SAHAM

Bukalapak dan GoTo Segera Jual Saham di Bursa, Starup lain Mulai Mengekor

Kesuksesan IPO kedua unicorn tersebut akan menjadi pintu masuk bagi perusahaan-perusahaan rintisan (startup) lain mengikuti langkah Bukalapak dan GoTo

istimewa
Dua unicorn Bukalapak dan GoTo segera melantai di Pasar Modal 

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Dua perusahaan e-commerce besar di Indonesia  Bukalapak dan GoTo akan segera melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hal ini dinilai akan menjadi game changer bagi pasar modal Indonesia.

Nantinya, kesuksesan IPO kedua unicorn tersebut akan menjadi pintu masuk bagi perusahaan-perusahaan rintisan (startup) lain untuk mengikuti langkah Bukalapak dan GoTo untuk melantai di bursa.

“Saya melihat ini sebagai sebuah kesempatan. Suksesnya mereka (Bukalapak dan GoTo) akan menjadi contoh bagi startup-startup lain untuk segera melakukan IPO di bursa,” ujar Komisaris BEI Pandu Patria Sjahrir, Senin (28/6/2021).

Menurut Pandu, saat ini pasar modal Indonesia masih memiliki ruang bertumbuh yang cukup besar, dan pasar modal masih menjadi tempat terbaik menaruh modal berinvestasi.

“Harapannya pasar modal bisa membantu target Indonesia menjadi negara terbesar ke lima dalam hal perekonomian di dunia pada tahun 2030,” katanya.

Ia pun menilai, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki adaptasi terhadap perkembangan teknologi yang tercepat se Asia Tenggara.

Oleh karena itu, kata Pandu, merupakan hal yang tepat jika perusahaan teknologi melantai di bursa.

“Dalam beberapa tahun terakhir, selain perusahaan e-commerce yang bertumbuh pesat, saya melihat perusahaan teknologi di Indonesia seperti fintech, e-logistic, dan sociocommerce akan semakin meningkat,” ucapnya.

Di samping itu, Co-managing Partner Indies Capital itu juga memberikan tips dalam memvaluasi saham-saham teknologi yang dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan akan menguasai pasar modal Indonesia.

Pandu menerangkan, cara menilai saham perusahaan teknologi tidak jauh berbeda dengan saham-saham konvensional yang sudah ada sebelumnya.

Akan tetapi, untuk saham-saham teknologi, selain menggunakan discouted cashflow seperti yang diajarkan teori, bisa juga dengan menggunakan market comparible, di mana menghitung valuasi startup dengan mengasumsikan pada harga yang kelak investor mau membelinya.

“Cara menilainya sama dengan teori melalui discounted flow. Namun bisa juga secara dengan menggunakan market comparable, bisa dengan perusahaan serupa di Amerika Serikat atau dari China,” ujarnya.

Selain itu, Pandu juga mengingatkan kepada investor untuk selalu belajar fundamental.

Dengan meningkatnya literasi pasar modal, investor juga diharapkan mampu percaya diri dengan analisis pribadi dan tidak ikut-ikutan orang lain.

“Dilihat dari long term, ke depannya saya percaya, pasar modal akan menjadi salah satu tempat terbaik untuk menanamkan produknya,” paparnya.

Saham Big Cap Rontok

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,38% ke 5.939,47 pada Senin (28/6). IHSG terpukul saham-saham big cap yang memerah.

Kemarin, dari 11 saham big cap dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun, 7 saham diantaranya melemah, 2 saham menguat dan 2 saham lain stagnan harganya.

Daftar saham big cap berkurang setelah saham CPIN terdepak setelah 3 hari berturut harganya turun dan market cap-nya merosot ke bawah Rp 100 triliun.

Saham big cap yang naik selama 3 hari berturut: HMSP.

Saham big cap yang jatuh selama 4 hari beruntun: BBCA, BMRI.

Saham big cap dengan kenaikan market cap tertinggi harian, Senin (28/6):

1. HMSP (3,88% | Rp 140,16 triliun)

2. UNVR (0,50% | Rp 191,70 triliun)

Saham big cap dengan penurunan market cap harian terdalam, Senin (28/6):

1. ASII (-4,27% | Rp 190,67 triliun)

2. BMRI (-3,39% | Rp 263,33 triliun)

3. TPIA (-2,99% | Rp 173,87 triliun)

Saham big cap dengan kenaikan market cap mingguan tertinggi (Senin, 28 Juni 2021 vs Senin, 21 Juni 2021):

1. EMTK (9,96% | Rp 155,44 triliun)

 2. HMSP (9,05% | Rp 140,16 triliun)

3. TPIA (3,45% | Rp 173,87 triliun)

Saham big cap dengan presentase penurunan market cap mingguan terdalam (Senin, 28 Juni 2021 vs Senin, 21 Juni 2021):

1. BMRI (-5,39% | Rp 263,33 triliun)

2. ARTO (-4,95% | Rp 184,50 triliun)

3. ASII (-4,27% | Rp 190,67 triliun). (*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved