Benarkah Jenggot Bisa Tingkatkan Risiko Terpapar Covid-19? Simak Alasannya
Selama masa pandemi, menumbuhkan brewok atau jenggot mungkin tampaknya tidak berbahaya. Namun bagi mereka yang memilih tidak mencukur jenggot dan ...
TRIBUNBATAM.id - Selama masa pandemi, menumbuhkan brewok atau jenggot mungkin tampaknya tidak berbahaya.
Namun bagi mereka yang memilih tidak mencukur jenggot dan membiarkannya tumbuh dengan lebat, ini akan berdampak pada upaya kita dalam mengakhiri pandemi.
Apa hubungannya?
Alasan kenapa kita menggunakan masker adalah untuk menutup mulut dan hidung agar menahan virus yang terkandung di dalam droplets (cairan pernapasan) agar tidak mengenai orang lain. Ini jika kita terinfeksi suatu virus penyakit, termasuk Covid-19.
Dengan memakai masker, kita pun dapat terhindar dari tetesan droplets yang mungkin disebarkan orang lain.
Jadi memakai masker untuk melindungi diri kita sendiri dan orang lain.
Nah, masker pun tidak bisa asal tempel saja.
Untuk mengurangi risiko tertular atau menyebarkan virus Corona, masker harus pas. Tidak ada celah antara kulit dan masker.
Saat seseorang memiliki jenggot atau brewok, ini akan mengurangi keefektifan pemakaian masker.
Sebab, adanya jenggot atau brewok seringkali menciptakan celah antara wajah dan masker.
"Setiap celah meningkatkan kemungkinan virus masuk atau keluar dari lubang, yang jelas meningkatkan risiko menularkan atau tertular penyakit," kata Dr Mona Gohara, seorang profesor klinis dermatologi di Yale School of Medicine.
Dilansir CNN, Selasa (23/3/2021), memakai masker tidak sepenuhnya mencegah infeksi, tetapi dapat membantu membatasi penyebaran tetesan pernapasan yang kemungkinan mengandung virus di antara manusia.
Menurut sebuah studi pada Desember 2020, penggunaan masker dapat mengurangi paparan jumlah infeksi virus Corona SARS-CoV-2 hingga hampir 50 persen.
Haruskah mencukur jenggot?
Bagi sebagian orang, mencukur jenggot mungkin berat dilakukan karena ini memengaruhi ekspresi diri, kepercayaan diri, atau alasan lain.