Siapa Wanita Berdarah Batak Boru Hutabarat yang Jadi Hakim di Amerika? Begini Kisahnya
Marissa Hutabarat berhasil membanggakan Diaspora Indonesia dengan keberhasilannya menjadi hakim di New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat.
TRIBUNBATAM.id - Marissa Hutabarat berhasil membanggakan Diaspora Indonesia dengan keberhasilannya menjadi hakim di New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat.
Perempuan berdarah Batak resmi menjadi hakim, sejak Agustus 2020 lalu.
Menjabat sebagai hakim perdata, merupakan salah satu mimpi Marissa yang menjadi nyata.
"Menjadi hakim adalah impian saya sejak sekolah hukum," ujar Marissa kepada Tribun, Senin (5/10/2020).
Marissa memiliki marga Batak dari sang ayah. Ia dibesarkan oleh opung (neneknya) sejak berusia
sembilan bulan.
Budaya batak mengajarkan Marissa betapa pentingnya berdedikasi untuk keluarga.Seperti apa ceritanya?
Berikut wawancara eksklusif Tribun Network bersama Marissa Hutabarat:
Bagaimana perasaan Anda setelah terpilih sebagai Hakim atau Anda menyebutnya, "People's
Judge"?
Saya merasa tersanjung. Masyarakat di New Orleansmempercayakan saya untuk melayani sebagai hakim di Pengadilan Kota Pertama.
Saya berkomitmen untuk menjadi hakim yang mendengarkan suara masyarakat dari seluruh lapisan yang datang ke pengadilan dengan belas kasih, bermartabat, dan hormat.
Saya siap bekerja tanpa lelah untuk melayani masyarakat dengan baik dan membuat mereka bangga
atas pilihannya.
Slogan Anda adalah "People's Judge", apa maknanya?
Pengadilan Kota Pertama itu sering disebut sebagai "Pengadilan Rakyat", karena banyak orang datang
ke pengadilan untuk merepresentasikan diri mereka sendiri.
Banyak orang yang terdampak dari putusan pengadilan ini, yang banyak menangani masalah yang dekat dengan mereka, termasuk penggusuran.
Ruang pengadilan bisa saja menjadi tempat yang sangat mengintimidasi.
Penting bagi mereka yang hadir ke pengadilan untuk merasa suaranya akan didengar oleh hakim yang
adil.
Visi saya adalah untuk memastikan bahwa pengadilan ini memiliki seorang hakim yang adil dan
menghargai setiap orang dari semua lapisan masyarakat.
Saya berkomitmen untuk menjadi hakim rakyat. Karena saya memiliki belas kasih supaya orang-orang dari semua lapisan masyarakat merasa diterima, dihargai, dan suaranya benar-benar didengar oleh hakim yang adil dan tidak memihak.
Menjadi hakim adalah impian Anda? Apa mimpi atau tujuan terbesar dalam hidup ini?
Melayani masyarakat dengan kemampuan terbaik saya. Baik saat saya sebagai mentor, pengacara keluarga, dan sekarang sebagai hakim untuk memastikan bahwa sistem pengadilan di sini punya proses
yang lebih efisien dan berguna untuk mereka yang tidak memiliki akses ke pengadilan.
Menjadi seorang hakim adalah impian saya sejak masuk ke sekolah hukum.
Saya bersyukur kepada Tuhan, memberikan saya kesempatan untuk melayani dalam kapasitas ini (sebagai hakim).
Saya juga berterima kasih kepada keluarga saya atas cinta mereka dan menanamkan dalam diri saya nilai-nilai yang telah membentuk saya dan mempersiapkan saya untuk melayani masyarakat, termasuk dengan semua doa, kata-kata penyemangat, dan dukungan yang saya terima dan membantu mewujudkan impian saya.
Melayani masyarakat dalam kapasitas sebagai hakim di pengadilan ini adalah sebuah kehormatan dan
saya berkomitmen untuk bekerja tanpa lelah untuk melayani masyarakat dengan baik. (tribun
network/denis destryawan)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Marissa Hutabarat, Boru Batak Jadi Hakim di Amerika Serikat