HUMAN INTEREST

KISAH Hidup Pasutri di Anambas, Hidup Sederhana Hingga Anak Dapat Beasiswa Keluar Negeri

Kisah hidup pasutri di Anambas begitu menginspirasi. Hidup serba sederhana, anak mereka meraih prestasi dengan mendapat beasiswa kuliah keluar negeri.

TribunBatam.id/Rahma Tika
KISAH Hidup Pasutri di Anambas, Bertahan Hidup Hingga Anak Dapat Beasiswa Keluar Negeri. Foto Setiowening Widyastuti (59) dan Yunus (60) memilih merantau ke Anambas, hingga anak bisa berkuliah dan mendapatkan beasiswa, Rabu (7/4/2021). 

ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Pasangan suami istri atau pasutri di Anambas , Yunus (60) dan Setiowening Widyastuti (59) sama sekali tak menyangka dengan kondisi dua anaknya.

Dua anaknya mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yakni berkuliah di salah satu universitas bergengsi.

Berasal dari keluarga sederhana, ternyata perjalanan Yunus dan istrinya tidak lah mulus seperti air mengalir.

Berbagai rintangan kehidupan mereka lalui sejak menginjakkan kaki di Kepulauan Anambas.

Jauh - jauh datang dari Toraja, Sulawesi Selatan, Yunus memboyong istri dan anaknya untuk mengadu nasib di Kepulauan Anambas.

Mulanya, kehidupan memang tidak berpihak kepada keluarganya.

Ilustrasi Beasiswa 2021
Ilustrasi Beasiswa 2021 (Scholarship)

Mengawali pekerjaan di salah satu perusahaan besar yang kala itu masih berdiri di Matak, Yunus hanya bertahan selama enam bulan akibat perusahaan itu tiba-tiba tutup hingga akhirnya ia terpaksa berhenti bekerja.

"Dulu sampai di sini sempat kerja selam enam bulan.

Cuma berhenti karena perusahaannya tutup.

Akhirnya sama istri putar otak untuk mencari usaha lain," ujar Yunus (60), saat ditemui di kediamannya, Rabu (7/4/2021).

Setiowening yang merupakan istri Yunus mengungkapkan bahwa ia harus berjuang membantu perekonomian keluarga dengan berjualan pentol atau biasa yang disebut bakso dengan kuah saos.

Menggunakan gerobak seadanya, Setiowening harus mendorong dagangannya untuk ia jajakan kepada anak-anak dan warga sekitar.

Pedihnya kehidupan kala itu mengingatkan Setiowening akan perjuangan ia dan suami.

Selama hampir 7 tahun jatuh bangun ia mencari cara untuk menafkahi anak dan membantu suaminya.

"Dulu saya sampai pinjam uang ke rentenir.

Baca juga: Buka Pendaftaran Kuliah D3 Gratis, Ini Syarat Jika Mau Beasiswa 2021 Politeknik Kemenperin

Baca juga: BEASISWA 2021 : Perusahaan Google Buka Beasiswa Ilmu Komputer Khusus Perempuan

Ilustrasi beasiswa Bhinneka Tunggal Ika dari Jakarta Intercultural School (JIS) Jakarta.
Ilustrasi beasiswa Bhinneka Tunggal Ika dari Jakarta Intercultural School (JIS) Jakarta. (DOK. JIS via kompas.com)

Karena dagangan saya banyak sekali cobaannya, dari yang tidak laku, sampai pernah sekali jualan saya itu dikerubungi semut dan akhirnya tidak bisa jualan.

Saya juga ajarkan suami bikin bakso biar suami yang bikin dan saya yang dorong gerobaknya," tutur Setiowening.

Namun ia tetap percaya dibalik kesulitan yang saat itu ia alami akan tiba kesuksesan nantinya.

Meski harus jatuh berkali-kali, pasangan suami istri ini tetap tak menyerah berjualan apa saja kala itu.

"Kami dulu tinggal di kontrakan, untungnya yang punya itu orangnya baik.

Jadi kami sangat bersyukur sekali. Setiap mau jualan saya selalu bawa ketiga anak saya ini," katanya.

Rasa sabar yang ia tanamkan setiap harinya pun berbuah manis.

Memiliki anak yang pintar, membawa anak perempuan Yunus dan Setiowening mendapatkan beasiswa kuliah ke Malaysia.

"Senang sekali saat itu, anak saya dapat beasiswa ke Malaysia, hanya 3,5 tahun akhirnya anak saya lulus dan sekarang sudah bekerja di Balitbangpeda sini," sebutnya.

Rapat pertemuan pembentukan panitia kunjungan Menkominfo di Balitbangpeda lantai 3 Kamis (22/3/2018)
Rapat pertemuan pembentukan panitia kunjungan Menkominfo di Balitbangpeda lantai 3 Kamis (22/3/2018) (Tribun/istimewa.)

Dirinya tidak menyangka sang anak bisa mengenyam dunia pendidikan hingga jenjang perkuliahan.

Sementara saat ini anak keduanya juga mendapatkan beasiswa dari pemerintah pusat untuk berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang berada di Jakarta.

"Anak kedua lagi kuliah di Jakarta, tidak lama lagi selesai, dan itu juga dapat beasiswa.

Nah anak ketiga saya ini lagi mendaftar juga biar dapat beasiswa tahun ini, karena dia tahun ini lulus SMA," ucapnya.

Mengingat tentang kehidupan dulu, membuat Setiowening mengucapkan syukur kini ia dan suami sudah bisa membangun rumah sendiri di atas laut.

"Ini kami hasil jualan pentol digabung kemudian bisa bangun rumah.

Dananya cukup lumayan, karena tanah ini kami beli.

Kemudian bahan-baham seperti semen dan pasir juga kami beli, dan mahal sekali, tapi kami senang sudah punya rumah sendiri," katanya.

Kini kehidupan keluarganya sedikit mulai membaik, suaminya memutuskan untuk berjualan bensin di pinggir jalan Selayang Pandang.

Sementara Setiowening sesekali masih menjual pentol dibantu oleh anaknya.(TribunBatam.id/Rahma Tika)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang Anambas

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved