TRIBUN WIKI

Penyebab dan Gejala Herniasi Otak, Ketika Jaringan Bergeser dari Posisi Normal, Apa Bahayanya?

Herniasi otak merupakan istilah yang digunakan saat bergesernya sebagian jaringan otak dari posisi normal.

freepik.com
HERNIASI OTAK - Herniasi Otak ditandani dengan membengkaknya otak karena adanya jaringan yang bergeser. FOTO: ILUSTRASI. 

Editor: Widi Wahyuning Tyas

TRIBUNBATAM.id - Otak menjadi salah satu organ paling vital dalam tubuh manusia.

Organ ini menjadi pusat kontrol seluruh jaringan tubuh yang tersusun dari miliaran sel saraf.

Dengan susunan yang sangat kompleks, otak berpotensi terserang penyakit dalam kondisi tertentu.

Ada banyak jenis penyakit yang mengancam kesehatan otak.

Salah satunya adalah herniasi otak.

Herniasi otak merupakan istilah yang digunakan saat bergesernya sebagian jaringan otak dari posisi normal.

Kondisi tersebut mengakibatkan jaringan otak bergeser melewati celah di tulang tengkorak, baik celah terbentuk secara alami  maupun akibat operasi di kepala.

Kondisi ini sangat berbahaya dan mengancam jiwa.

Oleh karena itu harus segera mendapatkan penanganan medis.

Tipe herniasi otak

Herniasi otak dapat dibagi menjadi beberapa tipe berikut:

- Subfalcine

Pada tipe herniasi otak yang paling umum ini, jaringan otak bergeser ke bawah falx cerebri, yakni membran yang ada di
tengah otak.

Jaring tersebut kemudian terdorong ke sisi sebelahnya.

- Transtentorial herniation

Tipe ini dibagi menjadi dua jenis lagi yang meliputi Descending transtentorial atau uncal herniation dan Ascending transtentorial herniation.

Pada descending transtentorial, uncus atau bagian dari lobus temporal otak bergeser ke bawah, yakni ke area posterior fossa.

Tipe ini merupakan jenis herniasi otak kedua yang paling umum terjadi setelah subfalcine.

Kemudian pada jenis Ascending transtentorial herniation, cerebellum atau otak kecil dan batang otak bergeser ke atas melewati membran tentorium cerebelli.

- Cerebellar tonsillar herniation

Suatu bagian otak bernama cerebella tonsil bergeser ke bawah melalui foramen magnum, yakni celah di tengkorak dimana sumsum tulang belakang terhubung ke otak

Penyebab

 

Herniasi otak disebabkan oleh pembengkakan otak.

Pembengkakan tersebut menekan dan menggeser jaringan otak dari posisi
normalnya.

Herniasi otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi, seperti:

- Cedera kepala.

- Perdarahan di otak.

- Stroke.

- Tumor otak.

- Abses (kumpulan nanah) di otak, akibat infeksi bakteri atau
jamur.

- Hidrosefalus (penumpukan cairan dalam otak).

- Prosedur bedah otak.

- Kelainan pada struktur otak yang disebut malformasi Chiari.

- Penyakit pembuluh darah, seperti aneurisma otak

Gejala

Herniasi otak adalah kondisi yang sangat berbahaya bila tidak segera ditangani.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui gejala penyakit ini, di antaranya:

- Pingsan.

- Pusing.

- Sakit kepala.

- Sulit berkonsentrasi.

- Tekanan darah tinggi.

- Tubuh terasa lemah.

- Denyut nadi tidak beraturan.

- Kejang.

- Kehilangan refleks tubuh.

- Hilangnya refleks batang otak, seperti respons pupil terhadap cahaya dan kedipan mata.

- Henti jantung.

- Henti napas. 

Pengobatan

Herniasi otak termasuk kondisi gawat darurat yang memerlukan penanganan medis secepat mungkin.

Karena itu, penderita harus dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

Secara medis, penanganan herniasi otak umumnya meliputi:

- Pemasangan selang penyedot (drain) untuk mengeluarkan cairan serebrospinal yang berlebih di otak.

- Pemberian obat untuk mengurangi pembengkakan pada otak, seperti manitol, cairan saline, maupun diuretik.

- Pemasangan alat bantu napas. Tujuannya adalah meningkatkan laju napas penderita, sehingga menurunkan jumlah karbondioksida dalam darahnya.

- Pengambilan sampel darah atau bekuan darah juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan di kepala dan memicu herniasi otak.

- Pengangkatan sebagian komponen tulang tengkorak guna memberikan ruang yang lebih besar untuk otak yang membengkak.

- Herniasi otak dapat dicegah dengan segera menangani kondisi peningkatan tekanan di dalam kepala.

Untuk mengetahui kondisi ini, Anda perlu menjalani pemeriksaan medis.

Oleh karena itu, Anda sebaiknya melakukan medical check-up secara berkala, terutama bila merasakan gejala yang  mencurigakan. 

Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved