Waspadai Cuci Otak Paham Radikal ke Generasi Milenial, Boleh Ambil Harta Orang Lain
Dua peristiwa teror yakni bom di Gereja Katedral Makassar dan ke Mabes Polri melibatkan perempuan. Ken Setiawan membagikan cara merekrut milenial
TRIBUNBATAM.id - Dua peristiwa teror yakni bom di Gereja Katedral Makassar dan serangan ke Mabes Polri melibatkan perempuan.
Di bom Gereja Katedral Makassar, suami istri menjadi pengantin bom.
Sementara serangan ke Mabes Polri dilakukan Zakiah Aini.
Ternyata aksi teror melibatkan perempuan sudah masuk ke berbagai lini.
Modus-modus terorisme kerap kali memanfaatkan perempuan sebagai 'ujung tombak'. Di antaranya untuk melakukan perampokan demi mendapatkan dana operasional.
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan menceritakan saat dirinya menjadi seorang perekrut kelompok radikal di NII.
Terutama bagaimana merekrut perempuan untuk aktivitas tertentu, seperti perampokan.
"Radikalisme di kalangan perempuan ini memang unik," tutur Ken saat berbincang bersama Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domuara D Ambarita, Kamis (1/4/2021).
Baca juga: Namanya Ada di Surat Tulisan Tangan Terduga Teroris Zakiah Aini, Reaksi Ahok Tak Terduga
Saat masih bergabung dengan NII, kata Ken, anggota terbanyak adalah dari kalangan perempuan.
"Bahkan di tingkat amaliyah, penggalangan dana, dan perekrutan anggota baru, perempuan itu cukup menjadi andalan," ucap Ken.

Ken menyontohkan, perempuan di NII memiliki tugas khusus sebagai garda terdepan untuk melakukan perampokan. Misalnya, menyamar jadi pembantu di perumahan.
"Perampokan itu kita pernah sehari bisa mencapai Rp 1 miliar. Modusnya ketika saya bergabung, itu kita menggunakan perempuan," imbuh Ken.
Ken mengatakan, mereka dibuatkan KTP, ijazah, dan Kartu Keluarga palsu untuk meyakinkan si pengguna jasa mereka bekerja.
"Kita pilih Pondok Indah, Kalibata, jadi pembantu. Tunggu majikan pergi, anak sekolah. Panggil kita kasih tahu rumah kosong, kalau perlu kita bawa mobil atau truk, itu harta orang kita ambil," tuturnya.
Sementara para kelompok NII lainnya bergerak ke rumah tersebut, setelah mendapat informasi rumah ditinggalkan oleh para majikan. Dengan begitu leluasa untuk mengambil barang-barang berharga.