SAHAM 2021

Waspadai Rontoknya Saham di Januari 2021

Bursa perdagangan saham 2020 resmi ditutup Rabu (30/12/2020), para pemain saham sebaiknya mewaspadai jatuhnya saham Januari 2021.

KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Ilustrasi BEI 

TRIBUNBATAM.id - Bursa perdagangan saham 2020 resmi ditutup Rabu (30/12/2020), para pemain saham sebaiknya mewaspadai jatuhnya saham Januari 2021.

Hari terakhir bursa saham 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun 0,95% ke level 5.979,07.

Penututupan perdagangan terakhir 2020 berlangsung Rabu (30/12/2020).

Kendati IHSG ditutup melemah, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto tetap apresiasi pasar modal Indonesia dalam menghadapi gejolak perekonomian sepanjang tahun 2020.

Dia juga mengharapkan ketahanan pasar modal menjadi salah satu instrumen untuk mempercepat upaya pemulihan ekonomi nasional.

"Dengan adanya UU Cipta Kerja, vaksin Covid-19 dan resilient investor ritel serta transparansi dan akuntabilitas maka pasar modal Indonesia akan semakin stabil dan pulih di 2021," ungkap Airlangga dalam siaran pers penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia 2020, Rabu (30/12). 

Baca juga: Siapkan Portofolio Anda, Ini Tips Investasi Saham Tahun 2021

Namun sejumlah analisa menyebutkan saham bisa rontok di Januari 2021. 

Analisa rontoknya saham di Januari 2021 muncul pasca kenaikan pasar saham global yang cukup kuat beberapa bulan terakhir.

Jatuhnya pasar saham tidak terlepas bahwa kenaikan pasar saham ini tak disertai perbaikan fundamental yang kuat seperti sebelum terjadinya pandemi Covid-19.

Karena itu, pada Januari 2021, sangat mungkin komunitas investasi dapat menyaksikan kejatuhan pasar saham lagi.

Mengutip The Motley Fool, Senin (28/12), berikut adalah empat katalis potensial yang dapat mengguncang ekuitas di awal Tahun Baru.

1. Vaksin Covid- 19 Johnson & Johnson gagal
 

Pada suatu titik di bulan Januari, saham perawatan kesehatan publik terbesar yang diperdagangkan di AS, Johnson & Johnson, akan merilis data sementara pada uji klinis tahap akhir yang melibatkan JNJ-78436735 sebagai pengobatan untuk penyakit coronavirus 2019 (COVID-19). Dalam analisis fase 1/2a, kandidat vaksin Johnson & Johnson menghasilkan antibodi penawar pada 98% peserta.

Sampai saat ini, dua vaksin - Pfizer dan BioNTech BNT162b2 dan Moderna mRNA-1273 - telah diberikan otorisasi penggunaan darurat (EUA) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS. EUA ini diberikan setelah vaksin Pfizer / BioNTech dan Moderna memberikan efikasi vaksin masing-masing sebesar 95% dan 94,1%.

Namun, pengobatan Johnson & Johnson memiliki satu keuntungan utama: diberikan dalam dosis tunggal, dibandingkan dengan dua dosis dengan vaksin yang disetujui EUA. Jika pengobatan J&J menghasilkan kemanjuran yang sama seperti BNT162b2 dan mRNA-1273, ini akan memberikan pilihan inokulasi yang lebih cepat. Tetapi jika perlakuan J & J gagal memenuhi hype kemanjuran yang diharapkan tinggi, kita bisa melihat sentimen jangka pendek di pasar bergeser secara negatif.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved