TRIBUN WIKI
Siapa Budi Waseso? Dirut Bulog Sentil 2 Menteri Soal Impor Beras: Penyaluran Sulit
Siapa Budi Waseso atau Buwas? Mantan Kabareskrim ini sentil 2 Menteri soal impor beras.
TRIBUNBATAM.id - Siapa Budi Waseso atau Buwas? Mantan Kabareskrim ini sentil 2 Menteri soal impor beras.
Belakangan, nama Budi Waseso disorot setelah menyebut jika 2 menteri menginstruksikan impor beras.
Instruksi impor beras itu menjadi polemik lantaran stok beras di Indonesia masih menumpuk.
Adapun dua menteri yang disebut Budi Waseso adalah Menteri Koordinator Ekonomi Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Dua menteri Jokowi ini menginstruksikan import beras dalam sebuah rapat koordinasi terbatas.

“Rakortas saat itu enggak diputuskan untuk impor. Hanya kebijakan dari Pak Menko (Perekonomian) dengan Mendag itu yang pada akhirnya kita dikasih penugasan tiba-tiba untuk laksanakan impor,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Badan Legislasi DPR secara virtual, Selasa (16/3/2021).
Buwas menambahkan, dalam rakortas yang dipimpin Menko Airlangga tersebut hanya membahas mengenai kemungkinan kelangkaan dan prediksi cuaca.
“Enggak ada. Jadi saat itu hanya membahas kemungkinan dan cuaca prediksi kelangkaan, sehingga waktu itu perlu kita impor sebagai buffer stock atau iron stock,” katanya.
Bulog menyatakan akan kesulitan menyalurkan beras impor tersebut.
Lantas, siapa sebenarnya Budi Waseso?
Baca juga: Beda Pendapat Dirut Bulog Vs Menteri Jokowi Soal Impor Beras, Buwas Bela Petani: Harga Sudah Drop
Baca juga: Bulog Jamin Stok Pangan di Tanjungpinang Cukup
Baca juga: Bulog Tanjungpinang Pastikan Stok Beras Aman, Sebut Distribusi Bansos Beras 100 Persen
Profil dan Biodata Budi Waseso
Budi Waseso adalah Direktur Utama (Dirut) Perum BULOG yang menjabat sejak 27 April 2018.
Pria yang akrab disapa Buwas ini adalah purnawirawan perwira tinggi Polri dengan pangkat terakhir Komisaris Jenderal (Komjen).
Budi Waseso lahir di Parenggan, Pati, Jawa Tengah pada tanggal 19 Februari 1960.
Sumber lain mengatakan jika pria 61 tahun ini lahir di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Budi adalah lulusan Akademi Kepolisian angkatan 1984.
Ia lalu menyelesaikan pendidikan SELAPA pada tahun 1994, SESPIM POLRI pada tahun 2000, kemudian menyelesaikan SESPIMTI POLRI pada tahun 2008.
Buwas menjabat sebagai KABARESKRIM POLRI pada bulan Januari 2015, kemudian menjabat sebagai Kepala BNN pada bulan September tahun 2015.
Pada 27 April 2018, ia ditugaskan sebagai Direktur Utama Perum BULOG.
Budi Wasesa merupakan menantu mantan Kapolda Bali dan Kapolda Jatim Letnan Jenderal Polisi (Purn.)
Pamudji yang terakhir menjabat Deputi Kapolri tahun 1980-an (setara Wakapolri).
Riwayat Jabatan
2007: Kaden Opsnal II Puspaminal Div Propam Polri
2008: Kabid Propam Polda Jateng
2009: Kabid Litpers Pusprovos Div Propam Polri
2010: Kapus Paminal Div Propam Polri
2012: Kepala Kepolisian Daerah Gorontalo
2013: Widyaiswara Utama Sespim Lemdiklat Polri
2014: Kasespim Lemdiklat Polri
2015: Kepala Badan Reserse Kriminal Polri
2015: Kepala Badan Narkotika Nasional
2018: Pati Yanma Polri
Aktif di Pramuka

