Rusia Bergejolak, Vladimir Putin Ogah Bebaskan Kremlin Alexei Navalny
Situsiasi politik Rusia bergejolak saat ribuan orang mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin membebaskan Kremlin Alexei Navalny.
Reaksi Uni Eropa
Soal aksi demo menuntut pembebasan Navalny, baik Uni Eropa maupun Amerika Serikat (AS) tidak akan mengambil tindakan cepat untuk meningkatkan tekanan pada Rusia.
Uni Eropa menyatakan akan menahan diri dari sanksi baru terhadap individu Rusia jika Kremlin membebaskan Navalny setelah 30 hari.
Uni Eropa akan mengirim diplomat utamanya ke Moskow minggu depan.
Presiden AS Joe Biden, yang mengupayakan perpanjangan lima tahun dari perjanjian kendali senjata START Baru dengan Rusia sebelum berakhir pada 5 Februari, mengatakan, dia tidak akan ragu untuk mengkritik Rusia, tetapi mengumumkan tidak ada tindakan baru untuk Rusia.
Biden mengatakan, dia telah meminta pembaruan tentang peretasan dunia maya besar-besaran yang dituduhkan pada Rusia yang menggunakan perusahaan teknologi AS SolarWinds Corp sebagai batu loncatan untuk menembus jaringan pemerintah federal AS.
"Saya tidak akan ragu untuk mengangkat masalah itu dengan Rusia," katanya kepada wartawan.
Moskow membantah terlibat dalam peretasan SolarWinds.
Ketegangan antara Moskow dan Washington telah berkobar karena protes Navalny.
Kementerian luar negeri Rusia mengatakan telah mengeluarkan protes diplomatik kepada Duta Besar AS untuk Rusia John Sullivan atas apa yang dipandangnya sebagai campur tangan dalam urusan dalam negerinya.
Dua negara Eropa lainnya, Perancis dan Jerman mengaku prihatin dengan perkembangan situasi di negara yang dikomandoi Presiden Vladimir Putin tersebut.
Dilansir dari Kompas.com, Selasa (26/1/2021), Jean-Yves Le Drian, selaku Menteri Luar Negeri Perancis mengatakan penangkapan massal yang dilakukan pemerintah Rusia terhadap para demonstran dianggap mengkhawatirkan.
“Ini pengabaian supremasi hukum, penangkapan kolektif dan preventif ini tidak dapat ditoleransi,” ujar Le Drian, Minggu (24/1/2021).
Le Drian menjelaskan adanya tindakan represif dalam menangani aksi unjuk rasa menuntut pembebasan Alexei Navalny merupakan sebuah langkah mundur.
“Saya menemukan kemerosotan ke arah otoritarianisme, dan ini sangat mengkhawatirkan,” imbuh Le Drian.