Militer RI Dibujuk Rusia dan China! Pejabat Pentagon Bela Kunjungan Menhan Prabowo Subianto ke AS
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendapat dukungan dari sejumlah pejabat Amerika Serikat yang akan menyambutnya tiba di Negeri Paman Sam
TRIBUNBATAM.ID - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendapat dukungan dari sejumlah pejabat Amerika Serikat yang akan menyambutnya tiba di Negeri Paman Sam.
Amerika Serikat telah mencabut larangan terhadap Prabowo Subianto untuk masuk ke negara itu terkait tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan militer, seperti di Timor Timur.
Baca juga: Usai Kunjungi Amerika, Ternyata Prabowo Subianto Punya Rencana Khusus, Incar Jet Tempur F-35
Baca juga: Prabowo Subianto Tanggapi UU Cipta Kerja: Jika UU Ini Tidak Bagus, Bawa ke MK
Baca juga: Menhan Prabowo Subianto Pastikan UU Cipta Kerja Merupakan Langkah Baru Perekonomian Indonesia
Prabowo Subianto direncanakan ke Amerika Serikat untuk melakukan kunjungan ke Pentagon, markas militer AS.
Sejak diangkat jadi Menteri Pertahanan RI tahun lalu, Pemerintahan Trump menganggap Prabowo sebagai tokoh kunci untuk memperdalam hubungan pertahanan dengan Indonesia.

Apalagi setelah Washington memperhatikan jika militer Indonesia sedang dibujuk oleh Rusia dan China.
Seorang pejabat senior pertahanan AS sangat membela keputusan untuk menyambut Prabowo yang dijadwalkan juga bertemu dengan Menteri Pertahanan Mark Esper.
Baca juga: Menhan Prabowo Subianto Tanam Singkong, Sebut Perintah Langsung Presiden Jokowi
Baca juga: Sri Mulyani Peringatkan Prabowo Subianto terkait Anggaran Kemenhan, Singgung Kesejahterahan Anggota
"Prabowo adalah Menteri Pertahanan yang ditunjuk Presiden Indonesia, yang terpilih dua kali, dari negara demokrasi terbesar ketiga di dunia," kata pejabat yang tak mau disebut namanya.
"Dia adalah rekanan kami, kemitraan yang sangat penting, dan penting bagi kami untuk terlibat dengannya dan memperlakukannya sebagai mitra."
Baca juga: Sikap Prabowo Subianto Dipertanyakan Setelah Gerindra Setujui UU Cipta Kerja, Dimana Prabowo?
Prabowo akan menerima pengarahan resmi di tempat lain di wilayah Washington DC, setelah Jakarta mempertimbangkan pembelian jet tempur yang juga menarik minat dari Rusia.
Amnesty International dan pendukung hak asasi manusia lainnya mengecam keputusan Departemen Luar Negeri AS untuk memberinya visa.

Sudah hampir 20 tahun Amerika Serikat menolak memberikan visa untuk bisa ke negaranya, termasuk ketika putra Prabowo lulus dari Boston University.
Di tahun 2012, Prabowo pernah mengatakan visa ke Amerika Serikat juga ditolak, setelah ia dituduh memicu kerusuhan yang menewaskan ratusan orang pada tahun 1998 yang berakhir dengan turunnya presiden Suharto.
Baca juga: Menhan Prabowo Subianto Diundang Menhan Amerika, Guru Besar UI: Ada Hubungannya dengan China
"Keputusan Departemen Luar Negeri untuk mencabut larangan Prabowo Subianto adalah benar-benar kebalikan secara tiba-tiba dari kebijakan luar negeri AS yang telah lama ada," kata Direktur Advokasi dan Hubungan Pemerintah Amnesty International AS, Joanne Lin.
Joanne menyebut kunjungan Prabowo menjadi sebuah "bencana bagi hak asasi manusia di Indonesia".
Senator Patrick Leahy, penulis undang-undang yang melarang bantuan militer Amerika Serikat kepada unit militer asing yang melanggar hak asasi manusia, ikut mengecam keputusan pemerintahan Trump.
Baca juga: Kisah Sandiaga Uno Dirayu Prabowo Subianto Berpolitik: Pengen Bilang Enggak, Tapi Ditawari Jenderal