KISRUH PARTAI DEMOKRAT
PDI Pernah Porak-poranda 1996 Silam Hampir Sama dengan Domokrat, Kuat Moeldoko atau AHY?
Pengamat : Orang yang biasanya berada di pusaran kekuasaan adalah paling diuntungkan. Kisruh AHY dan Moeldoko masih bergulir bak kelereng
PDI P Pernah Porak-poranda 1996 Silam, Siapa Kuat Moeldoko atau AHY? Ini Kata Pengamat
MEDAN, TRIBUNBATAM.id - Tahun 1996 merupakan sejarah kelam bagi Partai Demokrasi Indonesia ( PDI).
PDI, sebelum terpecah menjadi PDI Perjuangan pernah porak-poranda tahun 1996 silam, dan tragedi itu dikendal dengan Kudatuli atau Kerusuhan 27 Juli 1996.
Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya 2-6 Desember 1993, Megawati terpilih dengan suara terbanyak (meraih 256 dari 305 suara cabang) sebagai Ketua Umum PDI mengalahkan Budi Hardjono.
Namun, pemerintahan Soeharto tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI.
Baca juga: 4 Partai Politik yang Pernah Terpecah selain Partai Demokrat, PDIP hingga Golkar
Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.
Pada tanggal 27 Juli 1996, Peristiwa 27 Juli, kelompok Soerjadi melakukan perebutan kantor DPP PDI dari pendukung Megawati.
Sehingga pada pemilu 1997 pemilih PDI menjadi kecil karena sebagian besar massanya, berpindah pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang lebih dikenal sebagai "Mega Bintang"
Baca juga: SIAPA Renanda Bachtar? Pengganti Apri Sujadi Jabat Plt Ketua DPD Partai Demokrat Kepri
Kata Pengamat

Pengamat Politik yang juga Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara ( FISIP USU), Warjio MA., Ph. D mengatakan bahwa perpecahan partai politik sebenarnya sudah biasa terjadi.
Baca juga: Relawan Jokowi Bilang KLB Demokrat Bahaya bagi Jokowi, Moeldoko Diduga Bakal Maju Pilpres 2024
"Sebenarnya kasus serupa seperti ini sebelumnya sudah terjadi di partai lain. Seperti PPP, PKB dan Golkar," kata Wajio, Sabtu (6/3/2021).
Sampai di titik itu, lanjut Warjio, barulah pemerintah akan mengambil kebijakan.
"Seperti PPP, PKB, Golkar juga. Nanti juga akan dilakukan terhadap Demokrat," ucapnya.
Warjio menjelaskan, sikap tegas pemerintah akan diambil ketika menjelang pemilu nanti.
"Saya kira nantinya yang diterima pemerintah yakni partai yang bisa dianggap akomodatif dan bisa bekerja sama dengan pemerintah. Dan itu yang akan terjadi," ungkapnya.
Soal perpecahan ini, lanjut Warjio, dianggap sebagai hal yang lumrah.
Ini merupakan trend dalam konstelasi politik.
Baca juga: BREAKING NEWS, Apri Sujadi Dipecat dari Ketua DPD Demokrat Kepri
AHY vs Moeldoko
Seperti diketahui, ada dualisemi kepemimpinan Partai Demokrat. Menurut Warjio, orang yang biasanya berada di pusaran kekuasaan adalah paling diuntungkan.
"Oleh karena itu, partai-partai yang tidak sealiran atau tidak satu pandangan (dengan pemerintah), ini dianggap menjadi tantangan apa yang menjadi mereka cita-citakan. Dan selama ini memang kan melihat partai Demokrat menjadi partai oposisi," ujarnya.
Sebagai partai oposisi, tentu pemerintah khawatir ini akan semakin besar.
Baca juga: Sebelum Heboh Kudeta Demokrat, Gatot Ungkap Ada Pergerakan Senyap: Saya Didatangi Seseorang

"Dan itu tentunya akan menjadi persoalan bagi penguasa. Sehingga itu tidak bisa dibiarkan. Maka momennya itu adalah dilihat dari berbagai hal yang terjadi seperti tatanan partai di internal partai Demokrat," ungkapnya.
Baca juga: Singgung Pemerintah Jokowi, Istri AHY Buka Suara Ditunjuknya Moeldoko jadi Ketum Demokrat versi KLB
Menurut Warjio, dirinya melihat setelah kongres nasional partai Demokrat di Jakarta, partai ini telah bergeser.
"Kalau dulu orentasi sistem kepemimpinan yang berbasis senioritas itu muncul. Pascakongres kepengurusan, banyak didominasi oleh tenaga-tenanga muda. Sementara kita lihat senior untuk tidak mengatakan mereka itu kelompok tua. Namun mereka itu juga memiliki peran besar dan merasa tersingkirkan," katanya melalui sambungan telepon.
Hadirnya tenaga-tenaga muda, membuat para senior gerah.
"Mereka merasa punya andil besar untuk mendirikan partai Demokrat itu, namun merasa tidak mendapat tempat. Kekhawatiran mereka juga satu, yakni memunculkan satu politik dinasti di internal partai Demokrat itu. Sehingga kalau terus dibiarkan, ini sebagai peluang (kemunduran partai)," ucapnya.
Baca juga: SBY Tuding Bekas Anak Buahnya Kudeta AHY dari Demokrat, Moeldoko : Kau Tanya Sama Dia
Berangkat dari keresahan itu, lanjut Warjio, maka sejumlah senior dan kader menyusun langkah untuk menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat.
"Kita tahu demokrat partai yang cukup besar, dimana Demokrat juga pernah memimpin lama. Jadi potensinya besar. Maka tidak heran kalau Moeldoko itu muncul dan mengambil alih kekuasan partai Demokrat melalui KLB di Sibolangit. Jadi kita membacanya dari konteks seperti itu, bukan memang secara tiba tiba ya. Tapi terjadi persaingan partai partai politik demikian juga dengan tatakelola pemilu," pungkasnya. (*/tribunbatam.id)
BACA JUGA BERITA TERBARU TRIBUNBATAM.id di GOOGLE NEWS, klik di sini
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Demokrat Terbelah, Pengamat: Yang Diterima Pemerintah Yakni Partai yang Bisa Bekerja Sama