Bangunkan Ayah saat G30S/PKI, Begini Keseharian Eddy, Putra Jenderal Ahmad Yani
Anak ke-8 Jenderal Ahmad Yani ini lah yang membangunkan sang ayah saat pasukan TJakrabirawa menyerbu rumahnya.
Rumah yang berhadapan dengan kediamannya dulu saat penembakan ayahnya.
"Setelah peresmian di tahun 1966 (Museum Sasmita Loka Achmad Yani), ibu gak mau jauh-jauh dari rumah ini dan selalu ke sini. Jadi, ambil rumah di depan. Kita dari tahun 1966-1991 tinggal di situ, sampai almarhumah enggak ada. Tapi saya ke sini selalu nyaman," ungkapnya.
Mulai menetap dan tak berpindah, Eddy dan saudara kandung lainnya mulai beraktivitas seperti biasa.
Mereka tak lagi home schooling dan mengikuti pelajaran di sekolah umum.
Sayangnya, penjagaan pengawal tetap dilakukan demi keamanan mereka.
Hingga akhirnya selepas Sekolah Menengah Pertama (SMP), Eddy tak lagi mendapat pengawalan dari personel TNI.
"Pergi sekolah diantar sampai dalam sama pengawal. Pulang sekolah dijemput sama pengawal di kelas. Jadi benar-benar dikawal dan saya tidak main walaupun sudah sekolah umum. Saya saat itu enggak nyaman lah ya, karena mikir akan ada apa ya sampai dijaga (dikawal) seperti ini. Tapi lepas SMP sudah enggak ada pengawal," jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, trauma yang ada juga kian berkurang. Eddy mulai berbesar hati bila menjawab sejumlah pertanyaan perihal kejadian kelam tersebut.
Walaupun sesekali air matanya menetes bila mengingat pasukan Tjakrabirawa menembak sang ayah di hadapannya.
Biodata Jenderal Ahmad Yani
Ahmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 di Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya bernama M Wongsorejo dan ibunya, Murtini
Keluarga Ahmad Yani diketahui bekerja di pabrik gula Belanda dan pindah ke Batavia pada 1927
Dilansir dari artikel Tribun Video berjudul: Profil Jendral Ahmad Yani, Ahmad Yani bekerja sembari menempuh pendidikan di MULO (setara SMP) kelas B Afd. Bogor. Ahmad Yani berhasil lulus pada 1938.
Ahmad Yani kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke AMS (setara SMA) bagian B. Afd. Jakarta.
Namun Ahmad Yani tidak menyelesaikan pendidikannya karena pemerintah Hindia Belanda kala itu mewajibkan pendidikan militer.