APA ITU Autothrottle? Diduga Jadi Penyebab Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182
Apa itu Autothrottle? Diduga jadi penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
TRIBUNBATAM.id - Apa itu autothrottle? Diduga jadi penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Setelah melalui proses panjang, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya mengumumkan laporan awal (preliminary report) kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182.
Laporan ini mengungkap dugaan penyebab kecelakaan yang menewaskan 62 penumpang itu.
Dalam laporan awal yang berdasar pembacaan kotak hitam Flight Data Recorder (FDR) tersebut, KNKT mengungkap adanya anomali di perangkat throttle pesawat Boeing 737-500.
Throttle adalah tuas untuk mengatur tenaga yang dikeluarkan mesin di pesawat, tempatnya berada di tengah kokpit antara kursi pilot dan kopilot, karena dioperasikan oleh keduanya.
Jumlah tuas throttle juga bergantung pada jumlah mesin di pesawat.
Jika pesawat memiliki dua mesin, maka jumlah throttle ada dua.
Jika pesawat memiliki empat mesin, jumlah tuas throttle di kokpit juga ada empat.
Untuk pesawat B737-500 Sriwijaya Air sendiri, menggunakan dua mesin, sehingga tuas throttle di kokpit ada dua buah.
KNKT menyebut, setelah ketinggian sekitar 10.000 kaki, tuas sebelah kiri (yang terhubung dengan mesin kiri) bergerak mundur atau mengurangi tenaga, sementara tuas throttle sebelah kanan tetap.
KNKT juga menjelaskan bahwa pesawat masih menggunakan mode autothrottle, artinya besaran tenaga (thrust) yang dikeluarkan mesin diatur oleh komputer di pesawat.
Saat autothrottle dipasang (engage), komputer pesawat akan mengatur besaran keluaran daya mesin (thrust) yang dibutuhkan.
Di pesawat Boeing, tuas throttle akan bergerak sendiri maju-mundur menyesuaikan komputer.
• Kronologi Jatuhnya Sriwijaya SJ 182 Terungkap, KNKT Buka Suara Soal Percakapan Terakhir Pilot
• Sriwijaya Air SJ 182 Harusnya Belok Kanan, Tapi Malah Belok Kiri Sebelum Jatuh Menukik
• Sriwijaya Air SJ 182 Tidak Meledak di Udara, Ini Penyebab Puing Pesawat hingga 110 Meter
Cara kerja
Lantas bagaimana cara kerjanya?
Cara kerjanya misalnya, jika pilot mengatur kecepatan pesawat adalah 210 knots di komputer pesawat, maka komputer akan melihat parameter kecepatan, jika di bawah 210 knots, maka autothrottle akan menambah daya mesin, kedua tuas throttle akan bergerak maju.
Sebaliknya, jika indikator kecepatan saat itu ternyata lebih dari 210 knots, maka autothrottle akan mengurangi daya mesin, otomatis kedua tuas throttle akan bergerak mundur.
Begitu juga jika pilot ingin menambah/mengurangi ketinggian jelajah, maka autothrottle akan menyesuaikan daya yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian tersebut.
Jika salah satu tuas throttle bergerak mundur, sehingga mengurangi daya dorong mesin, sementara tuas yang satu tetap, maka akan terjadi apa yang disebut thrust imbalance (daya dorong yang tidak seimbang).
Mengenai thrust imbalance ini, Tenaga Ahli KNKT Kapten Prita Wijaya, dalam konferensi pers pada Rabu (10/2/2021), mengatakan memang terjadi perbedaan thrust, tetapi ia juga mengatakan bahwa mesin kanan dan kiri tetap bekerja dengan normal.
Pihak KNKT belum menentukan apakah mesin yang kanan atau kiri yang mengalami anomali di sisi autothrottle.
"Yang kita lihat memang berbeda (thrust), tapi mengapanya (bisa terjadi) masih didalami," ujar Kapten Prita.
Sementara Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono mengatakan bahwa ada 13 komponen lain yang terkait dengan gerakan autothrottle ini.
"Mengapa anomali, penyebabnya komponen yang mana, kami belum bisa menentukan," kata Sorjanto.
Sorjanto kemudian mengatakan masih ada komponen-komponen lain yang dikirim KNKT untuk penelitian lebih lanjut.
• Ayah Korban Sriwijaya Air SJ 182 Didatangi Anaknya Dalam Mimpi: Kenapa Disitu Kak, Dia Diem
• Diajak Dokter Forensik ke Ruang Identifikasi Korban Sriwijaya Air, Denny Darko: Baunya Dok
• Alasan Pilot Sriwijaya Air Kapten Afwan Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kronologi

Dilansir dari Kompas.com Rabu (10/2/2021), Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, pesawat berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada pukul 14.36 WIB.
"FDR mencatat bahwa pada ketinggian 1.980 kaki, autopilot mulai aktif atau engage," ujar Soerjanto, dalam konferensi pers yang ditayangkan Kompas TV pada Rabu (10/2/2021).
Lebih lanjut Nurcahyo menjelaskan, masalah pada pesawat Boeing 737-500 itu bermula saat mencapai ketinggian 8.150 kaki.
"Pada ketinggian 8.150 kaki, throttle atau tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur," ungkap Nurcahyo.
Hal itu kemudian berpengaruh pada mesin pesawat.
"Tenaga mesin atau putaran mesin juga ikut berkurang, sedangkan mesin sebelah kanan tetap," tuturnya.
Kemudian pada pukul 14.38.51 WIB, karena kondisi cuaca, sang pilot, Captain Afwan, kemudian meminta kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 075 derajat.
Saat itu, ATC memberikan izin kepada sang pilot.
ATC juga memperkirakan perubahan itu akan menyebabkan pesawat SJ 182 akan bertemu pesawat lain, yang berangkat dari bandara yang sama di Bandara Soekarno-Hatta, dengan tujuan yang sama, yaitu Pontianak.
"Maka SJ 182 diminta berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki," tambah Nurcahyo.
Lalu pada pukul 14.39.47 WIB, pesawat mulai berbelok ke kiri saat melewati ketinggian 10.600 kaki dan berada di 046 derajat.
"Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur, atau throttle kiri bergerak mundur, yang kanan tetap," kata Nurcahyo lagi.
ATC kemudian memberi instruksi kepada pilot untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki.
Captain Afwan sempat menjawabnya pada pukul 14.39.59 WIB.
"Ini adalah komunikasi terakhir yang terekam di rekaman komunikasi pilot di ATC Bandara Soekarno Hatta," ungkap Nurcahyo.

• Jenazah Bocah Pemilik Jaket Minnie Mouse Ditemukan, Sang Ibu juga Korban Sriwijaya Hamil
• Ratusan Pesilat Hadir di Pemakaman Korban Sriwijaya Air SJ 182, Sang Ayah: Saya Iklhas
• 11 Januari Jenazah Pramugara Sriwijaya Air Teridentifikasi, Sang Istri: Itu Tanggal Kita Tunangan
FDR kemudian merekam bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mencapai ketinggian tertinggi 10.900 kaki pada pukul 14.40.05 WIB.
"Setelah ketinggian ini pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif atau disengage, arah pesawat pada saat itu adalah 016 derajat," kata Nurcahyo.
"Sikap pesawat atau hidungnya mulai naik atau pitch up dan pesawat mulai miring atau roll ke sebelah kiri," kata Nurcahyo.
Saat itu, Nurcahyo mengatakan bahwa throttle sebelah kiri semakin berkurang, sedangkan yang bagian kanan tetap.
FDR mencatat aktivitas terakhir pesawat pada pukul 14.40.10.
Saat itu autothrottle mulai tidak aktif dan pesawat dalam keadaan menunduk.
"Sekitar 20 detik kemudian flight data recorder mulai berhenti merekam," kata Nurcahyo.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu Autothrottle yang Berfungsi Anomali dalam Kecelakaan Sriwijaya Air SJ182".
Baca berita terbaru lainnya di Google!