BATAM TERKINI
VIDEONYA Pernah Viral, Begini Nasib Slamet Pengemis Korban Pemerasan Oknum Satpol PP Batam
Setelah video oknum Satpol PP Batam rampas uang pengemis viral, kini ada pemandangan berbeda di setiap lampu merah di jalanan Kota Batam.
Editor Danang Setiawan
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Video pemerasan oknum Satpol PP yang viral beberapa waktu lalu ternyata meninggalkan trauma bagi para pengemis di Batam.
Setelah video oknum Satpol PP Batam rampas uang pengemis viral, kini ada pemandangan berbeda di setiap lampu merah di jalanan Kota Batam.
Pantauan TRIBUNBATAM.id, Senin (9/11/2020) tidak terlihat ada satupun pengemis yang berkeliaran di lampu merah Rosedale, Indomobil, Martabak Har, Baloi Centre dan beberapa lampu merah lainnya.
Ternyata kasus pemerasan oknum Satpol PP meninggalkan trauma bagi pengemis jalanan di Kota Batam.
Hal ini diakui Udin (27) seorang penjual buah di Simpang Indomobil Batam.
Udin mengatakan para pengemis tersebut sudah lama tidak kelihatan lagi, di lampu merah.
Kemungkinan besar mereka ketakutan atau bahkan sudah pulang kampung atau pindah ke kota lain.
Baca juga: Delapan Kecamatan di Batam Zona Merah Covid-19, Total 3.158 Kasus Positif Corona di Batam
Baca juga: Penangkapan Teroris di Batam, Abu Fatih Berencana Serang Polisi
"Sepertinya mereka sudah trauma" kata Udin (27) kepada Tribunbatam.id.
Diakuinya, situasi ini sudah lama terjadi sejak kasus yang menjerat Slamet salah satu pengemis jalanan sebulan yang lalu.
Ia menceritakan jika di simpang Indomobil saja ada beberapa pengemis yang mangkal.
"Setiap hari mereka mobile dan tidak menetap di satu tempat," sambungnya.
Hal sama diungkapkan Dewi (43) seorang penjual koran di simpang Baloi Centre, ia mengaku sejak lama tidak melihat pengemis turun ke jalan.

"Biasanya jam segini sudah pada ngumpul di lampu," kata Dewi saat di temui Tribun Batam di lampu merah Baloi.
Hingga siang ini belum terlihat pengemis berdatangan ke lampu merah, hanya ada penjual koran dan tisu saja yang terlihat sibuk berjualan.
Sebelumnya, video oknum Satpol PP Batam rampas uang pengemis viral di medsos.
Dalam video, pengemis itu mengaku kerap diperas oleh keempat oknum dengan alasan penertiban.
Saat diangkut, pengemis itu mengaku para oknum diduga hanya mengambil uang mereka saja.
Pengemis yang menjadi korban belakangan diketahui bernama Slamet Sembiring (55).
Ia tinggal di sebuah indekos di kawasan Baloi Kolam, RT 005, RW 016, Kelurahan Sungai Panas, Kecamatan Batam Kota, Kota Batam, Provinsi Kepri.
Wartawan Tribunbatam.id berhasil menemui Slamet di indekosnya, Rabu (21/10/2020) siang.
Kepada Tribun, Slamet mengaku jika permasalahan antara dia dan empat oknum Satpol PP itu akan diselesaikan secara damai.
"Hari ini kami urus damai Bang," ujar Slamet.
Pria yang lahir di Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, 4 Juni 1965 itu bercerita, ia pertama kali datang ke Batam pada 2017 lalu.
Selama di Batam, dia sering bolak-balik Batam, Kepri ke Sumatra Utara yang merupakan kampung halamannya.
"Terakhir datang ke Batam lagi pada Maret 2020 lalu," katanya.
Dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna membuat pria 55 tahun itu turun ke lampu merah untuk berharap iba, uluran tangan dari pengendara.
"Saya terpaksa harus turun mengemis di jalanan," katanya.
Slamet bercerita, ia sudah lama menderita penyakit gula.
Karena tidak bisa diobati lagi, ia memutuskan untuk amputasi kakinya pada tahun 2017 di sebuah rumah sakit yang ada di Karo, Sumatra Utara.
Sejak kakinya diamputasi, Slamet mengaku tidak bisa kerja keras lagi, sehingga ia hanya mengandalkan bantuan dari masyarakat.
Putra dari pasangan Almarhum Jamino Sembiring dan Manisha Boru Tarigan itu, berharap bantuan dari pemerintah ataupun pengusaha serta masyarakat Batam.
"Mohon bantuannya. Jika sudah ada bantuan, saya rencana akan pulang kampung," ujarnya lagi.
Dengan mata berkaca-kaca, Slamet menuturkan jika belum ada bantuan, ia terpaksa turun ke jalan lagi.
Karena ia harus mencari uang untuk membayar indekos yang saat ini ia huni.
Anak ke tiga dari lima bersaudara itu mengatakan, untuk kehidupan per bulan saja ia harus mencari uang Rp 1,5 juta.
Biaya itu meliputi bayar uang kos Rp 300 ribu, bayar air Rp 160 ribu, sewa tukang cuci pakaian Rp 150 ribu, uang makan Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta.
Dengan kondisi kaki yang tidak sempurna membuatnya serba terbatas untuk melakukan aktivitas fisik.
"Jangankan untuk mandi, mencuci saja sulit," katanya.
Slamet mengaku saat ini ia hidup sendiri. Tidak ada saudara dekat yang ada di Batam, semuanya ada di Kampung.
Untuk kisah cintanya, Slamet mengaku sempat menikah dengan seorang wanita asal Sumatra Utara.
Namun pernikahannya kandas karena tidak ada kecocokan lagi.
Dari pernikahan itu, dia dikaruniai seorang anak laki-laki dan anak itu sekarang ikut ibunya.
Sementara itu, pantauan Tribunbatam.id, Slamet tinggal di sebuah indekos di Baloi Kolam.
Di kamar berukuran kecil itu ia tidur seorang diri.
Di dalam kamarnya tidak ada barang berharga berupa TV dan alat elektronik lainnya.
Hanya terlihat satu kasur berukuran tipis, 2 unit kipas angin dan beberapa pakaian bekas berhamburan di lantai kamarnya.
(TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng)