KISAH PERANTAU DI BATAM
Kisah Atina Sebatang Kara Tinggal di Batam, Bertahan Hidup Jadi Penjual Bumbu Dapur Keliling
Awalnya Atina datang ke Batam bersama seorang keponakannya. Namun kini keponakannya itu ada di Kalimantan Tengah. Atina tinggal seorang diri di Batam
Atina adalah seorang ibu sekaligus tulang punggung keluarga sejak suaminya meninggal dunia. Itu sudah lama, saat anaknya berusia 7 tahun.
Dengan berbagai macam pengalaman, akhirnya ia nekad meninggalkan kampung halamannya untuk merantau ke Batam.
Sebelum ke Batam, Atina juga sempat merantau di Kalimantan dan Jakarta. Pada akhirnya, ia kini menetap di Batam, di sebuah rumah kontrakan. Ia harus membayar Rp 350 ribu per bulan.
Atina tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai, akhirnya ia terpaksa melakoni usahanya saat ini, sebagai penjual sayur mayur, buah-buahan dan bumbu dapur menggunakan gerobak dorong.
Setiap hari ia mendorong gerobak bututnya itu berkeliling kawasan Tanjung Sengkuang untuk menjajakan barang dagangannya kepada masyarakat.
Setiap hari, Atina mendorong gerobak bututnya untuk jualan, dari pukul 07.00 WIB pagi sampai pukul 11.00 WIB siang.
Sebelum berangkat bekerja, pada Subuh ia terlebih dahulu membeli bahan-bahan yang akan dijual di Pasar Jodoh.
"Setiap hari, inilah pekerjaan saya, dan Alhamdulillah dari hasil jualan ini saya bisa menutupi kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Atina setiap hari berpenghasilan sekitar Rp 40 sampai Rp 50 ribu.
"Alhamdulillah, sehari-hari dapatlah sekitar Rp 40 sampai Rp 50 ribu bersih. Cukuplah untuk makan dan bayar sewa rumah," tutur Atina.
Memang benar dampak Covid-19 yang menjarah perekonomian, juga dirasakan Atina.
Pasalnya, sebelum Covid-19 mewabah, biasanya Atina mendapatkan hasil jerih payahnya itu berkisar Rp 70 sampai Rp 80 ribu per hari.
Ia mengaku, pekerjaan yang ia lakoni itu tidaklah mudah, karena harus mendorong gerobak setiap hari menjajakan dagangannya. Meskipun demikian ia tetap bersyukur masih bisa bekerja.
Meskipun penghasilan yang terhitung minim, ia juga sesekali mengirimkan uang untuk anak dan cucunya di kampung.
"Kalau dapat lebih, biasanya saya ngirim untuk anak sama cucu di kampung, kadang Rp 200 ribu kadang juga Rp 300 ribu," ungkap Atina.