HARI GURU NASIONAL

Hari Guru Nasional, Yanto Kenang Perjuangan Hingga Jadi Guru SMK Swasta Vidya Sasana Karimun

Guru SMK swasta Vidya Sasana Karimun, Yanto SS tidak pernah bercita-cita menjadi seorang pendidik. Ia begitu memaknai hari guru nasional hari ini.

TribunBatam.id/Istimewa
HARI GURU NASIONAL - Guru SMK Swasta Vidya Sasana Karimun, Provinsi Kepri, Yanto SS memaknai hari guru nasional, Rabu (25/11/2020). 

KARIMUN, TRIBUNBATAM.id - Hari Guru Nasional menjadi hari tersendiri bagi seorang guru SMK Swasta Vidya Sasana Karimun, Provinsi Kepri, Yanto SS.

Ia mengucap syukur bisa menjadi seorang guru.

Yanto menuturkan, awalnya ia tak bercita-cita menjadi seorang pendidik.

Maklum, saat tamat SMA masih remaja. Cita-cita pun bisa berubah-ubah. Tapi, semua itu bisa dilalui.

Setamatnya SMA tahun 2000, Yanto merantau ke Pekanbaru, Provinsi Riau.

Ia pun mendaftar sebagai salah satu mahasiswa di Universitas Lancang Kuning Fakultas Sastra, program studi bahasa Inggris.

Yanto belajar sebagaimana mahasiswa lain sebayanya belajar.

Keluh kesan pasti dilalui saat kuliah. Apa lagi, Yanto jauh dari orang tua.

Menjelang tamat, ia bercerita dihadapan dengan yang namanya praktik kerja lapangan.

"Guncangan pada saat itu luar biasa. Saya tidak terbayang, bagaimana menjadi seorang guru berbicara di hadapan siswa. Pasti mental masih belum setengah matang," ucapnya, Rabu (25/11/2020).

HARI GURU NASIONAL - Guru SMK Swasta Vidya Sasana Karimun, Provinsi Kepri, Yanto SS memaknai hari guru nasional, Rabu (25/11/2020).
HARI GURU NASIONAL - Guru SMK Swasta Vidya Sasana Karimun, Provinsi Kepri, Yanto SS memaknai hari guru nasional, Rabu (25/11/2020). (TribunBatam.id/Istimewa)

Pada momen itu, Yanto perlahan-lahan mulai belajar mengajar di depan kelas.

Dengan mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris.

Setamat kuliah 2004 dengan menyandang gelar Sarjana Sastra (SS), Yanto balik ke kampung ke Kabupaten Karimun.

Ayah dari dua anak ini, terus menggeluti profesi guru. Hingga mengabdi di SMK Vidya Sasana Karimun.

"Ya, gaji guru itu relatif ya. Relatif cukup dan relatif tidak cukup. Hal itu, tinggal bagaimana memaknai.

Tapi jika seorang guru yang benar-benar keterpanggilan jiwa, finansial nomor dua. Dan pengabdian adalah nomor satu. Dan itu lah yang saya jalani selama ini," ungkap ayah dari dua orang anak ini.

Yanto genap 16 tahun lalu telah menjadi seorang pendidik. Menjadi tenaga honorer.

Guru honorer identik dengan pendapatan pas-pasan. Namun, baginya bukanlah menjadi penghalang.

"Terus semangat. Karena pengabdian adalah nomor satu," ujarnya.

Yanto mengatakan, beberapa tahun sebelumnya insentif guru honorer dari pemerintah kabupaten masih ada.

Namun sejalan dengan perubahan kebijakan sejak Januari 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan, urusan pemerintahan yang berkenaan dengan SMA/sederajat akan dialihkan ke provinsi.

"Untuk saat ini dari provinsi katanya belum ada. Karena alasan provinsi belum ada payung hukum yang mengatur pemberian insentif bagi guru honorer swasta dari provinsi," imbuh Yanto.

Baca juga: Kumpulan Puisi dan Pantun untuk Guru sebagai Ucapan Selamat Hari Guru Nasional 2020

Baca juga: Dua Siswi SMPN 5 Bintan Sampaikan Terima Kasih di Hari Guru Nasional, Terima Kasih Guruku Sayang

Meski begitu, tak menyurutkan semangatnya untuk mengabdi. Bahkan, kendala finansial kata dia, justru relatif.
Yang hambatan dihadapi guru saat ini adalah, saat pendemi Covid-19 yang melanda secara global.

Hambatan bukan soal uang. Namun, soal sistem belajar. Dahulu, sebelum pandemi belajar tatap muka di jelas.

"Namun saat ini, sudah sistem daring atau online. Tentu, satu kerinduan kami pendidik ingin memberikan pelajaran kepada anak tatap muka seperti sebelum pandemi Covid-19.

Saya rasa, ini adalah hambatan yang kami alami selama ini. Dan mungkin juga, perhatian pemerintah provinsi ke kami, untuk diperhatikan," pesan Yanto.

Meski begitu, Yanto juga tak menyurutkan niat untuk memberikan pelajaran Bahasa Inggris yang ditempuhnya.

Bahkan, justru ini baginya adalah tantangan. Sebab, dengan pola belajar daring ini, ia semakin mengerti betapa penting yang namanya teknologi.

"Mungkin sebagian guru dan termasuk saya gaptek dengan teknologi. Tapi, tuntutan pandemi ini adalah keharusan.

Dan kita terima dengan semangat. Dan tanpa mengesampingkan juga, rasa rindu bersama siswa dengan pola belajar secara tatap muka," katanya.

Yanto memberikan catatan pinggiran bagi guru. Baginya, guru bukan orang hebat.

Tetap, orang-orang hebat di luar sana oleh karena guru. Guru sering mendapat julukan sebagai 'pahlawan tanpa tanda jasa'.

"Untuk itu, kepada semua guru yuk mari terus semangat demi Indonesia.

Kami sampaikan salam dari pulau untuk semua pahlawan tanpa tanda jasa. Jasamu wahai guru sangat berarti buat bangsa," katanya.(TribunBatam.id/Leo Halawa)

Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google News

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved