Masa Kecil Mayjen Dudung Abdurachman Jual Koran, Pangdam Jaya Tak Takut Dicopot
Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengaku tak takut jika jabatannya dicopot, menyusul tindakannya memerintahkan mencopot baliho Habib Rizieq
Selesai mengantar koran, ia pun mengantar kue dari warung ke warung, kantin, taman, SMP, bahkan Kodam.
Tak hanya itu, ia bahkan mencari kayu bakar untuk ibunya memasak di rumah dulu sebelum berangkat sekolah siang hari.
"Rumah saya itu di barak-barak. Jadi asrama itu seperti barak, itu disekat-sekat, pakai bilik-bilik. Atapnya itu tidak ada plafonnya. Jadi langsung bolong. Jadi kalau ngobrol dengan tetangga sebelah kedengeran itu. Kalau ribut ya kedengeran dengan tetangga sebelah. Antara keluarga dengan keluarga itu hanya pakai bilik, di situ," ungkap Dudung tenang.

Cita-citanya untuk masuk Institut Teknologi Bandung pun terpaksa harus gugur karena ketiadaan biaya.
Di sanalah ia memutuskan untuk masuk ke Akademi Militer karena gratis.
"Senang saya, makan gratis, dapat uang saku. Makanya selama pendidikan di akademi militer orang lain kurus-kurus, tertekan, saya gemuk sendiri. Saya makan saja, hajar itu kan. Orang nggak punya, lihat nasi, wah itu kan. Seperti itu. Malah gemuk," kata Dudung sambil tertawa.
Ketika ditanya apakah punya cita-cita menjadi Kepala Staf Angkatan Darat atau Panglima TNI sebagai mana prajurit pada umumnya, Dudung menjawab dengan rendah hati.
Cita-citanya hanya menjadi prajurit yang baik.
"Ya kalau saya bercita-cita itu saya mau menjadi prajurit yang baik saja. Ke depan saya tidak pernah tahu akan seperti apa yang penting saya laksanakan tugas. Saya bukan berarti setelah ini saya ingin.. Oh tidak ada, angan-angan seperti itu," kata Dudung.
Dudung merasa bersyukur atas pencapaiannya saat ini.
Ia pun tidak lantas melupakan perjuangan hidupnya selama ini.
Begitupun dalam kehidupannya di dunia militer.
Ia mengaku telah bertugas di Timor Timur selama tujuh tahun dan ditugaskan di Daerah Operasi Militer Aceh.

"Dalam hidup saya ini, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Harus ada perjuangan. Yang ada di depanmu, yang ada di belakangmu, sekalipun yang ada di sekelilingmu itu tidak berarti apa-apa, dibanding dengan apa yang ada di dalam dirimu sendiri. Makanya kita banyak-banyak berusaha," kata Dudung.
Lantas, ia pun teringat dengan pesan ibunya.