HUMAN INTEREST
Kisah Rahayu Perantau Asal Yogyakarta, Bertahan Hidup Jadi PKL di Batam
Sehari-hari, Rahayu (59) berjualan di pinggir Jalan Engku Putri Utara, depan Pelabuhan Internasional Batam. Perantau asal Yogyakarta ini menjadi PKL
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Di usianya yang tak lagi muda, Rahayu (59), seorang pedagang kaki lima (PKL) di Batam harus tetap bekerja demi mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sehari-hari, Rahayu berjualan di pinggir Jalan Engku Putri Utara, depan Pelabuhan Internasional Batam.
Perempuan asal Yogyakarta ini merantau ke Batam sejak 2016 lalu.
"Pertama kali ke Batam ini, saat mau pergi kerja ke Singapura. Sebulan di sana, lima hari di Batam terus ke Singapura lagi.
Cuma berlangsung sekitar 3 bulananlah," kata Rahayu kepada Tribunbatam.id, Selasa (15/12/2020).
Baca juga: Viral Video Ibu Pedagang PKL Menangis Diancam Wanita Mengaku Istri Wakapolda, Dipaksa Minta Maaf
Baca juga: Penjual Gudeg Legendari di Yogyakarta Meninggal Dunia, Mbah Lindu Jualan Sejak Zaman Belanda
Rahayu memiliki seorang suami, 2 orang anak kandung dan 5 orang anak angkat dari suaminya serta beberapa cucu.
Anak-anaknya kini sudah berkeluarga semua, dan kebanyakan pergi merantau mengikuti suami atau istrinya.
Kini Rahayu tinggal bersama suami tercintanya, dengan seorang anak, seorang menantu dan seorang cucu.
Anak yang tinggal bersama dia bekerja sebagai pedagang di wilayah Bengkong.
Meskipun demikian, kini Rahayu menjadi tulang punggung keluarga. Karena suaminya kini tidak bekerja. Sementara anak-anaknya memiliki tanggungan dengan keluarganya. Alhasil, ia tidak bisa terlalu bergantung dan berharap pada anak-anaknya.
"Alhamdulillah Dek, kadang juga dapat kiriman dari anak-anak," tuturnya.
Di usia yang tergolong tak muda, ia harus menanggung beban kehidupan keluarganya sendirian.
Rahayu terpaksa bekerja sebagai PKL agar dapurnya tetap menyala.
Sementara keuntungan yang didapatnya saat ini pas-pasan.
Ia mengaku, sebelum pandemi covid-19 keuntungan yang diraih lebih dari cukup.
"Sebelum corona itu, Alhamdulillah. Kadang satu hari itu bisa dapat Rp 300 ribu. Pas ada acara atau kegiatan di Engku Putri, kadang bisa dapat Rp 500 ribu sampai Rp 800 ribu," kenang Rahayu.
Namun kini, ia hanya berpenghasilan Rp 80 ribu sampai Rp 90 ribu per hari.
Dengan penghasilan kira-kira Rp 3 juta per bulan, ia mengaku cukup untuk menghidupi keluarganya.
Pantauan Tribunbatam.id, terlihat kondisi warung Rahayu sepi dari pembeli. Lapak yang ia tempati, terdapat berbagai macam minuman instan, masker, jenis-jenis rokok, jajanan ringan dan juga nasi bungkus yang dijual seharga Rp 5 ribu satu bungkusnya.
Dengan kulit wajah yang sudah keriput dan kendor itu, ia tetap optimistis. Pasti akan ada yang datang untuk membeli barang dagangannya.
(Tribunbatam.id/Muhammad Ilham)
Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google