Selain menjabat Direktur Utama Bulog, Buwas juga menjadi Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Selama berkarir, Buwas mendapat sejumlah tanda jasa.
Berikut di antaranya:
Bintang Bhayangkara Pratama
Bintang Bhayangkara Nararya
SL. Pengabdian XXIV
SL. Pengabdian XVI
SL. Pengabdian VIII
SL. Jana Utama
SL. Dwidya Sistha
SL. Santi Dharma
SL. Dharma Nusa
SL. GOM IX
Membuat Pusat Pengembangbiakan Anjing Pelacak
Buwas mengatakan bahwa saat ini Indonesia punya pusat pengembangbiakan dan pelatihan anjing pelacak atau K9 yang berada di Lido, Bogor, Jawa Barat.
Pertimbangan membuat pusat pengembangbiakan anjing adalah karena Indonesia selama ini selalu membeli anjing-anjing pelacak dari luar negeri dengan harga yang mahal.
"Kalau kita membeli itu selalu kita ketergantungan dengan negara lain dan sangat mahal. Maka kita harus bisa melatih dan membuat sendiri, breeding. Maka saya membangun tempat itu, tempat pelatihan anjing dan breeding, juga di Lido dan sudah diresmikan," kata Buwas di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur pada Kamis (1/3/2018).
Untuk mengembangbiakan dan melatih anjing-anjing pelacak, ia telah menyekolahkan anggotanya ke Australia, Selandia Baru, dan Amsterdam.
"Kita punya kemampuan-kemampuan itu karena anggota-anggota saya kita sekolahkan ada di Australia, ada di Amsterdam, dan New Zealand. Nah sekarang mereka sudah jadi ahli-ahli untuk melatih itu," kata Buwas.
Buat laboratorium narkotika bertaraf internasional
Dalam rangka memerangi peredaran narkoba di Indonesia, BNN di bawah kepemimpinan Buwas mendirikan
laboratorium narkotika nasional bertaraf internasional di Lido, Bogor, Jawa Barat.
"Saya membangun itu dengan dukungan Pak Presiden, Komisi III DPR, Menteri Keuangan, saya berhasil yang kemarin saya resmikan di Lido. Itu sekarang kita punya Laboratorium Narkotika Nasional yang bertaraf inrernasional," kata Buwas di kantor BNN RI, Cawang, Jakarta Timur pada Kamis (1/3/2018).
Laboratorium tersebut akan menjadi pusat laboratorium yang akan mendukung proses pro yustisi dalam penindakan narkotika.
"Untuk pro yustisia, nanti hanya Laboratorium Narkotika Nasional yang selama ini kita bisa macem-macem, ini tidak ada kepastian," ungkap Buwas.
Polemik impor beras

Dalam RDP dengan Komisi IV DPR, Budi Waseso melaporkan, persediaan beras per 14 Maret 2021 di gudang Bulog mencapai 883.585 ton.
Dengan rincian 859.877 ton merupakan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 23.708 ton stok beras komersial.
Sementara beras sisa impor tahun 2018 yang masih tersedia di gudang Bulog yaitu 275.811 ton, dengan 106.642 ton di antaranya mengalami turun mutu.
Adapun total impor beras tahun 2018 sebesar 1.785.450 ton.
"Kesalahan pada impor beras tahun 2018 dikarenakan rata-rata jenisnya merupakan jenis beras pera yang tidak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Akibatnya, sulitnya penyaluran beras tersebut. Kita perlu mencampur beras impor tersebut dengan beras produksi dalam negeri agar bisa disalurkan ke masyarakat," kata Buwas seperti dikutip dari antaranews.com.
Pada Maret 2020, lanjut Buwas, beras impor tahun 2018 masih tersisa sekitar 900 ribu ton.
Beras tersebut kemudian digunakan untuk penyaluran bantuan sosial dari Kementerian Sosial dan bantuan langsung dari Presiden kepada masyarakat dalam menanggulangi dampak ekonomi akibat pandemi.
Namun, beras tersebut hanya tersalurkan sekitar 450 ribu ton dari alokasi sebanyak 900 ribu ton.
Sisanya, hingga kini sebanyak 275.811 ton beras impor tahun 2018 masih tersimpan di gudang Bulog dengan 106.642 ton di antaranya sudah mengalami turun mutu.
Rencananya, kata Buwas, beras sisa impor tahun 2018 tersebut akan diolah menjadi tepung yang akan ditangani oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
Dia menyebut, Bulog saat ini telah kehilangan pangsa pasar sebesar 2,6 juta ton beras per tahun dikarenakan Program Rastra (beras untuk keluarga sejahtera) diganti oleh pemerintah menjadi Bantuan Pangan Nontunai (BPNT).
Yang tadinya masyarakat mendapatkan bansos berupa beras dari Bulog, kini diberikan bantuan secara nontunai yang bisa dibelanjakan sendiri oleh masyarakat penerima manfaat di warung-warung yang bekerja sama dengan Kementerian Sosial.
Terkait instruksi impor, Budi Waseso mengatakan pihaknya siap untuk menampung beras hingga 3,6 juta ton sesuai kapasitas gudang Bulog di seluruh Indonesia.
Namun, ia meminta agar ada pangsa pasar untuk menyalurkan beras yang diserap.
"Kalau kami membeli sebanyak apapun kami siap, asalkan hilirnya dipakai," katanya.
Berita lain tentang TRIBUN WIKI
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Biodata Budi Waseso (Buwas) yang Berani Sebut 2 Menteri Instruksikan Impor Beras, Mantan Kabareskrim,
Baca berita terbaru lainnya di Google!