HUMAN INTEREST

Kisah Pelatih Sepak Bola di Lingga Kembangkan Generasi Penerus Tanpa Pamrih

Abdul Ramli atau Uteh selain sebagai tenaga pendidik di SMAN 1 Singket Barat, juga dikenal sebagai wasit dan pelatih sepak bola di wilayah Lingga

Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/istimewa
Foto Abdul Ramli atau Uteh saat menjadi wasit pada turnamen sepak bola di wilayah Kabupaten Lingga 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Nama lengkapnya Abdul Ramli. Namun orang lebih mengenalnya dengan nama Uteh.

Ia merupakan seorang tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Singkep Barat, Kabupaten Lingga. Uteh mengajar mata pelajaran Penjaskes.

Selain di sekolah, ia juga cukup dikenal masyarakat karena keterampilan olahraganya.

Lantaran Uteh menjadi salah seorang wasit sepak bola di Lingga.

Setiap momen pertandingan atau turnamen sepak bola di Lingga, Uteh kerap kali dipercaya sebagai wasit karena keterampilan yang dimilikinya.

Baca juga: KISAH Pasien Covid-19 yang Diisolasi 10 Hari di RSKI Galang, Yunita Sianipar: Makanannya Enak-enak 

Baca juga: KISAH Kasiman Jalani Masa Tua, Harapkan Bantuan Pemerintah untuk Bertahan Hidup

Tidak hanya itu, sisi menarik dari pria berusia 39 tahun ini, ia rutin melatih para pelajar di bidang olahraga hingga membawa anak didiknya tampil dalam pertandingan besar.

Baik itu melatih di bidang sepak sola pada pelajar putra, maupun putri dalam melatih bola volly.

Bapak dua anak ini melakukan hal tersebut tanpa pamrih, dalam artian tidak digaji.

Saat ditemui TribunBatam.id di sela-sela kegiatannya saat melatih sepak bola, Uteh pun tidak sungkan-sungkan untuk berbagi kisah dan pengalamannya.

Tepatnya sejak 6 tahun lalu, Uteh mulai tinggal bersama istri dan kedua putri kecilnya di Desa Kuala Raya, Kecamatan Singkep Barat.

Uteh sendiri mengaku, sejak kecil ia memang tidak mempunyai minat apapun terkhusus di bidang olahraga.

Sampai akhirnya, ia terinspirasi dari abang kandungnya yang memiliki bakat di bidang sepak bola hingga kerap tampil dimana-mana.

"Mulai dari situlah saya mulai termotivasi, belajar agar bisa menjadi pemain sepak bola," kata Uteh kepada TribunBatam.id, Kamis (3/6/2021) lalu.

Pria kelahiran 22 November 1983 ini mengaku, sejak tahun 2000-an ia memang sudah dikenal sebagai pemain sepak bola. Hingga akhirnya kerap tampil di berbagai daerah mengikuti turnamen sepak bola.

Sampai sejauh ini, aktivitas rutinnya yaitu melatih sepak bola dan melatih volly kepada generasi penerus, yang lebih didominasi kalangan pelajar.

Uteh mengungkapkan, sejak 2006 ia mulai melatih sepak bola kepada pelajar dan saat itu memang belum memiliki nama klub.

Hingga mulai tahun 2010, ia mulai memberi nama klub yang berada dalam didikannya itu dengan nama 'SFC' (Student Family Club).

Saat ini ia tercatat sebagai pelatih sepak bola yang telah memiliki Lisensi C.

"Alhamdulillah, mungkin itu suatu penghargaan dari Dispora Provinsi Kepri, karena saya sering berbuat (melatih-red). Hingga tahun baru lewat ini (2020) saya dapat Lisensi C secara gratis," tuturnya.

Ia melanjutkan, anak-anak didik yang dilatihnya itu banyak yang mencapai prestasi membanggakan.

Hingga beberapa dari mereka bisa mewakili Kabupaten Lingga mengikuti ajang sepak bola.

"Beberapa dari mereka pernah ikut hingga Popnas dan salah seorang juga ada ikut PPLP.

