Penyebab Rupiah Terkulai Terhadap Dolar AS Pekan Ini, Imbas Kebijakan Ekonomi Joe Biden

Sesuai prediksi, rupiah ditutup melemah di Rp 14.035 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Jumat (22/1/2021).

FACEBOOK
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS 

TRIBUNBATAM.id - Sesuai prediksi, rupiah ditutup melemah di Rp 14.035 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Jumat (22/1/2021).

Hari ini rupiah melemah 0,25% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 14.000 per dolar AS.

Lesunya otot rupiah terhadap dolar AS juga dialami mata uang Asia lainnya.

Won Korea memimpin pelemahan mata uang Asia terhadap dolar AS dengan pelemahan 0,45%, ringgit Malaysia melemah 0,35%, dolar Singapura melemah 0,3%, rupiah melemah 0,24%, yuan China melemah 0,21%.

Yen Jepang melemah 0,16%, baht Thailand melemah 0,14%, rupee India melemah 0,10%, pesso Filipina melemah 0,06%, dolar Taiwan melemah 0,004% dan dolar Hong Kong melemah 0,001% terhadap dolar AS.

Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya ada di 90,23, naik dari sehari sebelumnya yang ada di 90,13.

Baca juga: Loyo atau Perkasa? Inilah Prediksi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Jumat (22/1)

Obligasi AS

Naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk tenor 10 tahun, dinilai masih jadi sentimen yang mendominasi pelemahan rupiah sepekan terakhir.

Mengingat, naiknya yield US Treassury ikut mendorong penguatan indeks dollar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (22/1) rupiah ditutup koreksi 0,25% ke level Rp 14.035 per dollar AS, atau melemah 0,11% dari catatan pekan lalu yang berada di level Rp 14.020 per dollar AS (15/1).

Sedangkan data kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) mencatatkan menguat 0,10% ke level Rp 14.054 per dollar AS dalam sepekan.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengungkapkan, rupiah sepekan ditutup sedikit melemah dari level pekan lalu, dimana sentimen eksternal masih mendominasi pergerakan mata uang Garuda sepekan terakhir.

"Kenaikan yield ini karena ekspektasi pemulihan ekonomi AS dan kenaikan tingkat inflasi AS di masa yang akan datang," jelas Ariston kepada Kontan, Jumat (22/1).

Ditambah lagi, sentimen terkait dana stimulus besar yang bakal dikucurkan kembali oleh pemerintahan baru Presiden terpilih AS Joe Biden, turut memicu harapan pasar terhadap pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam tersebut.

Di sisi lain, Ariston mengungkapkan rencana stimulus besar AS juga sempat memicu penguatan nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis (21/1). Alhasil, pelemahan rupiah berhasil tertahan pada perdagangan akhir pekan ini (22/1).

Sumber: Kontan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved