HUMAN INTEREST

KISAH Irul, Wanita Penjual Koran di Batam Hadapi Covid-19: 'Saya Pakai Masker Karena Takut Virus'

“Saya tak buka masker saat kerja. Virus itu bisa ada di mana-mana,” ujar wanita itu seraya memperbaiki posisi maskernya.

Penulis: Thom Limahekin | Editor: Thom Limahekin
TRIBUNBATAM.id/Thomm Limahekin
PENJUAL KORAN - Irul (49), wanita penjual koran di Simpang Empat Lubuk Baja, Kota Batam. 

Editor: Thomm Limahekin

TRIBUNBATAM.id, BATAM – Wanita berhijab merah muda itu duduk dengan tatapan sayu di Simpang Empat Lubuk Baja, Kota Batam, Kamis (31/12/2020) petang itu.

Hujan baru saja reda, ada genangan air di bawah pijakannya. Namun, dia enggan beranjak bangun. Saat itu lampu rambu-rambu sedang berwarna hijau.

Namanya Irul, usianya 49 tahun. Dia tinggal di Tanjunguma bersama ketiga anaknya: dua laki-laki dan seorang perempuan. Kira-kira jarak dari rumahnya ke tempat itu sekitar 2 kilometer.

Masker hitam menutupi hampir seluruh wajahnya. Hanya bagian mata sajalah yang dibiarkan terbuka. Bagian dahinya sudah diselimuti dengan penutup kepala sebelum hijab.

Baca juga: Cegah Panyebaran Virs Corna, Kecamatan Selayar Bagi-bagi Masker

Irul (49), wanita pengecer koran di Simpang Empat Lubuk Baja, Kota Batam.
PENJUAL KORAN - Irul (49), wanita penjual koran di Simpang Empat Lubuk Baja, Kota Batam. (TRIBUNBATAM.id/Thomm Limahekin)

“Saya tak buka masker saat kerja. Virus itu bisa ada di mana-mana,” ujar wanita itu seraya memperbaiki posisi maskernya.

Dia sadar betul kalau orang tua seusia lebih rentan terpapar virus Corona. Kesadaran itulah yang mendorongnya untuk tetap mengenakan masker.

Dia juga mengaku kadang-kadang petugas gabungan menggelar razia masker di sekitar kawasan tersebut. Namun, bukan alasannya itulah membuatnya tetap mengenakan kain penutup mulut dan hidung ini.

“Saya pakai masker karena takut virus,” ujar wanita itu apa adanya.

Di balik wajahnya yang tertutup masker ini, Irul memperhartikan setiap kendaraan yang melaju kencang, mengelak lampu merah.

Dia seakan membayangkan beberapa pengendara berhati baik yang pergi begitu saja dari hadapannya karena mengejar rambu-rambu.

Baca juga: RUTIN Gelar Razia Masker, Pelanggar Aturan di Karimun Diancam Denda Atau Kerja Sosial

Seandainya lampu merah menyala, dia cukup yakin ada uluran tangan dari balik kaca mobil yang memberinya lebih dari harga koran yang dia genggam.

“Biasanya ada yang baik hati. Kalau mobil berhenti mereka sering beri lebih,’ ujarnya. “Biar dikasih Rp 2.000, saya pasti ingat nama mereka dalam setiap doa,”

Satu menit berselang, lampu hijau pun menyala. Perlahan-lahan dia bangkit dari duduknya lalu mendekati kaca samping di bagian pengemudi dari setiap mobil.

Ada suara parau keluar dari mulutnya, nyaris tidak kedengaran. Dia menawarkan koran kepada para pengemudi. Dia juga menggenggam sebungkus tisu di tangan yang lain.

“Saya juga jual tisu. Biar tambah-tambah. Kalau dari satu koran, saya juga dapat,” ujarnya ketika kembali duduk di tempat semula.

Irul memilih berjualan koran setelah Emmy suaminya meninggal dunia sekitar 8 tahun silam. Lelaki itu meninggalkan mereka pada usia 51 tahun akibat penyakit tiroid di leher dan gangguan paru-paru.

PENGECER KORAN - Irul (49), wanita pengecer koran di Simpang Empat Lubuk Baja, Kota Batam. Foto 3
PENJUAL KORAN - Irul (49), wanita penjual koran di Simpang Empat Lubuk Baja, Kota Batam. Foto 3 (TRIBUNBATAM.id/Thomm Limahekin)

Dia mengenang ucapan terakhir sang suami sebelum mengembuskan napas terakhirnya.

“Ingatlah, anak harus sekolah walaupun kita hidup susah,” ujarnya lirih meniru pesan suaminya.

Dia pun berjanji kepada sang suami akan menyekolahkan anak-anak mereka. Setelah itu keduanya kemudian berpisah untuk selamanya.

Sejak saat itu Irul mulai bekerja keras untuk memenuhi permintaan sang suami. Semua tanggung jawab keluarga kini hanya berada di pundaknya seorang.

Namun, berkat bantuan putra sulungnya Muhammad Teja (23) yang sudah bekerja, wanita itu bisa membiayai sekolah kedua anaknya yang lain dan memenuhi kebutuhan hidup mereka di rumah.

Niman (17), putra ke duanya kini duduk di Kelas XI SMK Ibnu Sina. Sedangkan Siti (8), putrid bungsunya berada di Kelas II SDN Tanjunguma.

Baca juga: Setelah Penanganan Covid-19, Tugas Tim BLC Lanjut Sosialisasi Vaksin Corona

“Dua anak saya masih sekolah. Saya harus biayai mereka,” ungkap Irul.

“Bu, saya beli koran,” sapa seorang pengendara sepeda motor Supra Fit.

Irul langsung menyodorkan satu eksemplar koran kepada pria itu seraya mengucapkan terima kasih. Karena uang yang diterimanya lebih dari harga koran yang dia jual.

“Ini ada nasi bungkus juga buat ibu,” ucap pria itu dengan pipi mengembang dari balik masker.

Sambil menerima nasi bungkus, terdengar suara Irul mendoakan pria yang berbaik hati kepadanya itu.

Lampu merah pun menyala lagi. Pria itu lalu pergi dan menghilang di balik beberapa kendaraan yang cepat beranjak memburu lampu hijau. (TRIBUNBATAM.id/Thomm Limahekin)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved