Siapa Fikri Fernanda, Anak Terpidana Freddy Budiman, Kini Berani Ungkap Fakta Ayahnya
Mengenal Fikri Fernanda, anak Freddy Budiman, mantan bandar narkoba kelas kakab tahun 2016 lalu, Kini berani ungkap fakta soal ayahnya.
Sehari sebelum ayahnya dieksekusi mati, Fikri menyatakan jika Freddy meminta tambahan waktu saat dijenguk.
"Waktu itu papah kaya, 'pak, boleh nggak saya minta sampai salat Isya' batasnya' akhirnya yaudah dibolehin," kata Fikri.
Tak bisa lagi menutupi kesedihan, perasaan Fikri saat salat Isya terakhir bersama sang ayah sudah tak karuan.
Ia mengaku pertemuan terakhirnya bersama sang ayah dipenuhi tangisan dan pelukan.
Tanpa ragu Freddy bahkan memberikan ciuman untuk anak laki-lakinya ini.
Baca juga: Siapa Budi Waseso? Dirut Bulog Sentil 2 Menteri Soal Impor Beras: Penyaluran Sulit
"Salat Isya tuh udah kebayang salat terakhir gue sama bokap gue. Itu nangis. Kesedihannya gue nggak bisa ke-distract. Akhirnya salat Isya dipimpin sama dia. Setelah salat aku peluk papah. Meluk papah keluarin semua air mata. Papa meluk papa cium," ujarnya.
Tahu tak akan lagi saling bertemu, Fikri mendapat pesan terakhir dari sang ayah.
Sebelum benar-benar dieksekusi mati, Freddy sempat berpamitan kepada anak laki-lakinya ini.
Penuh haru, pertemuan terakhir keduanya juga diisi dengan pesan-pesan penyemangat.
"Papah megang pipi aku dua-duanya. Dia bilang 'papah pergi ya, tolong jaga adek-adeknya. Kamu bisa jadi orang sukses karena papah tau kamu adalah orang yang kuat' waktu udah habis. Bener-bener nggak bisa lagi ngulur waktu," kata Fikri.
Pesan Terakhir Freddy Budiman
Freddy dengan jantan mengakui kesalahannya selama dia hidup kepada anaknya.
Freddy juga mewanti-wanti anaknya agar tidak mengikuti jejaknya.
Freddy Budiman merupakan gembong narkoba, dia dieksekusi mati karena kepemilikan 1.4 juta pil ekstasi, juga masih mengendalikan pengedaran narkoba dari dalam penjara.
“Papa kayak gini karena kesalahan papa, papa engga mau dede kayak gini,” kata Fikri Ferdinan Budiman.
Baca juga: Siapa Anton Medan? Mantan Preman Langganan Penjara yang Insaf hingga Bangun Masjid