Kalau turnamen di wilayah kita, Alhamdulillah sering masuk 4 besar. Memang momen-momen itu tetap akan saya ingat," ungkap Uteh.

Uteh berharap, melalui sepak bola setidaknya para pemain yang dilatihnya itu bisa mengembangkan bakatnya serta menambah teman bermainnya suatu saat nanti hingga ke tanah rantauan.

Untuk di bidang bola volly, sebenarnya Uteh mengaku tidak memiliki pemahaman dan pemain yang baik dalam bidang ini.

Namun, dengan keterampilan olahraga yang ia miliki, ia banyak belajar, bertanya hingga mencari tahu di youtube untuk menguasai tehnik bermain bola volly.

"Sebenarnya tergantung kemauan, karena memang di sekolah saya guru di bidang olahraga, sehingga punya tanggung jawab.

Dan akhirnya saya bersama pelajar SMA putri membuat klub dan mengikuti berbagai even dan sering meraih juara," ucapnya.

Soal kiprahnya sebagai wasit sepak bola, Uteh bercerita pada tahun 2008 ia mengikuti pelatihan wasit di Daik, Lingga dan pada tahun 2011 ia kembali mengikuti pelatihan wasit di Provinsi Bengkulu.

"Syukur Alhamdulillah, saat ini sertifikat wasit saya C2," ujarnya.

Uteh melakukan hal ini tanpa pamrih dan tidak meminta imbalan apa-apa dari anak didiknya itu.

Ia lalu mengungkapkan, bahwa alasan kuatnya untuk melakukan hal tersebut karena ia masih mengingat pesan dari mendiang kakeknya.

"Almarhum berpesan tiga hal, inilah yang saya pegang sampai hari ini.

Yang pertama, kalau kita punya ilmu bagikanlah, yang kedua kalau kita punya harta sedekahkan lah kepada orang yang tidak mampu, yang ketiga tenaga, kalau kita punya tenaga bantulah orang yang membutuhkan tenaga kita," sebut Uteh.

Mengingat pesan itu, maka ilmu yang ia punya terus ia bagikan tanpa pamrih. Dengan kemampuan yang ia miliki saat ini, Uteh pun tidak kenal lelah untuk memberikan ilmu dalam mendidik para generasi penerus.

Uteh mengaku, istrinya selalu memberikan support apa yang ia lakukan saat ini.

Namun, Uteh sendiri sedikit merasa kecewa, karena saat ini turunnya minat para pelajar terhadap sepak bola.

Selain dampak Covid-19 yang membuat pelajar lebih banyak berdiam diri di rumah, perkembangan teknologi seperti sering menggunakan gadget pun menjadi alasan turunnya minat tersebut.

"Biasanya kalau di lapangan 30 sampai 40 orang yang latihan, dan saat ini lihatlah hanya 14 orang.

Itulah yang membuat rasa hati agak kecewa, tapi itu hanya sementara. Sekalipun tidak pernah terbesit di hati untuk meninggalkan aktivitas melatih bola ini," terangnya.

Selain aktif melatih di bidang sepak bola dan volly, Uteh juga aktif menjadi pembina OSIS dan membina organisasi Pramuka di sekolahnya. Hingga kerap kali, ia membina anggota paskibraka menjelang hari kemerdekaan.

Ia melanjutkan ceritanya, apa yang ia lakukan saat ini tidak mengejar nominal uang, melainkan memberikan hal yang berguna bagi generasi penerus, khususnya di kalangan pelajar.

"Memang saat ini saya tidak mempunyai gaji yang besar dan uang yang banyak, namun ilmu inilah yang saya miliki dan bisa berguna buat orang banyak," tambahnya.

Meskipun begitu, dengan membina segala bidang, Uteh mengakui banyak anak didiknya yang patuh dan mempunyai hubungan rasa kekeluargaan yang tinggi dengannya.

"Mungkin jika harus berhenti, tunggu kalau memang saya sudah tidak mampu lagi," tutupnya.

(TribunBatam.id/Febriyuanda)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita tentang Human Interest Story

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved