TRIBUN PODCAST

KISAH Sukses Trisnawati, Lewat Eceng Gondok Sukses Tembus Pasar Mancanegara

Lewat Tribun Podcast, Trisnawati berbagi cerita soal usaha suksesnya dari eceng gondok.

TribunBatam.id/Istimewa
KISAH Sukses Trisnawati, Lewat Eceng Gondok Sukses Tembus Pasar Mancanegara. Foto Trisnawati dan usaha eceng gondoknya. 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Apa yang dibuat Trisnawati patut diacungi jempol.

Hasil karyanya dari eceng gondok tak bisa dianggap remeh.

Produknya bahkan menembus pasar mancanegara.

Menjadi seseorang yang kreatif dan berkreasi, setidaknya menjadi kunci keberhasilannya.

Semuanya akan berjalan ketika ada niat serta ulet ketika menjalankan suatu bisnis.

Bagaimana kisah Trisnawati hingga menikmati kesuksesannya.

Berikut wawancara eksklusifnya dalam Tribun Podcast edisi, Senin (22/3/2021).

TNI Angkatan Laut di Karimun menggelar aksi bersih-bersih eceng gondok di Danau Taman Hijau, Jumat (19/2/2021)
TNI Angkatan Laut di Karimun menggelar aksi bersih-bersih eceng gondok di Danau Taman Hijau, Jumat (19/2/2021) (tribunbatam.id/istimewa)

TB: Bagaimana awal mula ibu menjadi pengrajin Eceng Gondok?

TW: Awalnya saya tidak sengaja dan bermaksud untuk pemakaian sendiri.

Nah kebetulan ada beberapa teman-teman saya ada yang suka dengan Eceng Gondok ini, sehingga makin banyak diproduksi hingga sekarang ini.

TB: Kenapa lebih milih Eceng Gondok?

TW: Karena Eceng Gondok di Batam berserakan dan banyak banget.

Saya melihat melihat peluang untuk dijadikan bisnis itu ada. Paling tidak bisa kita kirim ke tetangga sebelah seperti Singapura dan Malaysia.

TB: Bagaimana proses pembuatan Eceng Gondok dari awal?

TW: Awalnya saya ambil Eceng Gondok ini di Dam dan saya pilah-pilah saya ambil yang kecil serta pendek dan saya keringkan terlebih dahulu dengan cara manual.

Saya mulai produksi beberapa jenis dulu dan menggunakan alat seadanya seperti toples untuk malnya.

Saya bermula secara otodidak dan tidak ada yang mengajarkan saya.

Saya hanya berpatokan dengan foto yang saya lihat.

Baca juga: Banyak Tumbuh di Tanjungpiayu, Isna Sulap Eceng Gondok Jadi Produk Kerajinan di Batam

Baca juga: Tim BP Batam Kerahkan Mesin Harvester untuk Bersihkan Waduk dari Eceng Gondok

KISAH Sukses Trisnawati, Lewat Eceng Gondok Sukses Tembus Pasar Mancanegara. Foto Trisnawati dan usaha eceng gondoknya.
KISAH Sukses Trisnawati, Lewat Eceng Gondok Sukses Tembus Pasar Mancanegara. Foto Trisnawati dan usaha eceng gondoknya. (TribunBatam.id/Istimewa)

TB: Berapa lama proses pembuatan Eceng Gondok ini?

TW: Dari pertama saya ambil di waduk atau dam, saya keringkan terlebih dahulu, jika cuacanya bagus sampai satu Minggu proses pengeringannya apabila cuacanya kurang bagus maka proses pengeringannya mencapai dua Minggu.

TB: Bagaimana Proses pengeringannya?

TW: Kalau dulu saya melakukan proses pengeringan secara manual yakni dijemur, Alhamdulillah sudah punya mesin pengering sendiri.

TB: Sejauh ini sudah ada berapa karyawan ibu?

TW: Sejauh ini kita bekerja secara tim yakni beberapa kawan-kawan saya.

