BATAM TERKINI
BEGINI Wajah Nong Isa, Penguasa Pertama Pulau Batam, Kini Dipajang di Museum Raja Ali Haji Batam
Raja Isa bin Raja Ali atau juga dijuluki sebagai Nong Isa disebut-sebut sebagai penguasa pertama di Pulau Batam. Begini wajahnya dalam lukisan.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Raja Isa bin Raja Ali atau juga dijuluki sebagai Nong Isa disebut-sebut sebagai penguasa pertama di Pulau Batam.
Meski hingga kini makam Nong Isa masih belum ditemukan, namun saat ini bagaimana gambaran wajah tokoh penting itu telah terpajang di lokasi museum sejak Jumat (18/12/2020) lalu.
Lukisan itu dibuat dari penggambaran sosok Nong Isa yang hadir dalam bunga tidur salah satu zuriahnya, yakni Raja Badrillah.
Di mimpi gadis berusia 14 tahun itu, sosok Nong Isa digambarkan berambut agak lebat, bermisai tipis, beralis tebal tapi pendek, hidung mancung sejak dari pangkal, serta berperawakan tinggi.
Pada Jumat (25/9/2020) lalu, seorang pelukis asal Batam, Marani (58), pun diminta untuk melukiskan sketsa wajah Nong Isa berdasarkan penggambaran Raja Badrillah tersebut.
Marani mengakui mulanya agak kesulitan menangkap gambaran sosok Nong Isa yang memang tidak memiliki peninggalan foto atau potret terdahulu.
Baca juga: BOSAN ke Pantai? Yuk Nikmati Hamparan Sawah Sambil Petik Buah Jambu di Batam
Sketsa wajah yang semula digambar di atas kertas menggunakan pensil arang itu pun berulang kali direvisi untuk memperoleh kemiripan dengan bayangan ingatan Raja Badrillah yang masih segar membekas.
"Saya melukis sambil mendengarkan uraian Raja Badrillah tentang ciri-ciri Nong Isa dari mimpinya. Potret itu telah direvisi hampir 20 kali sejalan dengan korespondensi dengan yang bersangkutan," papar Marani, kala ditemui pada Minggu (20/12/2020) pagi di kediamannya.
Sketsa pertama yang dikerjakannya tidak seratus persen diterima oleh Raja Badrillah, pasalnya masih ada beberapa ciri-ciri yang kurang mendekati.
Alhasil, Marani pun beberapa kali menggambar ulang potret itu sampai akhirnya mendekati bayangan ingatan Raja Badrillah akan sosok Nong Isa.
Ketika sketsa terakhir telah diterima oleh Raja Badrillah dan dinilai paling mirip dengan bayangannya, Marani pun diminta menghadirkan sketsa tersebut dalam bentuk lukisan hitam putih besar berukuran 120x170cm.
Ia melukis potret itu dengan menggunakan bubuk arang dan pensil, serta kanvas besar, selama kurang lebih satu minggu.
Menurutnya, tidak ada kendala dalam pengerjaan lukisan final tersebut, sebab sketsanya memang telah rampung.
"Lukisan itu saya kerjakan di rumah. Tidak ada kendala, karena sketsa aslinya sudah di-acc oleh Raja Badrillah tanpa revisi lagi," tutur Marani.
Kendati demikian, proses melahirkan lukisan Nong Isa tersebut menghadirkan pengalaman baru bagi Marani. Sebelumnya, ia juga pernah melukis potret berdasarkan penggambaran ciri-ciri umum serupa.
