HUMAN INTEREST
KISAH Pak Buyung, Merantau ke Batam Demi Menghidupi Keluarga, Apa Daya tak Kunjung Dapat Kerja Tetap
Pak Buyung berangkat dari Pariaman, Sumatera Barat, untuk mencari penghidupan yang lebih baik di Batam. Namun, apa daya impian tak seindah kenyataan.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Bagi Pak Buyung, kehidupan yang dilaluinya tak senantiasa berjalan mulus sejak ia pertama kali merantau ke Batam.
Kala itu sekitar tahun 2000, dengan semangat mengadu nasib, Pak Buyung berangkat dari Pariaman, Sumatera Barat, untuk mencari penghidupan yang lebih baik di Batam.
Ia berharap, dengan mencari peruntungan di luar kampung halamannya ia dapat mengentaskan segala kesulitan hidup keluarganya.
Maka di awal perantauan pun ia sempat memperoleh pekerjaan di sebuah hotel.
"Saya lulusan SMA, ketika sampai di Batam, alhamdulillah dapat kerja di Hotel Singa Pelita, jadi tukang bersih-bersih kolam renang," ujar Pak Buyung, kala ditemui wartawan Tribun Batam, Kamis (31/12/2020).
Pekerjaannya sebagai pembersih kolam renang hotel mungkin saja bergaji kecil, namun dengan rejeki itu, ia mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Meski begitu, pekerjaan itu tak bertahan lama.
Pak Buyung kemudian mencari kesempatan di tempat lain.
Selain di hotel, ia sempat bekerja sebagai operator produksi salah satu pabrik pembuatan jaket.
Baca juga: HANYA Dikasih Waktu Buka Lapak 3 Hari, Penjual Kembang Api di Batam Terpaksa Jualan 24 Jam
Kemudian, Pak Buyung juga pernah mengerjakan proyek di salah satu perusahaan kawasan Sekupang sebagai Structural Fitter.
"Sudah lama saya merantau di Batam ini, tapi nasib masih begini-begini juga, tidak pernah menjadi karyawan tetap," ujar Pak Buyung.
Kini, Pak Buyung telah berkeluarga, setelah sebelumnya memperistri seorang perempuan asal Pagaralam Sumatera Selatan.
Pria berusia 42 tahun ini dikaruniai satu orang anak berusia sembilan tahun.
Menurutnya, sejak berkeluarga dan memiliki anak, kebutuhan hidup sehari-hari pun kian besar.
Saat ini, untuk menutupi biaya hidup sehari-hari dan menyekolahkan anak, Pak Buyung bekerja serabutan.
Momen tahun baru 2021 ini pun diisinya dengan bekerja sebagai penjaja lapak kembang api milik orang lain.
Di lain waktu, Pak Buyung juga kerap berjualan buah-buahan, dan barang asongan lainnya di pinggir jalan.
"Sekarang saya bekerja, apa saja yang bisa dikerjakan lah. Apalagi situasi Corona gini, mau usaha apapun susah," ujar Pak Buyung.
Kondisi perekonomian yang sulit seolah sudah jadi makanan sehari-hari Pak Buyung dan keluarganya.
Hal ini disebabkan oleh sulitnya mencari pekerjaan bagi lulusan rendah seperti dirinya.
Pak Buyung mengaku, selama bertahun-tahun pula ia tak memiliki cukup biaya untuk pulang ke kampung halaman.
Terakhir kali menginjakan kaki di Pariaman baginya adalah enam belas tahun yang lalu.
Jika beroleh kesempatan, ia berharap dapat bekerja lagi di suatu perusahaan dengan gaji yang tetap.
Namun ia merasakan, saat ini persaingan kerja semakin ketat, dan memperoleh pekerjaan sekecil apapun menjadi teramat sukar.
Padahal, selama ini pengalamannya bekerja di proyek tidaklah sedikit.
Sembari menjaga lapak dagangan kembang apinya, Pak Buyung sempat memperlihatkan curriculum vitae miliknya yang penuh dengan pengalaman bekerja di PT.
"Sekarang ini cari pekerjaan susah sekali, padahal kita sudah melamar, kita sudah tes dan pengalaman kerja juga sudah banyak, tapi yang dipilih orang lain," keluh Pak Buyung.
Pak Buyung berharap pemerintah dapat membenahi kondisi perekonomian Batam, bukan hanya dari sektor industri besar melainkan juga perekonomian rumah tangga masyarakat kecil.
Terkhusus, ia meminta Pemerintah Kota Batam agar kembali mendorong terbukanya lapangan pekerjaan bagi para penganggur.
"Saya cuma bisa bersyukur masih bisa cari duit di sini. Sebab kalau di Batam, kan orang-orang kampung halaman tidak bisa melihat seberapa susahnya kondisi kita di sini mencari makan," tambah Pak Buyung sambil terkekeh. (TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)