Saya terkadang diundang untuk mengisi PKK dari 40 orang yang saya ajarkan minimal 3 atau 4 orang yang kerjanya rapi saya ambil dan rekrut masuk dalam tim saya.

Nah jika saat mendapatkan orderan banyak maka saya akan bagi-bagi ke beberapa orang yang masuk dalam tim saya ini.

TB: Bagaimana proses penggajiannya?

TW: Lebih cenderung kepada bagi-bagi rezeki saja, kita memperdayakan ibu-ibu sekitar untuk lebih produktif, seperti contoh ada pesanan 50 saya dapat 25 maka teman saya juga dapat 25 juga.

Kami bekerja sama untuk mengatasi pesanan dari konsumen agar bisa terpenuhi. saya sengaja tidak mengambil jadi karyawan karena niat saya supaya ia bisa berkembang sendiri dari jualan dan dll.

TB: Berapa modal awal ibu?

TW: Waktu itu saya membutuhkan modal Rp 500 ribu, yang saya gunakan untuk membeli mesin untuk membuat putingnya dan juga palet-palet untuk cetakan.

Petugas membersihkan eceng gondok di Dam Duriangkang, Batam, Jumat (26/12/2014).
Petugas membersihkan eceng gondok di Dam Duriangkang, Batam, Jumat (26/12/2014). (Tribunnews batam/anne maria)

TB: Sejauh ini ibu perna mendapatkan bantuan dari mana saja?

TW: Sejauh ini saya mendapatkan bantuan dari Wirausahawan BI berubah mesin pengering dan beberapa alat lainnya.

TB: Untuk bahan bakunya apakah ibu ngambil sendiri atau bagaimana?

TW: Untuk bahan bakunya terkadang saya bersama tim ambil sendiri ke lapangan ataupun terkadang ada yang drop dan kami tinggal ambil saja.

TB: Apa kendala ibu dalam mencari bahan baku ini?

TW: Alhamdulillah setakat diBatam untuk mendapatkan bahan baku ini masih sangat banyak jadi belum ada kendala yang berarti.

TB: Selama menjalankan usaha ini apakah cuaca menjadi suatu kendala buat ibu?

TW: Ia benar terkadang faktor cuaca sangat menghambat proses kami dalam menyelesaikan pesanan dari konsumen.

TB: Sejak kapan ibu menggeluti usaha ini?

TW: Saya mulai mencoba usaha ini dari 2013 waktu itu masih gabung dan campur dengan benang juga.

Sedangkan khusus Eceng Gondok ini saya garap di akhir tahun 2017 yang lalu.

TB: Dalam bisnis ini apakah ibu perna gagal atau putus asa?

TW: Pernah saat pulang dari pengambil bahan baku ini almarhum suami saya mengalami kecelakaan sehingga sempat down dan malas untuk meneruskan usaha ini.

Namun karena banyak teman-teman yang support sehingga kami bangkit dan jalan lagi.

Mesin harvester milik BP Batam tengah membersihkan permukaan air waduk dari tumbuhan eceng gondok
Mesin harvester milik BP Batam tengah membersihkan permukaan air waduk dari tumbuhan eceng gondok (ISTIMEWA)

TB: Selama ini bagaimana cara pemasaran?

TW: Selama ini kita melakukan pemasaran lewat online dan offline di media sosial, bahkan yang datang ke rumah juga banyak.

TB: Apakah ada permintaan dari luar negeri?

TW: Pernah ada kemarin sebelum pandemi Covid-19 sempat ada pemesanan dari Singapura dan Malaysia tapi karena Covid-19 sehingga kita masih ada beberapa pemesanan yang tertunda.

TB: Bentuk apa saja yang ibu bisa kerjaen selain yang sudah ada saat ini?

TW: Semuanya Saya bisa buat tergantung pemesanan konsumen, terkadang saya ketika sebuah foto yang bagus saya pasti buat menggunaan Eceng Gondok ini.

TB: Bagaimana suka dan duka ibu selama menekuni usaha ini?

TW: Suka dan dukanya ada, seperti contoh awal mula kita jalani usaha ini kita tidak langsung dikenal.

Nah dari awal hingga saat ini kita selalu usaha untuk mempromosikan ini lewat media sosial seadanya.

Pada umumnya masyarakat Batam tau jika usaha ini datang dari Jawa, mereka tidak tau ini merupakan asli buatan Batam.

Sedangkan sukanya Alhamdulillah saat ini sebagian besar sudah tahu jika Eceng Gondok ini merupakan hasil karya asli Batam.

TB: Bagaimana proses penjualan pertama?

TW: Dulu saat menjual pertama selama satu Minggu tidak ada yang laku, kendati demikian saya bersama tim tidak kapok.

Kami tetap berjuang dan keliling kemana-mana untuk mempromosikan ini.

Waktu itu kami keliling menggunakan sepeda motor yang punya banyak kendala yakni hujan dan panas.

Namun karena niat saya maka apapun itu saya harus lewati.

Saya tetap kekeh dan yakin jika usaha ini pasti berjalan, Alhamdulillah saat ini sudah mulai berkembang hingga ke luar negeri.

TB: Sejauh ini apa yang sudah ibu bantu dalam merekrut dalam kerjaan ini?

TW: Saya pernah merekrut seorang bapak-bapak yang suka nongkrong di warung tuak.

Tujuannya untuk ikut saya dalam usaha ini, meski keuntungan tidak banyak namun bapak ini sudah mulai produksi sendiri.

Bukan keuntungannya namun paling tidak saya bisa kasih dia jalan untuk bekerja.

TB: Berapa omzet penjualan dalam satu bulan?

TW: Alhamdulillah dulu yang hanya rutasan sekarang menjadi ribuan.

TB: Secara Kuantitif ibu bisa memproduksi berapa Pisces dalam sehari?

TW: Sejauh ini dalam sehari kami berhasil menghasilkan 120 pisces dengan harga yang variatif.

TB: Sejauh ini yang pesan paling banyak dari mana Bu?

TW: Yang pesan paling banyak sejauh ini yakni Singapura dan Malaysia. Mereka pesan tempat handuk dll.

TB: Selama pandemi Covid-19 ini omzetnya bagaimana?

TW : Selama pandemi omzetnya otomatis turun drastis. Karena selama ini yang paling banyak membeli yakni Singapura dan Malaysia.

TB: Untuk menyikapi kondisi seperti ini apa yang ibu lakukan?

TW: Saya selalu melihat moment dan peluang kayak sekarang kita tidak bisa kirim keluar.

Sementara dalam negeri sendiri saat pendemo ini orang tergila-gila dengan bunga untuk itu momentum ini saya ambil untuk pas bunga.

Kedepan berhubung mau memasuki bulan puasa maka kami akan produksi tempat tisu.

TB: Jika mau melihat hasil karya ibu bisa dilihat dimana Bu?

TW: Bisa dilihat di galery pribadi saya di Bukit Ayu Lestari Blok B1 no. 8 Mangsang, Sei Beduk Batam, Kepri.

TB: Prodak yang paling mahal ibu jual itu apa?

TW: Untuk saat ini yang paling mahal adalah meja dan kursi, satu set saya jual kisaran Rp 1,7 juta hingga Rp 2,5 juta.

Untuk karpet saya jual dengan harga Rp 700 ribu hingga Rp 2,5 juta.

TB: Apa pesan ibu untuk para UKM yang lain?

TW: Pada kesempatan ini saya berpesan kepada teman-teman UKM yang lain agar banyak-banyak bergabung Dinas terkait.

Karena di sana banyak pembelajaran karena saya sudah mengalami sendiri yang awalnya tidak tahu setelah bergabung menjadi tahu.

Jika ada yang saat ini belum bekerja dan ingin bekerja sama dengan kami silakan datang ke alamat di atas.(TRIBUNBATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang Tribun Podcast

Berita Tentang Batam

Berita Tentang Berita Batam Hari Ini

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved