TRIBUN WIKI
Sejarah Cap Go Meh, Perayaan Pasca Imlek yang Simpan Filosofi Mendalam
Inilah sejarah Cap Go Meh, perayaan pasca Imlek yang ternyata simpan filosofi mendalam.
TRIBUNBATAM.id - Inilah sejarah Cap Go Meh, perayaan pasca Imlek yang ternyata simpan filosofi mendalam.
Akhir perayaan Tahun Baru Imlek dikenal dengan Cap Go Meh.
Perayaan ini digelar setiap tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan Tionghoa.
Biasanya perayaan Cap Go Meh diawal dengan berdoa di vihara, kemudian dilanjutkan dengan iringan kenong dan simbal.
Selain itu, pertunjukan barongsai dan kesenian tradisional Tionghoa juga mewarnai perayaan ini.
Istilah Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien "Chap Goh Meh" (十五冥) yang berarti malam kelima belas.
Isitilah ini umum digunakan oleh Tionghoa Indonesia dan Malaysia.
Di Tiongkok, nama yang umum adalah festival lampion (元宵節; Pinyin: yuánxiāo jié).
Perayaan Cap Go Meh telah dilakukan sejak abad ke-17 Masehi pada masa Dinasti Han di Tiongkok, terutama saat migrasi masyarakat Tionghoa ke wilayah bagian selatan Tiongkok.
Perayaan diadakan bersama oleh raja dan masyarakatnya pada malam tanggal ke-15 bulan pertama penanggalan Tionghoa.
Para petani memasang lampion berwarna warni di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman serta memperindah pemandangan.
Selain itu, diadakan pertunjukan musik dan barongsai untuk memeriahkan perayaan.
Setelah itu, Cap Go Meh kemudian diadakan secara turun-temurun oleh masyarakat Tionghoa yang tersebar di seluruh dunia.
Cap Go Meh dilakukan dengan mengadakan parade dan arak-arakan di sepanjang jalan.
Pada malam harinya, perayaaan dilanjutkan dengan mengadakan festival lampion.
Dalam perayaan Cap Go Meh, pertunjukan Barongsai merupakan lambang dari kepercayaan masyarakat Tionghoa.
Barongsai diyakini sebagai pertanda kesuksesan, keberuntungan dan pengusir hal-hal buruk.
Baca juga: Apa Itu Cap Go Meh? Dirayakan Setiap Tanggal 15 Bulan Pertama Imlek, Ini Makanan Khasnya
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Kenapa saat Imlek Selalu Hujan, Benarkah Pertanda Keberuntungan?
Baca juga: IMLEK 2021 di Kepri dan Ikan Dingkis, si Emas Hidup yang Dipercaya Bawa Hoki
Awal perayaan Cap Go Meh
Cap Go Meh merupakan wujud syukur dan sarana berkumpul masyarakat Tionghoa.
Ritual ini mengandung nilai delapan Jalan Kebenaran bagi masyarakat Tionghoa, di antaranya kesetiaan (loyality), integritas (integrity), kesopanan (propriety), kebenaran moral (righteousness), kehormatan (honour), bakti (filial piety), kebajikan (kindness), dan kasih sayang (love).
Perayaan Festival Cap Go Meh atau Festival Yuanxiao digelar sebagai bentuk peringatan kepada Dewa Thai Yi, dewa tertinggi di Dinasti Han Kuno.
Sebelumnya, perayaan ini dilakukan secara tertutup di lingkungan pengadilan dan belum diketahui oleh masyarakat umum.
Festival ini biasanya digelar di malam hari, sehingga harus menyediakan lampion dan berbagai lampu penerangan.
Lampu tersebut dianggap sebagai lambang kesejahteraan semua anggota keluarga.
Ketika Dinasti Han berakhir, ritual yang disebut Festival Lampion ini mulai dikenal oleh publik.
Festival itu juga identik dengan pemandangan lampion indah yang diberikan banyak hiasan.
Sejarah Cap Go Meh
Legenda mengatakan bahwa perayaan Cap Go Meh berawal dari terbunuhnya burung dewa.
Kala itu, seekor burung dewa yang indah jatuh ke bumi.
Merasa terancam, sekelompok manusia akhirnya membunuh burung tersebut.
Rupanya, burung dewa itu adalah burung kesayangan Kaisar Langit.
Kaisar pun murka, ia memerintahkan tentara langit untuk menghukum umat manusia dengan cara membakar habis bumi pada hari ke-15.
Karena merasa iba, Putri Kaisar Langit akhirnya turun ke bumi secara diam-diam dan memberi tahu rencana tersebut.
Masyarakat pun ketakutan dan panik.
Namun, seorang pria bijak memberikan ide agar setiap rumah menyalakan lampu, petasan, dan kembang api agar Kaisar mengira bumi sudah meledak dan terbakar.
Semua orang pun setuju dan melaksanakan ide tersebut.
Pada malam hari ke-15, Kaisar melihat bumi yang terang benderang.
Ia juga mendengar suara ledakan yang keras.
Akhirnya, Kaisar Langit membatalkan rencananya lantaran mengira bumi sudah terbakar.
Baca juga: Asal-usul dan Makna Lampion Khas Imlek, Penerang yang Jadi Sumber Harapan
Baca juga: Ternyata Begini Asal-usul Kue Keranjang Khas Imlek, Dulu Penyelamat Orang Kelaparan
Baca juga: Asal-usul dan Makna Barongsai Khas Imlek, Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun Lalu
Kegiatan
Perayaan Cap Go Meh atau Perayaan Lampion ini tidak hanya dirayakan di Indonesia saja.
Beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura juga ikut merayakan hari raya ini.
Di negara Tiongkok, festival Cap Go Meh dikenal dengan nama Festival Yuanxiao (元宵节; Yuánxiāo jié) atau Festival Shangyuan.
Perayaan ini awalnya dirayakan sebagai hari penghormatan kepada Dewa Thai Yi.
Dewa Thai Yi sendiri dianggap sebagai Dewa tertinggi di langit oleh Dinasti Han (206 SM – 221 M).
Upacara ini dirayakan secara rutin setiap tahunnya pada tanggal 15 bulan pertama menurut sistem penanggalan kalender Imlek.
Upacara ini dahulu dilakukan tertutup hanya untuk kalangan istana dan belum dikenal secara umum oleh masyarakat Tiongkok.
Upacara ini dilakukan pada malam hari; untuk itu perlu disiapkan penerangan dengan lampu-lampu lampion yang dipasang sejak senja hari hingga keesokan harinya.
Inilah yang kemudian menjadi lampion-lampion dan aneka lampu berwarna-warni yang menjadi pelengkap utama dalam perayaan Cap Go Meh.
Festival ini adalah sebuah festival dimana masyarakat diperbolehkan untuk bersenang-senang.
Saat malam tiba, masyarakat akan turun ke jalan untuk menikmati pemandangan lampion berbagai bentuk yang telah diberi berbagai hiasan.
Di malam yang disinari bulan purnama sempurna, masyarakat akan menyaksikan tarian naga (masyarakat Indonesia mengenalnya dengan sebutan ‘Liong’) dan tarian Barongsai.
Mereka juga akan berkumpul untuk memainkan sebuah permainan teka-teki dan berbagai macam permainan lainnya, sambil menyantap sebuah makanan khas bernama Yuan Xiao atau Wedang Ronde.
Tentu saja, malam tidak akan menjadi meriah tanpa kehadiran kembang api dan petasan.
Yuan Xiao sendiri adalah sebuah makanan yang menjadi bagian penting dalam festival tersebut.
Yuan Xiao atau juga biasa disebut Tang Yuan adalah sebuah makanan berbentuk bola-bola yang terbuat dari tepung beras.
Bila ditilik dari namanya, Yuan Xiao mempunyai arti ‘malam di hari pertama.
Makanan ini melambangkan bersatunya sebuah keluarga besar yang memang menjadi tema utama dari perayaan Hari Imlek.
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki dengan judul 'Cap Go Meh'
Baca berita terbaru lainnya di Google!