Sinyal Kuat Resesi Indonesia, Beban APBN Luar Biasa Berat, Utang Banyak Devisit Melebar

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali memberi sinyal pertumbuhan ekonomi akan minus di kuartal III mendatang

Kontan
Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kemenkeu memberi sinyal pertumbuhan ekonomi Indonesia akan minus di kuartal III mendatang 

Adapun keseluruhan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun akan berada di kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.

Sebelumnya, proyeksi Sri Mulyani berada di kisaran minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.

BERCERMIN KE CHINA, RI Dalam Bayang-bayang Resesi Ekonomi? Kuartal III Pertumbuhan Diprediksi Minus

"Kementerian Keuangan merevisi forecast untuk September, sebelumnya untuk tahun ini minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.

Forecast terbaru September untuk 2020 di minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa secara virtual, Selasa (22/9/2020).

Dengan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cenderung negatif pada akhir tahun, Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi juga bakal negatif pada kuartal III dan IV.

Ilustrasi resesi ekonomi
Ilustrasi resesi ekonomi (kompas.com)

Sebelumnya, Sri Mulyani selalu optimistis pada kuartal IV perekonomian masih bisa tumbuh positif.

Meski demikian, pemerintah masih mengupayakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV mendatang bisa mendekati 0.

Utang Menggunung

Realisasi utang pemerintah untuk membiayai anggaran hingga akhir Agustus 2020 telah mencapai Rp 693,6 triliun.

Bendahara Negara menjelaskan, jumlah tersebut setara dengan 57,2 persen dari perkiraan yang dicantumkan dalam Perpres Nomor 72 tahun 2020 yang mencapai Rp 1.220,5 triliun.

Ditemukan Surat Bersejarah, Berisi Utang Negara ke Warga OKI Dimasa Agresi Militer Tahun 1947

Sedangkan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 285,1 triliun, utang yang ditarik pemerintah meningkat 143,3 persen.

"Beban APBN kita luar biasa berat, dan ini terlihat dari sisi pembiayaan," ujar Sri Mulyani ketika memberikan keterangan dalam APBN KiTa, Selasa (22/9/2020).

Secara lebih rinci Sri Mulyani menjelaskan, utang tersebut sebagian besar berupa penerbitan SBN yang mencapai Rp 671,6 triliun atau 57,2 persen dari rencana penerbitan SBN tahun ini yang mencapai Rp 1.173,7 triliun.

Peningkatan nilai penerbitan SBN tersebut mencapai 131 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp 290,7 triliun.

Menko Luhut Pandjaitan Sudah Tak Sabar Hadapi Debat dengan Rizal Ramli soal Utang Negara

Adapun lainnya berupa pinjaman sebesar Rp 22 triliun.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved