PROGRAM MBG

Terungkap Penyebab Pelajar Keracunan Makanan MBG, Ayam Dibeli Sabtu, Baru Dimasak Rabu

Kasus terparah terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, dengan 1.035 siswa jatuh sakit hanya dalam beberapa hari.

Editor: Eko Setiawan
Tribunjabar.id/Fauzi Noviandi
KERACUNAN MBG - Seorang Murid SDN Taruna Bakti saat menjalani perawatan di Puskesmas Cugenang, Kabupaten Cianjur, Kamis (25/9/2025). Para siswa mulai mengalami keracunan pada sekitar pukul 10.30 WIB. 

TRIBUNBATAM.id, Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali disorot tajam setelah ribuan siswa di berbagai daerah dilaporkan mengalami keracunan.

Kasus terparah terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, dengan 1.035 siswa jatuh sakit hanya dalam beberapa hari.

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S Deyang, mengungkap fakta mengejutkan terkait penyebabnya.

Menurutnya, bahan baku yang digunakan dapur MBG di wilayah tersebut ternyata tidak segar.

“Ayam dibeli hari Sabtu, baru dimasak hari Rabu. Itu sungguh di luar nalar,” ujar Nanik saat konferensi pers di Gedung BGN, Jakarta, Jumat (26/9/2025).

Nanik menjelaskan, jika ayam hanya dua ekor dan disimpan di freezer rumah mungkin masih aman.

Namun, dalam kasus ini jumlahnya mencapai 350 ekor ayam.

“Freezer mana yang kuat menampung sebanyak itu? Inilah yang jadi masalah,” tegasnya.

Hasil penyelidikan ini tentunya menjadi catatan bagi setiap dapur MBG di Indoensia.

Agar kejadian serupa tidak terulang kembali di wilayah lainnya.

BGN Bantah Isu "Dapur Fiktif"

Kepala BGN, Dadan Hindayana, menampik isu adanya dapur fiktif dalam pelaksanaan MBG. Ia menegaskan, masalah justru muncul dari mitra yang tidak serius membangun atau menyiapkan dapur sesuai prosedur.

“Saya tegaskan, di BGN tidak ada dapur fiktif,” kata Dadan usai bertemu Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, di Jakarta.

Dadan menjelaskan, dari 6.000 lebih mitra yang dinilai kurang serius, sekitar 2.100 mitra kembali aktif setelah diberikan kesempatan melalui layanan pengaduan. Sementara 3.900 mitra lainnya segera dihapus dari sistem.

Menurutnya, istilah fiktif baru tepat digunakan jika sebuah dapur sudah resmi disetujui, diberikan virtual account, ditempatkan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), namun ternyata tidak beroperasi. “Kalau hanya berhenti di proses persiapan, itu bukan fiktif,” pungkasnya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved