TRIBUN WIKI
Panduan Isolasi Mandiri untuk Anak, Kontrol Suhu Tubuh dan Asupan Gizi
Ada beberapa panduan yang harus dilakukan saat anak menjalani isolasi mandiri di rumah.
TRIBUNBATAM.id - Anak-anak yang positif Covid-19 juga perlu melakukan isolasi mandiri bila tidak bergejala berat.
Namun, isolasi mandiri pada anak-anak harus lebih diperhatikan.
Sebab, anak-anak berbeda dengan orang dewasa.
Mereka mungkin belum memahami apa saja yang dibutuhkan dan apa saja yang dilarang.
Oleh karena itu, orangtua perlu panduan khusus bila merawat anak-anak yang menjalani isolasi mandiri.
Lantas, apa saja yang harus dilakukan?
Panduan isolasi mandiri untuk anak
Meski biasanya tak mengalami gejala berat, anak-anak yang menunjukkan gejala Covid-19 biasanya lebih lemah.
Mereka juga cenderung kehilangan napsu makan, sehingga perlu lebih diperhatikan.
Yang terpenting, orangtua harus tetap tenang dan tidak boleh panik bila merawat anak saat isolasi mandiri.
1. Kebersihan
Saat anak mulai menunjukkan gejala atau mungkin sudah terinfeksi Covid-19, segera disinfeksi seluruh rumah.
Bersihkan kamar anak, tempat bermain, dan seluruh ruangan yang biasa ditempatinya.
Pisahkan anak di ruangan yang sudah steril dan pastikan untuk selalu memantau kebersihannya.
Anak-anak harus selalu mencuci tangan secara rutin.
Usahakan mereka juga menggunakan kamar mandi dan WC yang terpisah.
Segera masukkan pakaian yang telah dipakai dalam kantong terpisah.
Selain itu, cuci seluruh peralatan makan anak-anak dengan sabun terpisah juga.
2. Perketat protokol kesehatan
Bagi orang di sekitar rumah, langsung terapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Setiap akan mengontrol kondisi anak, kenakan masker dan face shield.
Bila Anda bersentuhan fisik, tak ada salahnya untuk mengenakan alat perlindungan diri (APD).
3. Kontrol suhu tubuh
Pastikan untuk rutin mengukur suhu tubuh 2 kali sehari setiap pagi dan malam.
Hal ini untuk memantau apakah anak mengalami demam.
Bila suhu tubuh tergolong tinggi, segera beri parasetamol.
4. Kontrol asupan gizi dan air minum
Anak-anak harus banyak mengonsumsi makanan bergizi.
Selain itu, pastikan agar mereka minum banyak air putih.
Hal ini untuk menjaga kondisi tubuh tetap fit.
Beri buah-buahan dan vitamin.
Namun, pemberian vitamin harus dengan dosis khusus, yakni:
- Vitamin C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari; 12-18 tahun maksimal 1,8gram/hari)
- Zinc 20mg/hari
5. Ajak berjemur
Berjemur harus menjadi kebiasaan rutin yang harus dilakukan setiap pagi.
Usahakan untuk berjemur selama 10-15 menit setiap harinya.
Sinar matahari bisa membantu menguatkan imun tubuh.
Bila anak mengalami gejala parah seperti sesak napas, demam tidak turun-turun, mual, dan diare, pertimbangkan untuk membawanya ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan medis.
(*)
Daftar gejala varian Delta

Varian Delta Covid-19 menghasilkan gejala yang berbeda.
Varian Delta lebih mirip flu daripada jenis virus corona sebelumnya, termasuk varian Alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris.
Dilansir Mirror, Studi Gejala Covid ZOE baru-baru ini mengonfirmasi, gejala varian Delta yang dominan saat ini yaitu:
- sakit kepala,
- sakit tenggorokan,
- pilek, dan
- demam.
Gejala-gejala ini berbeda dengan varian Covid-19 sebelumnya.
Selama pandemi, gejala utama Covid biasanya meliputi batuk kering terus-menerus, demam, dan kehilangan rasa dan penciuman.
Namun, varian Delta tampaknya 'bertindak berbeda' dan menghasilkan gejala yang berbeda pada orang yang terinfeksi.
Varian yang pertama kali diidentifikasi di India ini, juga cenderung menginfeksi orang yang lebih muda yang belum divaksin.
Tim Spector, profesor epidemiologi genetik di King's College London, dan seorang peneliti dengan studi ZOE mengatakan dalam briefing YouTube:
"Gejala nomor satu adalah sakit kepala, kemudian diikuti oleh sakit tenggorokan, pilek, dan demam."
Melansir artikel di Tribunnews.com dengan judul Daftar Gejala Covid-19 Varian Delta dan Perbedaannya dengan Mutasi Lain: Lebih Terasa Seperti Flu, ia menjelaskan bahwa pada orang yang lebih muda, varian Delta lebih terasa seperti pilek.
Hilangnya penciuman dan rasa tidak lagi sebagai gejala umum menurut penelitian, begitu pula dengan batuk.
Kelabui imun tubuh
Virus Corona varian Delta jauh lebih berbahaya dan penyebarannya sangat cepat.
Dalam waktu yang singkat, varian Delta mampu membuat kondisi seseorang menjadi sangat buruk.
Saat ini, varian virus asal India ini sudah banyak memenuhi paru-paru.
Hingga saat ini, puluhan warga dari Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng), telah tertular oleh virus asal India tersebut.
Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto, mengimbau masyarakat untuk menyadari bahayanya penyebaran varian Delta ini.
Menurutnya, virus covid dari India ini memiliki penularan yang sama dengan varian lainnya.
Hanya saja yang harus diwaspadai varian Delta ini dapat mengelabui sistem imun tubuh manusia.
“Sampai saat ini cara penularan belum berubah, tetap lewat mata, mulut, dan hidung. Hanya bedanya mutasi ini bisa mengelabui sistem imun kita. Diam-diam menempel pada sel tubuh kita, maka tidak bergejala di awal kalau yang sebelumnya kan begitu nampak langsung bereaksi, tapi yang ini tidak,” ujar Tonang dilansir dari laman UNS.
Melansir artikel di Kompas.com dengan judul "Pakar UNS: Awas, Ini Bahaya Virus Covid Varian Delta", Tonang menjelaskan, pasien yang terpapar virus ini baru diketahui setelah virus masuk ke paru-paru, baru lah si pasien bergejala.
Kondisi ini membuat pasien Covid-19 semakin cepat memburuk dan membuat tingkat keefektifan vaksin yang sudah diproduksi sebelum varian ini muncul menjadi berkurang.
“Nggak ketahuan dia (varian Delta) menyebar banyak sampai ke paru-paru. Baru di paru-paru menimbulkan gejala dan baru kerasa. Sehingga, orang mengatakan, ‘Kok sekarang cepat sekali memburuk ya?’ Ya, karena ketahuannya pas sudah masuk paru-paru,” terang Tonang.
(*)