HUMAN INTEREST
Kisah Haru Tiopan Panjaitan, Rayakan Natal Seorang Diri, Berjuang dari Kerasnya Hidup
Tiopan Panjaitan warga Baran Satu, Kecamatan Meral, Karimun sudah terbiasa merayakan Natal tanpa kedua orang tuanya.
Penulis: Yeni Hartati | Editor: Septyan Mulia Rohman
KARIMUN,TRIBUNBATAM.id - Kisah Tiopan Panjaitan, Rayakan Natal Tanpa Orang Tua, Berjuang dari Kerasnya Hidup.
Perayaan Natal 2020 terasa berbeda bagi Tiopan Panjaitan.
Lelaki warga Baran Satu RT 002 RW 002 Kelurahan Baran Timur, Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri ini sudah terbiasa merayakan Natal tanpa kedua orang tuanya.
Tiopan yang kini berumur 26 tahun itu hanya tinggal sendiri di rumahnya.
Ayahnya telah meninggal dunia sejak ia berumur 10 tahun. Sedangkan ibunya telah meninggal dunia hampir 2 tahun.
Cobaan makin berat ia rasakan ketika terkena PHK dari sebiah perusahaan tempat sebelumnya ia bekerja.
Anak kelima dari delapan bersaudara ini, mulanya bekerja sebagai teknisi TV kabel.
Tiopan yang pernah menempuh pendidikan di SMKN 1 Karimun jurusan listrik, serta lulus pada 2015 itu dihadapkan pada pilihan sulit.
Perusahaan tempat ia bekerja memintanya untuk pindah tugas dari Karimun.
Sementara ketika itu, ibunya sedang sakit keras. Pilihan berat pun, akhirnya ia pilih.
Ia terpaksa memilih mengundurkan diri dari pekerjaan yang selama ini membuatnya mampu bertahan hidup.
"Saya menganggur sudah satu tahun setengah. Ketika itu, ada tuntutan dari pihak perusahaan untuk dipindahkan luar daerah.
Jika saya pergi, adik bungsu saya belum bisa mengurus ibu yang lagi sakit.
Setelah 4 kali diajukan pemindahan tugas oleh pihak perusahaan dan yang terakhir, saya dikasih pilihan resign atau pindah. Saya akhirnya memutuskan untuk resign dan merawat ibu yang sedang sakit," ucapnya kepada TribunBatam.id, Minggu (27/12/2020).
Baca juga: NATAL Sederhana Yunita Saat Pandemi, Suami Di-PHK Terpaksa Ikut Cari Nafkah Olah Kotoran Sapi
Baca juga: Berita Populer, Kisah Suami Istri di Tanjungpinang Rayakan Natal hingga Penghapusan Denda Pajak

Enam saudara Tiopan kini bekerja di Batam. Adik bungsunya yang masih sekolah, terpaksa ia anta ke Batam demi melanjutkan sekolah.
Soal biaya sekolah adiknya itu, ia dibantu oleh saudaranya yang lain.
Keadaaan pas-pasan Tiopan, memaksanya untuk tetap bertahan hidup.
Tak jarang, ia harus menunggu pemberian tetangga hanya untuk mengisi perut.
Ini belum lagi kredit sepeda motor yang kadung ia sudah ambil ketika masih bekerja dulu.
Uang Rp 1,2 juta setidaknya wajib tersedia untuk membayar kredit sepeda motor setiap bulannya.
Hasil kerja serabutan, tak cukup membayar kredit sepeda motor.
Tabungannya selama ia bekerja pun sudah terkuras.

"Motor masih ada tunggakan dua bulan lagi. Kalau dalam sebulan tidak medapatkan uang saya meminta keringanan waktu ke dealer," sebutnya.
Ia hanya termenung ketika ditanya makna dan perayaan Natal tahun ini.
Tiopan tetap beribadah di gereja layaknya orang yang merayakan pada umumnya.
Bedanya, tak ada kue dan pohon Natal yang menghiasi rumah kenangan kedua orang tuanya itu.
Saudaranya yang berada di Batam, tidak bisa pergi ke Karimun karena pandemi Covid-19.
Ia sedikit beruntung, ada tetangga samping rumahnya yang membelikan ia cat sebagai kado natal.
Rumah kenangan orang tuanya pun, terlihat sedikit berwarna.
"Untuk merayakan Natal pada tahun ini ya beginilah, seadanya saja.
Jangankan untuk merayakan, untuk makan saja kadang kesusahan.

Saya hanya berdoa saja kepada tuhan semoga ia memberikan belas kasihannya kepada saya," ujarnya.
Ia mengaku bahwa selama menganggur ia sudah mencoba melamar pekerjaan di PT serta instansi terkait namun belum ada panggilan sama sekali.
Tiopan berharap agar ia lekas mendapatkan pekerjaan yang layak untuk bertahan hidup.
"Semoga ada perusahaan atau tempat kerja yang membutuhkan tenaga saya sekiranya saya siap untuk bekerja asalkan pekerjaan itu halal." ucapnya.(TribunBatam.id/Yeni Hartati)
Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google