HUMAN INTEREST
Kisah Budi 20 Tahun Jadi Penambang Boat Pancung di Batam Bertahan saat Pandemi Covid
Budi yang juga warga Belakangpadang kini hanya menggantungkan hidup jadi penambang boat pancung Sekupang-Belakangpadang.Sudah 20 tahun ia melakoninya
Penulis: Beres Lumbantobing | Editor: Dewi Haryati
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Inilah kisah Budi (40), penambang boat pancung di Batam bertahan hidup saat pandemi Covid-19.
Siang itu, Budi hanya duduk terdiam menatapi setiap penumpang yang lewat di Pelabuhan Rakyat Sekupang Batam.
Ya, ia sedang menunggu giliran boat pancungnya jalan. Sambil menunggu waktu, Budi bisa duduk santai.
"Nunggu jadwal bang, kayaknya masih lama. Dari kemarin belum jalan," kata Budi sembari menggaruk kepalanya di pojokan Pelabuhan Rakyat Sekupang, Kamis (4/2/2021).
Budi sebenarnya sudah jenuh menunggu lamanya antrean. Namun ia tak punya pilihan lain selain menunggu demi penghasilan.
• KISAH Heriyanto Perantau di Karimun, 10 Tahun Bertahan Hidup dari Jualan Kain Lap Keliling
• Kisah Syam Permana, Pemulung yang Lagunya Dinyanyikan Ine Sinthya dan Inul Daratista, Hidup Nestapa
"Sabar-sabar aja lah bang kalau sekarang ni, penumpang sepi. Penambang kapal banyak, harus nunggu jadwal antrean. Ini saya dari kemarin belum jalan, dapat jadwal hari ini. Itupun cuma satu kali," ucap Budi.
Hari itu, Budi hanya mengenakan celana jins pendek, baju hitam dengan topi. Ia bak orang kesepian duduk di pojokan dermaga Pelabuhan Pancung seorang diri.
"Kapal saya jalan diurut berapa bang," tanyak Budi kepada rekannya, petugas loket sembari langsung melihat nomor antrean kapal yang ditempel di papan tulis hitam, tepat di samping loket.
Budi memang tak seperti penambang lainnya yang menunggu jadwal antrean sambil ngopi, dan bercerita di kantin pelabuhan.
"Bukan tak ada duit, biar irit saja nunggu di sini," ujar Budi.
Usia Budi memang tak lagi muda, ia sudah beranjak 40 tahun.
Budi yang juga warga Belakangpadang itu kini hanya menggantungkan hidup lewat pekerjaan sebagai penambang boat pancung Sekupang-Belakangpadang.
Bukan waktu yang singkat, ia menggeluti pekerjaan itu sudah 20 tahun sejak 2001 lalu.
Budi melakoni pekerjaan itu setiap hari untuk mendapatkan penghasilan.
Kadang penghasilannya banyak, kadang sedikit. Hanya saja selama menjadi penambang boat pancung, musim pandemi covid-19 ini membuatnya sulit untuk memperoleh penghasilan.
"Kalau dibilang menjerit, ya seperti itulah. Risiko penambang. Sehari jalan 1 kali sudah bersyukur saat ini," ucapnya.
Ia mengatakan, sudah beberapa bulan terakhir kondisi penumpang terus menurun. Akibatnya itu mempengaruhi setiap pendapatan para penambang.
Hal itu tak hanya dialami Budi seorang, penambang lainnya juga begitu.
"Makanya kita gilir jadwal bang, bergantian supaya dapat rezeki. Kalau kita penambang ada puluhan kapal, sementara yang jalan hanya 10 sehari berarti bisa menunggu 1 kali dua hari jalan," kata Budi.
Bahkan Budi mengaku, boat pancung yang ia kemudi pernah tidak berjalan dalam 3 hari lantaran tidak ada penumpang.
"Mau gimana lagi bang, memang kondisinya seperti itu. Kalau cerita sedih, ya pastilah dan harus dilalui. Cuma kan kita harus tetap bersyukur masih diberi kesehatan sama yang Kuasa," ucapnya.
Ia mengaku cerita sedih dan enaknya menjadi penambang boat pancung sudah dilaluinya.
"Sudah kita lalui semua itu bang. Kalau yang dulunya enak sehari bisa dapat Rp satu juta. Ingat kali saya tahun 2005 waktu orang masuk Batam wajib KTP Batam itu penumpang dari ponton domestik kita jemput naik pompong dan harus bayar per orang Rp 100 ribu," kata Budi mengingat pengalaman yang pernah ia lalui.
Kendati demikian, saat ini Budi tak pernah putus asa. Menurutnya rezeki setiap orang sudah ada yang mengatur.
Walau penghasilan tidak banyak, Budi mampu menutupi kebutuhan 3 orang anaknya beserta sang istri.
Tak lama bercerita tentang kisah hidupnya, tibalah giliran Budi. Ia melepas tambat dari Pelabuhan Pancung, Sekupang menuju Pulau Belakangpadang.
Suara bunyi mesin yang perlahan kecil mulai membesar, tarik gas melaju kencang meninggalkan ponton dermaga kapal.
Budi dengan sigap langsung menurunkan terpal menutup tubuh kapal agar hempasan air tidak membasahi penumpang.
(Tribunbatam.id/bereslumbantobing)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google