HUMAN INTEREST

Pedagang di Tanjungpinang Babak Belur Hadapi Pandemi, Gadai 2 Motor untuk Bertahan Hidup

Pandemi Covid-19 begitu dirasakan pedagang di Tanjungpinang. Mereka babak belur mempertahankan usaha mereka sejak virus corona itu datang.

Penulis: Endra Kaputra | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Endra Kaputra
Pedagang di Tanjungpinang Babak Belur Hadapi Pandemi, Gadai 2 Motor untuk Bertahan Hidup. Foto seorang pedagang di Tanjungpinang, David, Jumat (5/2/2021). 

TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id - Dampak pandemi Covid-19 tak hanya dirasakan oleh kalangan industri saja.

Di ibu kota Provinsi Kepri, pedagang di Tanjungpinang mencoba bertahan dari dampak pandemi Covid-19.

Beragam cara mereka lakukan agar usaha mereka tetap beroperasi.

Meski untung yang didapat tak sesuai harapan.

Bisa dibilang, mereka babak belur menghadapi pandemi Covid-19 ini.

David misalnya. Pria 55 tahun ini awalnya begitu khawatir ketika mendengar kabar virus corona di Tanjungpinang.

Pelaku UMKM di Tanjungpinang, David berharap bantuan Pemerintah Pusat untuk pelaku UMKM.
Pelaku UMKM di Tanjungpinang, David berharap bantuan Pemerintah Pusat untuk pelaku UMKM. (TribunBatam.id/Endra Kaputra)

Lambat laun kekhawatirannya bertambah.

Tidak hanya khawatir akan keberadaan Corona di Tanjungpinang, ia juga khawatir dengan kondisi usahanya.

"Betapa hancurnya pedagang di Tanjungpinang sekarang ini.

"Kalau pemerintah mau cek, coba telusuri para pedagang kecil macam kami ini.

Tanyakan satu persatu, sudah berapa banyak barang yang digadai pinjam sana sini," ucap David yang berdagang makanan sop, Jumat (5/2/2021).

Ia menceritakan, pedagang di Tanjungpinang seperti dirinya bertahan dari pandemi Covid-19 dari uang simpanan seadanya.

Bantuan Langsung Tunai atau BLT yang digembar-gemborkan dapat membantu warga terdampak pandemi Covid-19, hanya membuat 'napas' bertahan sebentar saja.

"Boleh tanyakan kepada pedagangan lain yang mendapatkan itu, paling hanya bertahan 1 minggu.

Lepas itu pasti kebingungan," ucapnya.

Dispar Kepri Klaim Angka Hunian Hotel Capai 50 Persen, Dampak Pandemi Covid-19

Sudah Awal Tahun, Tingkat Hunian Hotel di Batam Masih Rendah, Dampak Pandemi Covid-19

Lokasi tempat David berjualan dengan para pedagang lain yang tutup di kawasan Cafe W&W Tanjungpinang. Foto diambil Kamis (2/4/2020)
Lokasi tempat David berjualan dengan para pedagang lain yang tutup di kawasan Cafe W&W Tanjungpinang. Foto diambil Kamis (2/4/2020) (TRIBUNBATAM.ID/ENDRA KAPUTRA)

Sebelum pandemi Covid-19, usaha yang ia tekuni bisa mengantongi uang hingga Rp 1 juta dalam sehari.

Itu pun jualannya pun hanya dimulai sejak pagi hingga siang hari saja.

Sejak pandemi Covid-19, kami berjualan dari pagi sampai malam hari dapat Rp 300 ribu itu sudah sujud syukur.

Untuk menutupi kekurangan, sudah menjadi hal yang harus dilakukan saat ini bagi David.

Bahkan Ia juga telah menggadaikan 2 sepeda motor miliknya.

"Kalau soal nombok jangan ditanya, banyak pasti nombok lah.

Motor 2 saya gadai. Satu ke rentenir satu lagi ke bank," tegasnya.

Ia pun berharap ada solusi nyata dari pemerintah.

Bagaimana pemerintah bisa membantu pelaku UMKM sepertinya dirinya tetap eksis.

"Kami butuh solusi dan cara bagaimana kami tetap bertahan. Kami terimakasih adanya bantuan uang, tapi bagi kami pelaku UMKM jauh dari itu.

Biarlah perolehan uang yang kami dapat dari berjualan.

Tapi bagaimana caranya kami tetap bertahan dan tidak sampai nombok-nombok jualan itu yang perlu kami dapati dari penguasa," ujarnya. (TribunBatam.id/endrakaputra)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved