HUMAN INTEREST

Kenyang dengan Teror dan Ancaman, Tetmawati Lubis tak Gentar Bela Para Wanita dan Anak Teraniaya

Tetmawati Lubis, wanita asal Batam mengaku tak gentar untuk terus membela para perempuan dan anak teraniaya meskipun kerap dihujani teror dan ancaman.

TRIBUNBATAM.id/ROMA ULY SIANTURI
Tetmawati Lubis, wanita asal Batam mengaku tak gentar untuk terus membela para perempuan dan anak teraniaya meskipun kerap dihujani teror dan ancaman. 

"Waktu Pak Rudi (Wali Kota Batam) dilantik saya masuk di Dinas TP2nya. Saya sempat bingung kerja saya apa. Ternyata seperti yang saya jalani selama ini. Sempat saya diragukan karena hanya basic kader Posyandu. Tapi SK saya sudah keluar dan saya harus bertanggungjawab," katanya.

Selama ini, kata Tetmawati, sebelum adanya shelter, korban dirawat di rumahnya sendiri.

Diberikan makan, minum dan merawatnya sebelum proses hukumnya selesai.

"Biasa 3 hari sampai 4 hari. Tapi ada juga yang sebulan sampai suaminya kirim tentara, siapapun untuk menakut-nakiti saya," katanya.

Karena pekerjaan yang dilakukan Tetmawati tergolong ekstrim, suami, kelima anaknya, dan keluarga lainnya sempat tidak mendukung dengan pekerjaannya ini.

Namun Tetmawati tak berkecil hati niatnya untuk membantu orang lain.

"Alhamdulilah sekarang mereka mendukung. Kata-kata mereka sekarang, kami bangga punya ibu seperti ini," katanya.

Kesehariannya, sebelum difasilitasi mobil dinas dari Pemerintah Provinsi Kepri, Tetmawati mobilitas dengan angkutan umum, Damri dan ojek untuk mendatangi korban atau mengurus kasusnya.

Namun tak ada rasa takut, ia tetap bertekad untuk menolong korban sampai kasusnya selesai di pihak kepolisian.

"Kadang saya sering diteror juga. Tapi saya sangat senang, ketika seorang perempuan datang ke saya nangis-nangis, tapi pulang bisa tersenyum lagi," katanya.

Kasus yang paling terkesan adalah, Tetmawati pernah diancam seorang pengacara.

Hal itu setelah anaknya sedang dirawat dirumahnya lantaran terkena kekerasan oleh ayahnya sendiri.

Tetmawati mengakui sejak 2020 lalu trend kasus yang paling marak adalah pelecehan seksual. Apalagi ditengah anak-anak sering belajar online.

"Saya harap orangtua juga mengawasi," katanya.

Dalam pendampingan terhadap korban, Tetmawati harus berlaku dan bersikap seperti usia korban. Mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Halaman
123
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved