VIRUS CORONA DI TANJUNGPINANG
101 Warga Tanjungpinang Meninggal Akibat Covid-19, Masih Berani Langgar Prokes?
Dinkes, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana mencatat, terdapat 486 kasus aktif virus corona di Tanjungpinang hingga 16 Juni 2021.
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Septyan Mulia Rohman
TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id - Kasus meninggal dunia akibat covid-19 di Kota Tanjungpinang sudah mencapai 101 orang.
Mereka merupakan bagian dari 3.929 total kasus positif covid-19 di Tanjungpinang. Dari jumlah itu, tersisa 486 kasus aktif dengan rincian 311 pasien menjalani isolasi mandiri.
Sebanyak 115 pasien menjalani karantina di Lohass Hotel serta 60 pasien menjalani perawatan di rumah sakit.
Data Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Tanjungpinang per 16 Juni 2021 mencatat 3.342 pasien sembuh corona.
Wali kota Tanjungpinang Rahma menginstruksikan kepada OPD-nya untuk mentracing kepada sejumlah orang yang kontak erat dengan pasien dan tempat beraktivitas lainnya.

Bila memenuhi kriteria kontak erat maka dilanjutkan dengan pengambilan swab hidung dan tenggorokan. Rahma juga meminta seluruh masyarakat agar menerapkan protokol kesehatan pada masa adaptasi kebiasaan baru dimasa pandemi Covid-19 ini.
Protokol kesehatan ini harus selalu dilakukan pada saat berinteraksi dengan keluarga yang tinggal satu rumah, keluarga tidak satu rumah ataupun di tempat kerja.
Sehingga klaster keluarga dan klaster tempat kerja bisa kita cegah bersama-sama," tegasnya dalam keterangan yang diterima TribunBatam.id, Kamis (17/6/2021).
Kendaraan Pengunjung Langgar Prokes Bakal Digembok
Dinas Perhubungan atau Dishub Tanjungpinang sebelumnya telah menyiapkan ratusan gembok.
Penyedian gembok Itu untuk mendukung rencana Pemerintah Kota/ Pemko Tanjungpinang terkait pengetatan protokol kesehatan (prokes) di titik keramaian.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perhubungan Tanjungpinang, Bambang Hartanto saat diwawancarai di ruangan kantornya, Selasa (15/6/2021).
"Kami sudah siapkan gemboknya untuk kendaraan roda dua seratus lebih dan kendaraan roda empat sekitar dua puluhanlah," terangnya.
Selain itu, pihaknya juga telah menyiapkan regu personel yang nantinya terlibat dalam setiap operasi gabungan penindakan prokes ini.
"Jadi penggembokan motor maupun mobil ini, bukan pekerjaan baru lagi bagi Dishub. Kita sudah sering melakukan ini pada saat penertiban kendaraan di sembarang tempat," jelasnya.
Baca juga: Varian Baru Virus Corona Sudah Masuk dan Menyebar, Kenali 25 Gejala Covid-19 Versi WHO
Baca juga: Kasus Baru Covid-19 di Anambas Hari Ini Nihil hingga Aturan Jam Malam Berubah
Ia menyebutkan, terkait teknis penindakan serta sanksi yang ada, pihaknya masih menunggu sesuai kebijakan yang akan diterbitkan oleh Pemko Tanjungpinang, dalam hal ini Wali Kota.
"Setelah digembok, apabila mau dibuka tergantung dari sanksi yang ada. Apakah dengan teguran melalui surat pernyataan atau barangkali sampai adanya denda, masih dalam pembahasan," kata Bambang.
Ia melanjutkan, apabila jumlah kendaraan yang terjaring lebih banyak dari jumlah gembok yang ada, maka pihaknya akan segera mengantisipasi dengan membeli rantai.
"Ya nanti tinggal beli. Untuk anggaran, kita ada pengadaan peralatan rumah tangga di Dishub," ujarnya.
Mall TCC Terimbas Pandemi
Tidak hanya menyasar pelaku usaha kecil. Dampak pandemi Covid-19 juga dirasakan sejumlah tenant di Mal Tanjungpinang City Center atau Mall TCC.
Segala upaya dilakukan pihak manajemen Mal TCC Tanjungpinang agar bisa bertahan di tengah pandemi covid-19.
Di antara upaya itu, pihak mal juga mengeluarkan kebijakan yang meringankan bagi tenan. Hal ini disampaikan General Manager (GM) Mal TCC Tanjungpinang Agus Ibrahim.
"Kebijakan yang kita berikan mulai dari diskon sewa, lalu kebijakan free sewa selama masa tertentu, kira-kira 3-4 bulanlah buat tenan yang ada," ujarnya kepada Tribunbatam.id, Rabu (16/6/2021).
Ia melanjutkan, harga sewa antara tenan yang satu dan lainnya memang berbeda, tergantung dari letak posisi.
"Harga sewa lokasi primer dan lokasi yang istilahnya jarang dilalui pengunjung tentu berbeda," sebutnya.

Agus mengaku tidak dapat merinci biaya sewa tiap tenan di Mal TCC Tanjungpinang. Apabila ada tenan yang ingin masuk berjualan di tempatnya, diminta menjumpainya secara langsung guna membicarakan kesepakatan bersama.
"Jadi tak bisa saya sebutkan. Poinnya kalau ada yang mau sewa silakan datang ke saya dengan harga publish rate (harga normal). Setelah harga normal dibaca terlalu mahal, bisa langsung negosiasi," jelasnya.
Pihaknya juga memberikan keringanan sementara berupa bagi hasil terhadap tenan baru, FnB, lantaran kemampuan kondisi usaha dan kondisi di area tersebut kurang dilalui pengunjung, sehingga berpengaruh terhadap omzet.
"Kenapa saya berani, karena ini melihat perkembangan juga. Tapi tak melulu kita kasih terus," terangnya.
Sementara itu, Bima, seorang barista kedai kopi Lain Hati di Mal TCC menuturkan, umumnya setiap usaha saat ini merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Namun pihaknya masih dapat bertahan.
"Di tempat kita bisa dikatakan fifty-fifty lah. Kitakan punya costumer reguler yang sering ke sini. Jadi kalau untuk pemasukan per harinya sedikit menurun tapi untuk di weekend lumayan menutup," ujarnya.
Sementara untuk gaji dan jam kerja bagi para karyawan, masih normal dan belum mengalami perubahan.
"Jam kerja dan untuk gaji karyawan tidak terganggu," paparnya.
Bima pun menerangkan, dari pihak manajamen Mal TCC telah memiliki wadah diskusi bagi para tenan sebagai upaya untuk menyampaikan keluhan sarana prasarana maupun pelayanan.
"Layanan maupun sarana dari manajemen TCC untuk saat ini saya pikir mencukupi. Kalau ada kendala, langsung ditindaklanjuti. Kami diberikan wadah diskusinya," ucapnya.
Di tenan terpisah, Manager Bread Talk, Iwan menyebutkan, imbas pandemi Covid-19 dan kebijakan pengetatan protokol kesehatan berpengaruh terhadap tingkat kunjungan pelanggan. Namun sejauh ini pihaknya masih bisa bertahan dengan keadaan.
"Kalau diukur dari omzet itu pasti sangat timpang, apalagi di masa pandemi ini. Untuk pengunjung sendiri bisa dibilang cukup sepi," katanya.
Ia melanjutkan, manajemen Bread Talk kini menerapkan pengurangan hari kerja bagi para karyawan menjadi 20 hari kerja dan 10 hari libur.
"Kalau gaji masih tetap dibayar per bulannya. Kalau untuk persoalan sewa-menyewa, itu menjadi urusan pihak manajemen pusat Bread Talk," katanya.(TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Tanjungpinang