kupu dan melakukan penelitian lainnya.

"Ada juga pendaki dari luar negeri pernah kesini dari India, Yunani dan Jepang yang sempat meneliti kupu-kupu," katanya.

Sementara itu para pendaki dari luar Pulau Bangka juga kerap datang untuk sekedar mendaki Bukit ini, seperti dari daerah lain paling banyak dari Jawa Tengah dan Bekasi.

"Kami juga menyediakan pemandu untuk menunjukan arah mereka, kadang kami juga menawarkan barang bawaan mereka sampai ke atas," tutupnya.

Misteri Naga dan Atok Putih

Di Bukit Maras tersimpan keindahan alam yang cukup menyita perhatian.

Selain hutan yang terjaga, di lembahnya terdapat beberapa lokasi air terjun.

Kepala Desa Berbura tahun 2016, Asmiati mengatakan pengunjung banyak yang tidak mentaati aturan adat Desa Berbura.

"Misalnya, kalau cewek yang sedang kena men (menstruasi, datang bulan) sebaiknya menunda dulu untuk tidak masuk ke lokasi air terjun atau naik ke bukit, terkecuali memang mendesak harus naik karena kepentingan kerja atau studi, itu nggak apa-apa, tapi kalau nggak mendesak lebih baik jangan naik dulu lah," kisah Kades Berbura Asmiati kepada bangkapos.com, Selasa (10/5/2016).

Dikatakan Asmiati, wanita yang sedang datang bulan, secara adat memang dari dulu tidak diperbolehkan masuk ke Maras.

"Sebenarnya itu pantangan, karena orang yang sedang haid kan badannya kotor, itu nggak boleh masuk ke sana, kalau hanya sekedar mau main, tapi kalau mendesak karena urusan kerja dan studi, insyaallah nggak apa-apa," jelasnya.

Asmiati mengungkapkan, berbuat tidak senonoh, berkata kotor, mesum di saat masuk dan berada dalam lingkungan Bukit Maras, adalah pantangan yang sering dilanggar pengunjung, terutama anak-anak muda.

Sebenarnya, pantangan itu ada benarnya kalau ditaati, tujuannya untuk menjaga local wisdom (kelestarian lokal) di hutan tersebut.

Sumber: Bangka Pos
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved