VALAS
Pekan Ini Rupiah Perkasa dengan Penguatan Terbesar di Asia, Ini yang Jadi Penopangnya
Penguatan rupiah di pekan ini terjadi setelah investor kembali melirik aset berisiko setelah kekhawatiran lonjakan inflasi AS mereda.
Fikri menambahkan bahwa hal ini membuat yield US Treasury yang turun di minggu ini, dan dibarengi dengan indeks dolar yang ikut menurun.
Data dari AS tersebut menurutnya membuat rupiah terapresiasi dengan baik.
Senada, Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menilai data klaim pengangguran juga turut mempengaruhi rupiah.
Selain itu, ia melihat bahwa harga konsumen (CPI) AS naik sebanyak 5% secara year on year (yoy), yang menandakan kenaikan tahunan terbesar sejak Agustus 2008.
“Meski CPI AS naik melebihi perkiraan, namun melihat bahwa data tersebut cukup untuk meyakinkan the Fed, yang tetap berpandangan bahwa inflasi hanya bersifat sementara,” ujar Alwi.
Sebaliknya, dia melihat bahwa data tersebut membuktikan bahwa ekonomi AS berada dalam pemulihan yang cepat, yang kemudian mengangkat sentimen risk-on, dan mengangkat aset-aset berisiko termasuk rupiah terdorong di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi global.
Selain itu, untuk dari dalam negeri Alwi melihat bahwa data-data ekonomi yang dirilis cukup optimis, misalnya saja dari indeks keyakinan konsumen (IKK) yang naik ke level 104,4 dari bulan sebelumnya di angka 101,5.
“Kemudian retail sales tumbuh untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi dalam 16 bulan. Retail sales di April tumbuh 15,6%, setelah bulan sebelumnya terkontraksi 14,6%,” pungkas Alwi. (*)