Pengamat Intelijen Sebut Nyawa Komjen Listyo Sigit Prabowo Dipertaruhkan Ketika Jadi Kapolri Nanti
Ada tiga kelompok yang disebut pengamat intelijen akan jadi masalah besar bagi Komjen Listyo Sigit Prabowo saat menjabat Kapolri nanti.
TRIBUNBATAM.id |JAKARTA - Pengamat Intelejen mengatakan ada beberapa masalah ketika Komjen Listyo Sigit Prabowo nantinya mengambil tongkat komando di Kepolisian.
Bukan tanpa alasan, menurut Ridlwan Habib pengamat Intelijen, ini banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Bahkan dirinya mengatakan kalau nyawa Listyo Sigit Prabowo bisa saja menjadi taruhan.
Ada tiga kelompok yang disebut pengamat intelijen akan jadi masalah besar bagi Komjen Listyo Sigit Prabowo saat menjabat Kapolri nanti.
Baca juga: Covid-19 di Tanjungpinang Bertambah Tiga Kasus Baru
Baca juga: AC Milan Dirundung Masalah, Hakan Calhanoglu dan Theo Hernandez Positif Covid-19
Menurut Direktur The Indonesia Intelligence Institute, Ridlwan Habib, kelompok ketiga lebih berbahaya, sebab bisa mengancam nyawa Komjen Listyo Sigit dan anggotanya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengajukan Komjen Listyo Sigit Prabowo sebagai calon tunggal Kapolri, pengganti Jenderal Idham Aziz.
Berbagai dukungan sudah disampaikan oleh partai politik, ormas serta tokoh masyarakat. Bahkan internal di Mabes Polri ikut memberi dukungan.
Namun, masih ada juga yang menolak Komjen Listyo Sigit dengan berbagai alasan.
"Ciri kelompok penolak itu ada tiga, terlihat dari karakter tokoh maupun aksi mereka, " ujar Ridlwan di Jakarta, Sabtu (16/1/2021).
Kelompok pertama, adalah mereka yang cemas dengan rekam jejak bersih Komjen Listyo Sigit.
"Ada yang khawatir kalau pak Sigit jadi Kapolri karena selama ini track recordnya lurus dan tanpa kompromi," ujarnya.

Kelompok pertama ini cemas jika Kapolri baru melakukan penegakan hukum secara tegas dan tidak pandang bulu.
"Kelompok pertama ini diduga menggerakkan demonstran bayaran untuk mempengaruhi opini masyarakat," kata Ridlwan.
Kelompok kedua yang menolak Komjen Listyo Sigit adalah kelompok intoleran yang memainkan narasi SARA.
"Padahal walaupun Pak Sigit nonmuslim, beliau sangat dekat dengan tokoh tokoh Islam maupun agama lainnya," kata Ridlwan.
Kelompok intoleran yang bermain SARA ini menurut Ridlwan berupaya mempengaruhi opini di media sosial.