Kesaksian Chaterine, Begini Detik-detik Penembakan Ayahnya Jenderal DI Panjaitan oleh Tjakrabirawa
DI Panjaitan merupakan salah satu dari tujuh perwira TNI yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan Gerakan 30 September 1965 atau G30S
TRIBUNBATAM.id - Iringan truk bermuatan sejumlah orang berseragam prajurit Tjakrabirawa bersenjatakan laras panjang membela gelapnya kota Jakarta.
Waktu menunjukan pukul 15.00 WIB, atau jam 3 pagi dini hari ketika iring-iringan truk keluar markas menuju lokasi yang sudah ditentukan.
Beberapa rombongan pasukan berseragam Tjakbirawa tersebut berhenti di depan rumah Donald Isaac Panjaitan atau DI Panjaitan.
DI Panjaitan merupakan salah satu dari tujuh perwira TNI yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan Gerakan 30 September 1965 atau G30S.
Menjelang subuh, DI Panjaitan ditembak oleh PKI di rumahnya sendiri.
Penembakan itu bahkan disaksikan oleh keluarga sang jenderal.
DI Panjaitan dibunuh pada 1 Oktober 1965.

Sang putri bernama Catherine Panjaitan menjadi saksi mata. Ia melihat sendiri penembakan ayahnya.
Dikutip dari berbagai sumber, arsip berita Tribunnews.com dan kanal Youtube iNews Talkshow & Magazine, Catherine mengatakan, antek PKI datang ke rumahnya saat pagi hari tanggal 1 Oktober 1965.
Catherine ketika itu terbangun sekitar pukul 4.00 WIB.
"Banyak suara sepatu boots," terangnya.
Saat melihat ke luar jendela dari kamarnya di lantai dua, Catherine melihat puluhan orang berseragam tentara telah mengepung rumahnya.
"Mula-mula mereka datang dengan cara mengepung rumah, di depan beberapa truk dan lewat belakang beberapa truk. Kita terbangun karena mereka ribut," imbuhnya.
"Mereka teriak-teriak 'Bapak Jenderal..Bapak Jenderal'," sambungnya.
Catherine menyatakan, saat itu mereka memaksa masuk ke rumah dan menembak pembantu serta pamannya yang berada di lantai dasar.
"Saya sibuk telepon tapi ya jaman dulu kan paralel itu di bawah dan di atas, mereka menggunting jadi kan enggak bisa cari bantuan," tegasnya.