KISAH PERANTAU DI BINTAN
Kisah Pandai Besi di Desa Kawal Bintan Bertahan dengan Cara Tradisional
Pandai besi Sani bercerita, dalam seminggu, tidak setiap hari ada orang yang datang dan membeli barang jadi di tempatnya
Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Dewi Haryati
BINTAN, TRIBUNBINTAN.com - Pandai besi menjadi profesi yang kian langka di tengah masyarakat saat ini.
Hal itu seiring banyaknya peralatan dapur yang kini diproduksi di pabrik.
Namun siapa sangka pekerjaan pandai besi masih ditekuni beberapa warga di Desa Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan.
Tribunbatam.id berkesempatan melihat cara kerja pandai besi di usaha milik Makjam. Hari itu, pemiliknya sedang tidak berada di tempat. Hanya ada keponakannya Sani (42) yang bekerja di sana.
Sani telah menekuni usaha pamannya itu hampir 3 tahun lamanya.
Baca juga: Dari Jualan Sosis Bakar, Ema Lulus Sarjana hingga Jadi Bos Cafe Kuliner di Lingga
Baca juga: Kisah Guru Tunanetra di Tanjungpinang, Dedikasikan Diri untuk Mengajar Siswa Bernasib Sama
"Kebetulan paman saya tidak di sini, biasalah kalau siang hari paman saya balik ke rumah dan saya yang bekerja di sini," katanya, Kamis (4/3/2021).
Sebelum menjadi pandai besi, Sani sempat bekerja sebagai kuli bangunan dan tukang perbaiki mesin untuk menghidupi keluarga tercintanya.
Pilihannya menjadi pandai besi, karena pekerjaan itu belum tentu semua orang bisa. Makanya, pamannya dan dia tetap mempertahankannya sampai sekarang.
Sani bekerja setiap hari bersama pamannya, mulai dari mengolah bahan mentah sampai jadi barang, sesuai pesanan pelanggannya.
Selain membuat peralatan seperti sabit atau pisau dan parang, mereka juga melayani jasa perbaikan alat-alat pertanian tradisional seperti sabit atau cangkul.
Pandai Besi Makjam milik pamannya sudah berjalan tiga tahun di Desa Kawal Idaman yang berada di pinggir jalan Wisata Bahari, Kecamatan Gunung Kijang.
"Sebelumnya kami paling lama membuka usaha ini di Guntung, daerah Pulau Burung Riau," ujar pria asal Kalimantan ini.
Sementara itu untuk harga perkakas dapur dan tani yang dijual di Pandai Besi Makjam ditawarkan mulai Rp 50-300 ribuan.
Adapun harga tersebut mulai dari pisau dapur hingga pembuatan Samurai dan pedang.
"Jadi perkakas seperti pisau sampai parang tebas yang kita jajakan di sini yang sudah selesai, dan kalau ada yang mesan untuk ditempah sesuai keinginan, kita juga bisa layani," ucapnya.
Pelanggan yang memesan alat perkakas dapur dan tani ternyata bukan warga Bintan saja. Bahkan, pelanggannya ada yang datang dari Tanjungpinang dan Batam.
Untuk besi yang digunakan untuk bahan menempah dan menghasilkan sebuah per kakas dapur dan pertanian, biasanya mereka membutuhkan bahan dari per mobil, piringan senso bekas.
"Alasan memilih bahan itu karena kualitas besi bagus dan ketajaman awet," terangnya.
Selain besi, mereka juga membutuhkan bahan kayu untuk arang saat menempah besi menjadi barang jadi. Bahan kayu yang digunakan mereka merupakan kayu akasia. Mereka membelinya per lori sekitar Rp 320 ribu.
Usaha pandai besi milik Makjam dan Sani buka setiap hari dari pukul 08:00 hingga 16:00 Wib di hari biasa. Sedangkan Minggu buka dari pukul 08:00 hingga 17:00 Wib.
"Mengapa kita buka lebih lama di hari Minggu, soalnya banyak orang yang berlibur ke Trikora dan melintas di sini, sehingga pembeli lumayan ada di hari Minggu," paparnya.
Sani menambahkan, memang tidak setiap hari ada orang yang membeli perkakas dapur di tempatnya.
"Terkadang tidak ada sama sekali, intinya tidak menentu. Seperti hari ini contohnya masih baru dua orang yang memesan untuk ditempah, dan beli yang sudah jadi di sini belum ada," ujar pria kelahiran Tembilahan Riau ini.
(tribunbatam.id/Alfandi Simamora)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google