HUMAN INTEREST

PERNAH Jadi Koki hingga Penjaga Toko, Simak Perjalanan Karier Tan A Tie yang Kini Jadi Anggota DPRD 

Tan A Tie, Politisi PSI yang akrab disapa Alex menceritakan kisah perjalanan kariernya hingga kini duduk sebagai anggota DPRD Batam.

ISTIMEWA
Tan A Tie, Politisi PSI yang akrab disapa Alex menceritakan kisah perjalanan kariernya hingga kini duduk sebagai anggota DPRD Batam. 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Sebelum duduk sebagai wakil rakyat, pria asal Tanjung Batu, Karimun ini ternyata seorang Koki. 

Ia bernama Tan A Tie, Politisi PSI yang akrab disapa Alex.

Saat lulus dari SMA Negeri 1 Batam, dirinya memutuskan untuk hijrah ke Singapura, menuntut ilmu dengan mengambil les bahasa Inggris dan pembukuan. 

"Saya stay di Singapura 6 tahun. Sejak, 3 tahun saya tinggal di sana, saya belajar koki di Singapura. Menariknya belajar kokinya tidak sekolah, saya masuk ke Restoran Pemerintahan yang terkenal dan ternama di Singapura. Waktu itu bosnya minta saya kerja di situ. Jadi Sabtu Minggu saya part time, hari biasa saya belajar koki. Saya tak jadi masalah walaupun biaya kehidupan di Singapura tinggi," paparnya.

Selama di Singapura, ia memiliki guru koki yang baik. Dirinya diajarkan masakan chinese food dan western food.

"Terakhir saya mau diajarkan masakan Jepang, tapi sudah overstay jadi saya minta pulang ke Batam," tutur pria yang memiliki satu orang anak ini.

Sesampainya di Kota Batam, Tan A Tie membuka restoran di Marina City, tepatnya Steemboat 168 bersama rekan-rekannya dari Singapura juga.

Baca juga: ATB Pastikan Bakal Ikut Tender SPAM Batam, Berharap Lelang Berlangsung Fair

Bisnis ini dijalankan selama 3 tahun.

"Waktu itu ramai banget, lantaran dekat dengan hotel Harris, Pelabuhan Internasional Teluk Tering. Masih masuk wilayah pariwisata juga. Jadi ramai banget. Waktu ada keributan, pengunjung jadi sepi, sehingga usahanya tutup," ujarnya.

Selanjutnya, ia bekerja dengan abangnya sebagai penjaga toko elektronik di Pasar Samarinda.

Bekerja di sana selama kurang lebih 10 tahun.

Kemudian Tan A Tie kembali menjalankan profesinya sebagai seorang koki di Restoran Malaya menjadi second chef. 

"Saya tak lama di sana, palingan 8 bulan saja," katanya.

Tan A Tie akhirnya kembali membuka usaha warung makan di Nagoya.

Menggunakan ruko saudaranya, ia menjual nasi campur dan menjual kopi.

Menariknya dirinya mampu menyiapkan 40 menu masakkan dalam kurun waktu 2 jam.

"Jam 6 pagi mulai, jam 8 selesai. Yang bantu saya 6 orang. Mulai dari belanja, tukang potong saya masak saja," katanya.

Sayangnya, usahanya yang ditekuninya kembali tutup. Ia kembali bekerja di Restoran Sky Taste Vegetarian. 

"Saya lagi makan vege, bosnya datang tawarin saya untuk masak. Awalnya saya tolak karena tak bisa masakan vege. Bosnya bilang bisa belajar. Nah saya masuk, ditraining selama seminggu. Sebulan saya di situ diangkat jadi Manager," katanya.

Tan A Tie menuturkan sebelum menjadi seperti saat ini, ia sudah terbiasa pekerja keras sejak dirinya duduk dibangku Sekolah Dasar (SD).

Sewaktu kelas 1 SD Tan A Tie sudah merantau ke Batam tinggal bersama Kakaknya di Kota Batam

Sepulang sekolah ia bekerja sebagai kuli di toko sembako kakaknya, yang berada di Pasar Melayu Jodoh.

Sehingga untuk biaya pendidikannya selama di Batam tidak ditanggung oleh kedua orangtuanya.

"Dari SD hingga SMA saya tak pernah membebankan orangtua soal biaya pendidikan. Saya sudah kerja bantu kakak saya. Sebulan saya digaji waktu itu Rp 100 ribu. Pulang sekolah jam 3 sore. Sampai rumah jam 6. Lalu saya kerja di toko," tutur pria lulusan SD dan SMP Kartini ini.

Bahkan, moment weekend saat Sabtu Minggu, ia juga harus bekerja. Sehingga tidak memiliki waktu untuk bermain bersama teman-temannya sebayanya.

"Untuk les sama belajar di rumahpun kadang tak punya waktu. Saya fokus cari uang dan sekolah. Dari SMA kelas 1 sampai SMA Kelas 3, saya susah bermain dengan teman-teman saya. Orang bisa malam minggu saya tak biaa. Hari Minggu saya juga Ibadah. Pulang ibadah kerja lagi. Waktu bersama teman-teman tak ada," katanya.

Lantas kapan dirinya terjun ke dunia politik?

Menjadi satu-satunya legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang berhasil menjadi wajah baru di DPRD Kota Batam.

Maju dari Daerah Pemilihan (Dapil) I, meliputi Kecamatan Lubukbaja, Batam Kota, Tan A Tie mengaku mengetahui hasil pleno penghitungan suara di tingkat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Batam, dari rekan-rekannya yang berasal dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Selain itu, dia juga menjelaskan adapun kemenangannya dalam Pemilu kemarin, merupakan suatu berkah untuk dirinya.

"Puji Tuhan, saya dapat memenangkan Pemilu kemarin, sebenarnya sih saya biasa saja. Karena saya sendiri juga tidak menargetkan untuk bisa menang dalam Pemilu. Pada saat dikabari kemarin, saya sendiri awalnya masih tidak percaya dan tidak menyangka hal itu," ujarnya.

Diakuinya saat mendaftarkan diri ke partai tersebut, Tan A Tie sempat dilanda keraguan apakah secara pribadi dia mampu bersaing dengan caleg dari partai lainnya yang telah memiliki nama.

Bahkan keraguannya tersebut, sempat membuat dirinya hampir gagal saat akan mendaftarkan nama calon dari partai ke KPU Kota Batam

"Saya ingat sekali kemarin, baru menandatangani dan isi formulir dari partai di last minute. Namun semua prosesnya bisa dilalui, berkat kerja sama dari teman-teman di PSI. Saya berterimakasih banyak kepada teman-teman tersebut," lanjutnya.

Tidak hanya itu, ia juga menceritakan pengalamannya saat memasukki masa kampanye.

Berbeda dengan para Caleg yang notabene merupakan incumbent, dan datang dari partai-partai besar.

Di mana sebagai pekerja, ia tidak pernah sekalipun melakukan kampanye dengan mengundang masyarakat, maupun komunitas dengan membawa nama partainya.

"Saya ini kan pekerja, mana sempat waktu saya untuk seperti itu. Untuk modal kampanye saja, saya hanya mencetak 20 flyer dan cetak 3 kotak kartu nama. Itupun kartu nama akhirnya tidak terpakai, dan masih tersimpan rapi di rumah," ujarnya sambil tertawa diruangan Fraksi Demokrat - PSI.

Tidak hanya itu, pengalaman menggelitik lainnya adalah bahwa warga di kawasan tempat tinggalnya, diakuinya tidak mengetahui bahwa dirinya ikut dalam Pemilu serentak kemarin.

Adapun warga yang mengetahui hal itu, hanyalah Ketua RT.

"Sampai saat ini, tidak ada warga di tempat saya yang tahu saya ikut, bahkan sampai saya menang. Cuma Pak RT yang tahu, itupun karena saya minta surat keterangan domisili untuk kepentingan dokumen pendaftaran," tuturnya.

Kembali mengingat awal masuk ke PSI, Alex mengaku mengetahui seluk beluk partai tersebut, dari teman tongkrongannya.

Di mana niatnya untuk terjun dan bergabung dengan PSI, juga didorong oleh Ketua DPC PSI Batam Kota.

Sebagai pria yang telah menggeluti profesi koki belakangan ini, Tan A Tie bahkan mengakui bahwa dari tahap awal mendaftar ke partai tersebut, tidak pernah diminta uang mahar atau apapun.

Tidak seperti apabila dia mendaftar ke partai lainnya. Adapun modal yang dikeluarkan pribadi, adalah modal guna mencetak flyer dan kartu nama sebagai alat peraga kampanye miliknya.

"Awalnya tahu PSI itu dari teman, mereka menjelaskan bahwa dalam Pemilu kemarin ada partai baru yang murni dan tidak akan meminta apapun, asalkan para Calegnya mau bekerjanyata," paparnya.

Sementara itu, saat ditanyakan alasannya ikut terjun dalam dunia politik, Tan A Tie mengaku bahwa hal ini didasari oleh alasan yang sederhana.

Pria yang bertempat tinggal di kawasan Kampung Nelayan, Tanjung Uma ini, mengaku ingin mensejahterakan warga Kota Batam.

"Jadi saya bilang sama warga, kalau ada yang butuh bantuan jangan segan-segan bilang kepada saya. Sebisa mungkin sesuai kemampuan saya akan saya bantu," tutur pria yang duduk sebagai Anggota Komisi I DPRD Kota Batam ini.

Sebagai salah satu pemenang Pemilu, Tan A Tie mengaku tidak berani untuk menjanjikan apapun.

Di mana sesuai arahan dari partai, bahwa selaku politisi muda dirinya diminta untuk menunjukkan bahwa anggota DPRD dari PSI bukan hanya akan berjanji bekerja namun tanpa realisasi.

Ia menambahkan, selama menjadi koki, ia selalu berada didepan api yang panas. Sehingga emosipun mudah tercurah. Sementara saat dirinya duduk sebagai anggota Dewan, ia berada di ruangan ber AC dan nyaman. 

"Itu aja sih bedanya," ujar Tan A Tie sembari tersenyum.  (TRIBUNBATAM.id / Roma Uly Sianturi)

*Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved