Mengenal Apa Itu Internal Solitary Wave, Faktor Alam Terkait Insiden KRI Nanggala-402
Ada beberapa spekulasi yang dikaitkan dengan KRI Nanggala-402. Salah satunya, fenomena bawah laut yang telah dialami banyak kapal selam, setidaknya ..
Dilansir NPR, Jumat, (30/4/2021), gelombang soliter internal ada di wilayah samudera tertentu di seluruh dunia. Sebagai contoh di Selat Gibraltar yang menghubungkan Mediterania dengan Samudra Atlantik, sebagian Pasifik Barat, dan Laut Cina Selatan.
Tak hanya ada di sana, gelombang soliter internal juga diketahui ada di kawasan Selat Lombok di Indonesia, tempat KRI Nanggala-402 hilang.
Matthew Alford, direktur asosiasi Laboratorium Fisika Laut di Scripps Institution of Oceanography di San Diego, mengatakan bahwa AS, China, dan Rusia telah menghabiskan banyak uang untuk mempelajari gelombang internal di Laut China Selatan karena potensi dampaknya.
"Gelombang internal sangat kuat dan berbahaya karena menyapu lapisan laut (dan berpotensi apa pun di dalamnya termasuk penyelam atau kapal selam) untuk jatuh ratusan meter hanya dalam beberapa menit," kata Alford dalam email ke NPR.
"Selat Lombok juga dikenal sebagai daerah dengan gelombang internal yang kuat," kata Alford, yang meneliti fenomena tersebut.
Meskipun dia belum pernah mendengar gelombang internal, menurutnya, tenggelamnya kapal selam karena gelombang soliter internal adalah skenario yang masuk akal.
Jejak sejarah tentang gelombang soliter internal
Sebuah studi tahun 1966 oleh Angkatan Laut AS mencatat bahwa bagian dari gelombang internal amplitudo besar dapat membuat kontrol kedalaman kapal selam menjadi sulit, terutama ketika kapal selam berjalan dengan tenang dengan kecepatan rendah.
Laporan berjudul Internal Waves: Their Influence Upon Naval Operations mencatat, gelombang seperti internal solitary waves dapat menyebabkan tenggelamnya kapal selam yang tak terkendali.
"Dalam Perang Dunia II, kapal selam menghindari Selat Gibraltar karena terkenal memiliki gelombang bawah laut yang tidak biasa yang dianggap berbahaya," kata David Farmer, ahli kelautan fisik di Universitas Rhode Island, kepada USA Today pada 2014.
Pada puncak Perang Dingin pada tahun 1984, kapal selam Soviet yang tampaknya berjalan di bawah kapal tanker untuk menutupi jalan keluarnya dari Selat tiba-tiba menabrak lambung kapal tanker, menyebabkan kerusakan pada kedua kapal dan memaksa kapal selam itu ke permukaan.
Tabrakan tersebut diduga disebabkan oleh gelombang internal yang secara tak terduga mendorong kapal selam ke permukaan.
Maarten Buijsman, seorang ilmuwan kelautan di University of Southern Mississippi, setuju bahwa ada kemungkinan gelombang internal dapat menyebabkan tenggelamnya Nanggala.
"Beberapa gelombang internal dapat memiliki amplitudo yang besar dan mereka dapat menggantikan kapal selam," kata Buijsman.
"Gelombang dihasilkan di atas topografi curam karena permukaan pasang," imbuhnya kepada NPR.