HUMAN INTEREST

Cerita Wanita Paruh Baya di Natuna Jualan Makanan Lemper, Bantu Ekonomi Keluarga

Jamilah harus melawan kabut yang bisa membuat orang meneteskan air mata, demi menghasilkan cita rasa makanan lemper yang nikmat

Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Muhammad Ilham
Jamilah, penjual lemper di Pantai Tanjung, Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Minggu (4/7/2021) 

NATUNA, TRIBUNBATAM.id - Seorang wanita paruh baya disibukkan dengan aktivitas membolak-balikkan sebuah makanan tradisional dari tempat pemanggangan menggunakan penjepit.

Namanya Jamilah (55), seorang pedagang kuliner di Natuna.

Kepulan asap yang keluar dari bara api di atas panggangan itu pun menjadi sebuah tantangan bagi Jamilah.

Ia harus melawan kabut yang bisa membuat orang meneteskan air mata, demi menghasilkan cita rasa makanan yang nikmat.

Saat dijumpai di pinggir jalan dekat Pantai Teluk Selahang atau Pantai Tanjung di Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Minggu (4/7/2021), Jamilah mengenakan baju berwarna merah muda dengan jilbab oranye bertotol putih.

Baca juga: Kisah Bripda Josua Sibarani, Anak Petani Berhasil Jadi Polisi, Sempat 2 Kali Gagal Tes

Baca juga: Cerita Dokter Sterilla Jadi Vaksinator di Tanjungpinang: Banyak Cerita Lucu

Jamilah, penjual lemper makanan khas Natuna di Pantai Tanjung, Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Minggu (4/7/2021)
Jamilah, penjual lemper di Pantai Tanjung, Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Minggu (4/7/2021) (tribunbatam.id/Muhammad Ilham)

Meski pun dia mengenakan pakaian yang beraneka warna, tapi kulitnya tidak lagi menunjukkan ia masih muda.

Diketahui Jamilah lahir di Desa Tanjung, Bunguran Timur pada 1966 silam.

Istri Mardani ini setiap akhir pekan (Sabtu dan Minggu) akan disibukan dengan aktivitas menjual lemper ubi dan pulut atau ketan di Pantai Tanjung.

Ia mengaku setiap jualan di akhir pekan di tengah pandemi Covid-19, bisa menghabiskan sekitar 200 sampai 300 lemper per harinya.

Artinya ia akan berpenghasilan sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari. Lemper Jamilah dihargai Rp 1.000 per bungkus.

Jamilah bercerita, ia melakoni pekerjaan yang sudah digeluti sejak 4 tahun silam ini karena penghasilan suaminya sebagai petani cengkeh kian menurun.

Diketahui, harga cengkah saat ini anjlok. Sebelum Covid-19 cengkeh kering dihargai Rp 100 ribu per kilogramnya, sedangkan untuk saat ini hanya mencapai Rp 30 ribu hingga Rp 4p ribu.

Dengan kondisi seperti itu, akhirnya Jamilah bangkit dengan memanfaatkan keahliannya membuat makanan tradisional yaitu lemper ubi dan pulut kemudian menjualnya.

"Lemper ini ada dua macam, yang satu terbuat dari ubi dan satunya lagi dari pulut atau ketan," kata Jamilah kepada Tribunbatam.id, Minggu (4/7/2021)

Dengan kemurahan hati, Jamilah justru membeberkan tata cara pembuatan lemper.

"Kalau lemper ubi, pertama ubinya diparut kemudian diperas hingga air dari ubi keluar, lalu ubi yang sudah diperas itu ditambahkan sedikit santan kelapa.

Kemudian kita bungkus rapi dengan daun pisang sebelum itu di tengahnya kita kasi daging ikan tongkol yang sudah disuir kecil dengan sedikit bumbu dan rempa. Setelah digulung barulah dipanggang di atas bara api sekitar 1 jam lebih," tutur Jamilah.

Sementara itu, untuk lemper pulut atau ketan cara pembuatannya terdapat perbedaan yang mendasar, yaitu sebelum pulut dibungkus terlebih dahulu pulutnya dikukus kemudian dilanjutkan dengan cara yang sama dengan lemper ubi.

Jamilah mengaku, jauh sebelum ada virus Corona, usaha lemper yang ia lakoni bisa berpenghasilan Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu per harinya.

Ya, usaha kecilnya itu terdampak Corona. Namun Jamilah mengaku, saat pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) mendapatkan bantuan dari pemerintah, ia justru tidak menerima.

"Kalau BLT (Bantuan Langsung Tunai) saya belum pernah dapat bang, saya juga bingung padahal sayakan juga pelaku usaha," jelasnya.

Ia berharap ke depan agar pemerintah lebih memperhatikan dan lebih cermat dalam pembagian BLT. Mana saja yang harus diberikan dan mana yang tidak.

Terakhir, Jamilah juga berharap agar pandemi Covid-19 segera berakhir agar usahanya bisa normal kembali seperti biasa..

(Tribunbatam.id/Muhammad Ilham)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang Natuna

Berita tentang Human Interest Story

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved