TRIBUN WIKI
Apa Itu Lupus? Penyakit Peradangan Akibat Autoimun yang Tak Bisa Sembuh Seumur Hidup
Apa itu lupus? Penyakit peradangan akibat autoimun yang tak bisa sembuh total seumur hidup.
TRIBUNBATAM.id - Apa itu lupus? Penyakit peradangan akibat autoimun yang tak bisa sembuh total seumur hidup.
Apakah Anda pernah mendengar tentang penyakit lupus?
Lupus termasuk salah satu penyakit autoimun yang tak bisa sembuh total.
Penyakit ini berupa peradangan (inflamasi) kronis yang disebabkan oleh sistem imun yang menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh sendiri.
Penyakit ini dapat menyerang berbagai bagian dan organ tubuh seperti kulit, sendi, sel darah, ginjal, paru-paru, jantung, otak, dan sumsum tulang belakang.
Artinya, sistem pertahanan alami tubuh justru menyerang jaringan yang sehat.
Ketidakwajaran autoimun ini akan menyebabkan peradangan.
Meskipun beberapa orang pengidap penyakit lupus ini hanya menunjukkan gejala ringan, penyakit ini berlangsung seumur hidup dan dapat menjadi parah.
Tetapi sebagian besar orang dapat mengontrol gejalanya dan mencegah kerusakan organ.
Para pasien yang menderita lupus harus berkomitmen seumur hidup untuk terus mengecek kesehatan ke dokter, cukup istirahat dan olahraga, serta mengonsumsi obat-obatan.
Baca juga: Termasuk Penyakit Autoimun, Kenali Penyebab dan Gejala Penyakit Lupus
Baca juga: Apa Itu Evali? Penyakit Paru-paru Misterius Akibat Penggunaan Vape
Baca juga: Tanda-tanda Penyakit Usus Buntu yang Jarang Disadari, Perut Kanan Bawah Terasa Nyeri
Jenis
Melansir Tribunnews Wiki, penyakit lupus terbagi ke dalam beberapa jenis, antara lain:
- Lupus eritematosus sistemik (Systemic Lupus Erythematosus/SLE)
Lupus ini terjadi secara menyeluruh (sistemik) pada tubuh penderita dan merupakan jenis lupus yang paling sering terjadi.
Dinamakan lupus sistemik karena terjadi pada berbagai organ, terutama sendi, ginjal, dan kulit.
Gejala utamanya adalah inflamasi kronis pada organ-organ tersebut.
- Lupus eritematosus kutaneus (Cutaneous Lupus Erythematosus/CLE)
Merupakan manifestasi lupus pada kulit yang dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari SLE.
CLE dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu acute cutaneous lupus erythematosus (ACLE), subacute cutaneous lupus erythematosus (SCLE), dan chronic cutaneous lupus erythematosus (CCLE).
- Lupus akibat penggunaan obat
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan gejala yang terlihat mirip dengan gejala lupus, pada orang yang tidak menderita SLE.
Akan tetapi jenis lupus ini bersifat sementara dan akan menghilang dengan sendirinya beberapa bulan setelah berhenti mengonsumsi obat yang memicu gejala lupus tersebut.
Beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan lupus jenis ini, antara lain metildopa, procainamide, D-penicillamine (obat untuk mengatasi keracunan logam berat), serta minocycline (obat jerawat).
- Lupus Eritematosus Neonatal
Lupus eritematosus neonatal merupakan jenis lupus yang terjadi pada bayi baru lahir.
Lupus neonatal diakibatkan oleh autoantibodi, yaitu anti-Ro, anti-La, dan anti-RNP.
Ibu yang melahirkan anak yang menderita lupus eritematosus neonatal belum tentu mengidap lupus.
Biasanya lupus eritematosus neonatal hanya terjadi pada kulit dan akan menghilang dengan sendirinya.
Namun, pada kasus yang jarang, lupus neonatal dapat menyebabkan congenital heart block, yaitu gangguan irama jantung pada bayi baru lahir.
Kondisi ini dapat diatasi dengan cara memasang alat pacu jantung.
Baca juga: Penyebab dan Gejala Asma yang Perlu Diwaspadai, Selalu Sediakan Inhaler
Baca juga: Selain Sakit Kepala, Inilah 8 Gejala Tumor Otak yang Patut Diwaspadai
Baca juga: AWAS! Inilah Gejala dan Ciri-ciri Kanker Otak yang Harus Diwaspadai
Penyebab
Beberapa faktor yang diduga dapat memicu timbulnya penyakit lupus pada seseorang, antara lain:
- Faktor genetik
Diduga terdapat hubungan antara pengaruh faktor genetik dan lupus karena seringkali ditemukan adanya anggota keluarga penderita yang juga merupakan penderita lupus.
- Hormon
Sembilan dari sepuluh penderita lupus adalah wanita.
Wanita menghasilkan hormon estrogen lebih banyak dibanding pria.
Estrogen diketahui sebagai hormon yang memperkuat sistem kekebalan tubuh (immunoenhancing), yang artinya wanita memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dibanding dengan pria.
Untuk alasan ini, wanita lebih mudah terserang penyakit autoimun bila dibandingkan dengan pria.
Perubahan hormon saat masa pubertas atau kehamilan juga dapat memicu timbulnya lupus.
Tingginya kadar estrogen saat hamil diduga memicu lupus.
- Lingkungan
Berbagai macam faktor lingkungan yang diduga dapat memicu timbulnya lupus antara lain infeksi bakteri dan virus (salah satunya virus Epstein Barr), stres, paparan sinar matahari (ultraviolet), merokok, serta beberapa zat kimia seperti merkuri dan silika.
Baca juga: Waspada Penyebab dan Gejala Pneumonia yang Mirip Covid-19, Anak-anak Lebih Rentan
Baca juga: Viral Janda Cianjur Hamil karena Angin, Ini Gejala dan Penyebab Cryptic Pregnancy
Baca juga: AWAS! Gejala Baru Virus Corona Berkembang, Waspada bila Muncul Bercak Mirip Sariawan
Gejala
Gejala lupus sangat bervariasi bisa dengan mudah hilang dan kambuh.
Saat-saat gejala menjadi lebih buruk disebut kekambuan atau flare.
Saat-saat gejala tidak muncul atau dapat dikendalikan disebut dengan remisi.
Gejala yang sering dialami meliputi merasa sangat lelah, nyeri sendi atau bengkak (arthritis), demam, dan ruam-ruam kemerahan kulit.
Ruam sering terjadi setelah pasien berada di bawah sinar matahari.
Penderita mungkin memiliki luka di mulut dan rambut rontok.
Seiring waktu, beberapa orang dengan lupus memiliki masalah dengan jantung, paru-paru, ginjal, sel darah, atau sistem saraf.
Tidak ada tes pemeriksaan tunggal untuk lupus, mengapa? karena lupus mempengaruhi orang dalam cara yang berbeda, akan sulit untuk mendiagnosisnya dengan satu tes saja.
Dokter akan memeriksa lupus dengan mengajukan pertanyaan tentang gejala-gejala dan riwayat kesehatan di masa lalu dan melakukan beberapa tes urine dan tes darah.
Baca juga: Penyebab dan Gejala Mioma Uteri yang Bisa Berujung pada Pengangkatan Rahim, Wanita Wajib Tahu
Baca juga: Gejala dan Ciri-ciri Vertigo, Pusing yang Sering Disepelekan padahal Mematikan
Baca juga: Ganas dan Mematikan, Waspada Gejala dan Ciri-ciri Kanker Otak yang Jarang Disadari
Diagnosis
Diagnosis lupus yang benar membutuhkan pengetahuan dan kesadaran di pihak dokter dan komunikasi yang baik di pihak pasien.
Riwayat medis yang akurat, pemeriksaan fisik dan hasil tes laboratorium membantu dokter mempertimbangkan penyakit lain yang mungkin menyerupai lupus atau menentukan apakah Anda benar-benar memiliki penyakit tersebut.
Tes yang paling berguna untuk membantu diagnosis mengidentifikasi auto-antibodi tertentu sering hadir dalam darah para pengidap lupus.
Sebagai contoh, tes antibodi antinuklear (ANA) biasanya digunakan untuk mencari auto-antibodi yang bereaksi terhadap komponen inti sel-sel tubuh.
Sekitar 98 persen orang dengan lupus memiliki ANA, yang dapat menyerang bahan inti sel Anda.
Namun, ada sejumlah penyebab lain dari ANA positif selain lupus, termasuk infeksi dan penyakit autoimun lainnya.
Alat diagnostik untuk lupus termasuk:
- Riwayat kesehatan
- Selesaikan pemeriksaan fisik
- Biopsi kulit
- Biopsi ginjal
- Tes laboratorium, seperti :
a. laju endap darah (LED)
b. kimia darah
c. Antinuclear Antibody (ANA)
d. Tes autoantibodi lainnya
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul 'Lupus'.
Baca berita terbaru lainnya di Google!