HUMAN INTEREST

Cerita Sukses Ridwan, Dulu Karyawan, Kini Jadi Pengusaha Daging Rajungan di Bintan

Warga Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Bintan itu kini menjadi pengusaha daging rajungan. Sebelumnya ia sempat bekerja di sebuah perusahaan & berhenti

Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Dewi Haryati

BINTAN, TRIBUNBATAM.id - Seperti pepatah, usaha tidak akan mengkhianati hasil, mungkin bisa dinobatkan kepada Ridwan.

Warga Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Bintan itu kini menjadi pengusaha daging rajungan di kampung halamannya di Bintan.

Usaha yang dirintis Ridwan bisa dibilang sukses. Memang tak instan. Butuh waktu untuk membesarkannya hingga bisnis daging rajungannya bisa dipasarkan ke beberapa tempat.

Ia pun bisa memberdayakan ibu-ibu di tempatnya tinggal untuk mencari penghasilan.

Dahulunya, Ridwan sempat bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di produksi daging rajungan.

Baca juga: Kisah Nasrul, 35 Tahun Jadi Sopir Angkot Bertahan saat Pandemi, Dulu Ada Langganan

Baca juga: Kisah Haru Ibu Menangis Disalami Pria yang Sudah lama Pergi Meninggalkan Rumah: Dia Anaku!

Setelah berhenti bekerja, ia memulai usahanya sendiri bermodalkan pengalamannya bekerja di perusahaan itu.

Ia mengembangkan hasil tangkapan nelayan di kampungnya untuk bisa dijual keluar daerah. Salah satu tujuannya untuk meningkatkan perekonomian nelayan.

Awalnya memang tidak mudah. Tapi Ridwan tetap optimistis.

Akhirnya, secara perlahan, usaha daging rajungan yang dirintisnya sejak 2003 itu bisa berjalan, hingga kini sudah hampir 17 tahun lebih.

Saat ditemui TribunBatam.id di Risal Mandiri Rajungan, tempat usahanya, Ridwan tampak tersenyum lebar menyapa awak media yang ingin bertanya kepadanya.

Ia bercerita, ide memproduksi daging rajungan hasil tangkapan nelayan ini muncul setelah dirinya berhenti bekerja.

Saat itu, Ridwan mencari tahu apa usaha yang dapat dikembangkan di kampung halamannya dan bisa meningkatkan perekonomian nelayan di tempatnya.

Ia juga berkomumikasi dengan sejumlah pengusaha rajungan, baik dari Jakarta dan Medan, yang pernah dikenalnya saat bekerja di perusahaan.

Komunikasi itu membuahkan hasil dan dukungan dari sejumlah pengusaha rajungan yang dikenalnya.

Ridwan diberikan motivasi dan modal untuk memulai membuka usaha daging rajungan, dengan catatan perlahan modal tersebut tetap dibayar dengan cara mencicilnya.

Diketahui, bisnis yang dikelolanya saat ini merupakan usaha daging rajungan yang diperdagangkan ke luar daerah, yakni ke Jakarta dan Medan.

"Jadi kami ini hanya memproduksi daging rajungan atau yang biasa disebut warga di sini ketam. Kemudian kita kirim ke Jakarta dan ke Medan," terangnya.

Saat ini, ia sudah memiliki dua karyawan tetap, dan tujuh karyawan harian yang merupakan ibu rumah tangga di kampungnya.

"Jadi yang pekerja tetap itu hanya ada dua orang saja. Sedangkan tujuh ibu-ibu ini harian. Itu pun bekerjanya ketika ada barang saja atau mau produksi dengan upah per kilogram daging yang dihasilkan Rp 18 ribu," katanya.

Ia melanjutkan, produk daging rajungan miliknya sudah dipasarkan ke Jakarta, dan Medan. Bahkan diekspor ke Amerika dalam bentuk kalengan.

"Jadi dari kita ini hanya barang setengah jadi. Sedangkan pengumpul di Jakarta atau Medan biasanya diolah lagi menjadi bahan jadi.

Nah, barang jadi inilah yang dikalengkan dan diekspor ke Amerika dan biasanya dikemas hingga per kontainer," ungkapnya.

Ridwan menjelaskan, untuk melakukan produksi daging rajungan di tempat usahanya, setidaknya butuh 150 kilogram rajungan untuk mendapatkan hasil daging sebanyak 30 Kilogram siap kirim.

"Jadi kalau musim angin itu kita tidak bisa memproduksi sesuai harapan. Soalnya bahan baku rajungan itu lebih kurang 50-70 kilo perhari didapatkan.

Sedangkan untuk mencapai 30 kilogram untuk dikirim, memerlukan lebih kurang 150 kilogram bahan baku rajungan," katanya.

Ridwan melanjutkan ceritanya, untuk proses pengiriman bahan mentah daging rajungan ke Jakarta dan Medan, setidaknya ia membutuhkan waktu tiga hari menunggu bahan baku rajungan terkumpul mencapai 150 kilogram.

"Jadi dalam satu bulan itu, kita hanya bisa memproduksi dan mengirim ke Jakarta dan Medan hanya 10-12 kali. Soalnya kita produksi 3 hari sekali pengiriman sebanyak 30 kilogram," kata Ridwan.

Ridwan juga mengungkapkan, dalam satu bulan itu ia bisa mengekspor 300-400 kilogram daging rajungan ke Jakarta dan Medan.

Sedangkan untuk harga daging rajungan mentah yang dijual perkilogramnya hanya Rp 250 ribu per kilogram.

"Jadi per bulan itu penjualan kita bisa mencapai 300 sampai 400 kilogram per bulan. Namun, kalau di bulan Mei bisa mencapai 1 ton di saat booming atau musimnya," ungkapnya.

Sementara itu, saat ditanyakan harapannya kepada Pemerintah Daerah, Ridwan berharap, mereka pengusaha lokal dapat diperhatikan dan diberikan kemudahan untuk bekerja.

"Walaupun selama ini kami tidak dapat hambatan, sekiranya kalau bisa diperhatikan nelayan kami. Karena walaupun kami ini pengusaha, kami tidak mampu untuk membina semua masyarakat nelayan yang ada di Bintan," ujarnya.

(tribunbatam.id/Alfandi Simamora)

Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved