SAHAM

PPKM Darurat Bakal Diperpanjang Bagaimana Nasib Pasar Saham? Begini Prediksi Analis

Mempertimbangkan vaksinasi yang terus digenjot pemerintah, Kiswoyo masih optimistis PPKM darurat akan kembali menjadi PPKM Mikro ke depan. 

ISTIMEWA
Ilustrasi pasar modal Indonesia. 

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Bagaimana nasib pasar saham jika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat diperpanjang?

Pertanyaan ini pasti muncul setelah pemerintah telah menyiapkan skenario perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.

Bahan paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan rencana pemerintah melakukan PPKM Darurat selama empat hingga enam minggu.

Baca juga: Bioskop CGV Hentikan Operasional di Seluruh Indonesia Selama PPKM Darurat

Asal tahu saja, sebelumnya pemerintah akan menerapkan PPKM Darurat dari tanggal 3-20 Juli 2021 alias sekitar tiga minggu. 

Menanggapi hal ini, Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe mengungkapkan, perpanjangan PPKM Darurat tersebut masih bersifat kemungkinan.

Mempertimbangkan vaksinasi yang terus digenjot pemerintah, Kiswoyo masih optimistis PPKM darurat akan kembali menjadi PPKM Mikro ke depan. 

 "Ini mengapa IHSG tidak turun dalam di tengah kondisi PPKM Darurat. Tidak seperti awal-awal corona tahun kemarin, " ujar Kiswoyo, Selasa (13/7). 

Dia menambahkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) digerakkan oleh ekspektasi pelaku pasar ke depan, bukan yang terjadi saat ini.

Oleh karena itu, pergerakan IHSG sekarang mencerminkan optimisme pelaku pasar dalam enam bulan ke depan. 

Selain itu, optimisme itu juga didorong oleh minimnya sentimen negatif dari global. Adapun dari dalam negeri, bursa tengah diwarnai sentimen positif berupa masih adanya calon-calon emiten yang atraktif yang akan IPO, salah satunya Bukalapak.

Sejauh ini Kiswoyo mencermati, pergerakan saham-saham di bursa masih sesuai dengan proyeksinya.

Baca juga: Tips Memperoleh Penghasilan dari Internet, Mudah dan Bikin Untung

Mempertimbangkan vaksinasi yang terus berlangsung, Kiswoyo memperkirakan IHSG akan berada di kisaran level 6.250 di bulan Juli ini.

Level bawahnya di 5.850 hingga 5.900. Adapun hingga akhir tahun 2021 IHSG bisa menyentuh level 6.800. 

Walau begitu Kiswoyo mengungkapkan dalam perjalanan menuju level 6.800 di akhir tahun, IHSG akan mengalami pergerakan naik dan turun yang dipengaruhi oleh data-data kasus positif Covid-19 di Indonesia. Akan tetapi, pengaruhnya hanya sesaat. 

Investor dapat buy on weakness saham-saham blue chips di tengah kondisi saat ini.

Kiswoyo menyarankan, investor mencermati saham BBCA, BBRI, TLKM,  ASII, INDF, dan ICBP mengingat saham-saham ini memiliki bobot besar yang berpotensi menggerakkan IHSG menyentuh level 6.800 di akhir tahun. 

Menjadi tekanan

Sementara itu Head of Research NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar menyatakan, apabila rencana PPKM darurat diperpanjang ini terealisasi, maka hal tersebut menjadi tekanan bagi pergerakan IHSG untuk naik ke level yang lebih tinggi.

Terlebih, sambungnya, pemerintah dan Bank Indonesia telah kembali memangkas outlook pertumbuhan ekonomi akibat penerapan PPKM darurat ini.

Hanya saja, Angga melihat pasar saham sudah lebih beradaptasi dengan kondisi pandemi pada tahun ini jika dibandingkan dengan 2020.

"Belajar dari kasus di AS akhir tahun lalu dan India pada Mei 2021, dimana pasar saham relatif stabil meski kasus harian sempat mencapai ratusan ribu, kita juga berharap IHSG sudah akan lebih tahan banting terhadap lonjakan kasus dan pengetatan aktivitas sosial," ungkap Angga, Selasa (13/7).

Dia melihat level 5.800 masih menjadi support kuat untuk IHSG saat ini. Sementara untuk jangka menengah Angga memproyeksi IHSG masih akan bergerak pada rentang 5.800–6.100.

Menurut dia, rencana IPO beberapa perusahaan besar menjadi salah satu faktor yang dapat mengangkat pergerakan IHSG. Selain itu, perkembangan penanganan pandemi juga akan menjadi faktor penting bagi laju bursa saham.

Angga menambahkan di tengah potensi penurunan pasar, sektor teknologi dan kesehatan masih memiliki prospek cukup cerah.

Di era transformasi digital dan pandemi, permintaan terhadap produk dan jasa dari kedua sektor tersebut masih akan tumbuh. (*)

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved