KEPRI TERKINI
Rencana Besar Gubernur Kepri Hubungkan Batam Bintan Lewat Jalan Tol Selain Jembatan
Tak puas dengan Jembatan Batam Bintan, Gubernur Kepri mengupayakan hadirnya jalan bebas hambatan antar kedua pulau itu.
Penulis: Thom Limahekin | Editor: Septyan Mulia Rohman
KEPRI, TRIBUNBATAM.id - Gubernur Kepri H Ansar Ahmad punya rencana besar untuk menghubungkan Batam dengan Pulau Bintan.
Jika selama ini, konenktivitas hanya mengandalkan transportasi laut.
Kini Jembatan Batam Bintan yang telah mendapat restu Pemerintah Pusat bakal mempermudah akses keduanya.
Tak sampai di situ, Ansar Ahmad bahkan mengusulkan ke Pemerintah Pusat dengan menghubungkan dua pulau di Provinsi Kepri itu lewat jalan bebas hambatan atau jalan tol.
"Ini merupakan satu fokus rencana strategis saya untuk menghubungkan Batam dan Bintan," ungkap Ansar ketika berkunjung ke Kantor Tribun Batam di Kompleks MCP Industrial, Jalan Kerapu, Kelurahan Tanjung Sengkuang, Kecamatan Batu Ampar, Kota Batam, Provinsi Kepri, Rabu (28/7).
Mantan anggota DPR RI itu menjelaskan, ide tersebut muncul setelah dia mengetahui ada rencana pemerintah pusat membangun jalan tol dari Pelabuhan Batu Ampar ke Muka Kuning.
Pelabuhan Batu Ampar merupakan pelabuhan petikemas terbesar di Kepri.
Sedangkan Muka Kuning adalah kawasan industri yang ada di Kota Batam.

Dari situ, pihaknya meminta agar Pemerintah Pusat membangun lagi jalan tol yang menghubungkan antara Muka Kuning dan Kabil.
Di daerah Kabil terdapat juga kawasan industri.
Tidak jauh dari kawasan, persis di daerah Punggur, ada tapak pancang Jembatan Batam-Bintan.
Jembatan ini menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Bintan melalui Pulau Tanjung Taluk, Pulau Ngenang dan Pulau Tanjung Sauh.
Tapak pancang jembatan ini di Pulau Bintan terdapat di daerah Lobam.
"Terkait Jembatan Batam Bintan terus kami kejar.
Demi mewujudkan rencana ini, saya bukan hanya berkomunikasi dengan pejabat di kementerian.
Saya bahkan turun untuk berkomunikasi dengan pejabat bawah di Pemprov Kepri," tegas Gubernur Kepri ini.
Khusus untuk Jembatan Batam Bintan, Ansar sendiri tidak setuju akan nama Jembatan Kelana Raja Putra.
Nama tersebut diusulkan oleh Penjabat sementara Gubernur Kepulauan Riau, Bahtiar yang memimpin Kepri pada masa transisi antara kepemimpinan H. Isdianto ke H. Ansar Ahmad.
Baca juga: Selain Jembatan Batam Bintan, Gubernur Kepri Usulkan Jalan Bebas Hambatan ke Pusat
Baca juga: Kepala Staf Presiden Moeldoko Tinjau Landing Point Jembatan Batam Bintan
Ansar lebih setuju kalau jembatan ini tetap diberi nama Jembatan Batam Bintan.
Sebab, nama itu mewakili dua daerah yang menjadi tujuan utama jembatan tersebut dibangun.
"Ini akan menjadi ikon baru Provinsi Kepri dan jembatan terpanjang di Indonesia," ungkap suami Dewi Kumalasari Ansar itu.
Jembatan Batam-Bintan merupakan jembatan dengan panjang 14 kilometer.
Penampang jembatan memiliki panjang 7 kilometer.
Sedangkan 7 kilometer lain merupakan ruas jalan yang menghubungkan sisi darat dengan masing-masing tapak pancang baik dari sisi Pulau Batam maupun dari sisi Pulau Bintan.
Ada juga jalan darat yang melintas di Pulau Tanjung Sauh.
Setelah tapak pancang di Pulau Bintan, jalan tol tersebut akan membentang dari Lobam menuju KEK Galang Batang.
Namun, jalan tol tersebut juga akan dibuat bercabang untuk masuk ke Kawasan Wisata Terpadu Lagoi.
"Saya kira semua urusan pembebasan lahan sudah dilakukan dengan baik.
Sejauh ini tidak ada protes dari warga," terang Ansar.
Menurut Ansar, rencana strategis tersebut akan berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi di Kepri, khususnya di Pulau Batam dan Bintan.
Dia menegaskan, Provinsi Kepri merupakan pintu masuk terbesar ke-3 di Indonesia dan pertama di daerah Sumatera dalam hal kunjungan wisatawan mancanegara.
Namun, persentase lama tinggal wisatawan mancanegara di Kepri masih tergolong rendah karena berada pada angka rata-rata 3 hari.
"Nah, kami buat agar wisatawan mancanegara bisa lebih lama tinggal di Kepri, paling kurang 5 hari," ungkap Ansar.
Keberadaan Jembatan Batam Bintan diyakini akan berdampak pada semakin lama waktu tinggal wisatawan mancanegara di Kepri.
Mereka bisa datang melalui pintu masuk di Batam dan bisa berwisata ke Bintan melewati jalan tol dan Jembatan Batam Bintan.
Sebaliknya wisatawan juga bisa masuk ke Kepri melalui Bintan dan berekreasi di Batam.
"Selain itu, kami pun berusaha supaya Karimun juga mulai dilirik wisatawan dan investor," sebut Ansar.
Selama ini wisatawan dan investor tidak mengetahui di mana Karimun.
Oleh karena itu, Ansar mengupayakan penambahan landasan pacu Bandara Raja Haji Abdullah, Tanjung Balai Karimun.
Dengan demikian, para investor dan wisatawan bisa langsung menggunakan pesawat dari Jakarta ke Karimun.
"Sekarang upaya penambahan landasan bandara di Karimun sudah berjalan," tandas Gubernur Kepri tersebut.
Dilirik Investor Amerika dan Tiongkok
RENCANA strategis pembangunan Jembatan Batam Bintan mendapat sambutan hangat dari investor dari luar negeri.
Tidak hanya investor dari Tiongkok, investor dari Amerika juga mulai menunjukkan ketertarikannya untuk membangun jembatan terpanjang di Indonesia ini.
"Sejauh ini investor dari Tiongkok dan China menaruh perhatian untuk membangun Jembatan Batam-Bintan," ungkap Rodi Yantari, Kepala Bidang Bina Marga Pemprov Kepri, Rabu (28/7/2021) lalu.
Menurut Rodi, para investor dari kedua negara meminta data-data terkait Jembatan Batam-Bintan. Pemprov Kepri pun menyambut tawaran tersebut dengan memberikan semua data dan informasi seputar jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Bintan ini.
Baca juga: Gubernur Kepri Kunjungi Tribun Batam, Bahas Jembatan Batam Bintan Terpanjang se-Indonesia
"Pokoknya semua data yang diminta mereka sudah kita berikan," terang Kabid Bina Marga yang berhasil membangun Jembatan I Pulau Dompak itu.
Menurut Rodi, selain membangun komunikasi dengan para investor, Pemprov Kepri juga selalu berkonsultasi dengan pemerintah pusat.
Koordinator dan konsultasi internal di Pemprov Kepri pun berlangsung secara rutin.
"Dalam satu Minggu, kami selalu mencari waktu sekitar 2-3 kali untuk bertemu Pak Gubernur.
Kami melaporkan perkembangan di lapangan dan meminta arahan," terang Kabid Bina Marga Pemprov Kepri itu.
ISMETH Abdullah: Konsep Awal Saya, Jembatan Batam-Singapura
Konsep awal pembangunan Jembatan Batam Bintan diketahui lahir dari H. Ismeth Abdullah.
Dia merupakan gubernur pertama yang memerintah di Provinsi Kepri setelah berpisah dari Provinsi Riau.
Lantas, bagaimana ihwal seputar Jembatan Batam Bintan itu?
Berikut wawancara eksklusif Tribun Batam (TB) dengan Ismeth Abdullah (IA) berikut ini:
TB: Pak Ismeth, semua orang tahu bahwa konsep dasar pembangunan Jembatan Batam Bintan itu lahir dari ide Anda.
Boleh cerita sedikit tentang konsep itu?
IA: Yah, konsep itu lahir ketika Provinsi Kepri belum ada.
Ide dasarnya adalah bagaimana membangun Batam dan memanfaatkan daerah sekitar untuk menunjang pembangunan Batam sekaligus mengembangkan daerah itu.
Nah, saya ingin mengembangkan potensi-potensi yang ada di Pulau Bintan.
Maka munculah konsep Jembatan Batam Bintan itu.
TB: Kok, ide tersebut tiba-tiba muncul di benak Anda?
IA: Sebenarnya ide awal mau membangun jembatan antara Batam dengan Singapura.
Waktu itu sekitar tahun 2002-2003, saya sendiri masih berada di Otorita Batam.
Saya lalu mengajukan keinginan saya kepada Bapak BJ Habibie.
Konsepnya adalah tidak pernah pakai uang dari APBN.
Jadi, Singapura bangun jembatan sampai di titik tengah dan kita juga bangun jembatan sampai di titik tengah sehingga terhubung.
Kami siap mencari investor kok.
TB: Lalu bagaimana tanggapan Pak Habibie kala itu?
IA: Oh, Beliau setuju. Makanya beliau menugaskan saya untuk membangun komunikasi dengan Singapura.
Nah, setelah itu saya langsung pergi dan berkomunikasi langsung dengan pejabat-pejabat di Singapura Development Board.
Mereka antusias dan menyambut baik. Namun, mereka mengatakan akan menyampaikan usulan itu kepada Pemerintah Singapura.
Setelah satu minggu, mereka memberikan informasi kalau Pemerintah Singapura belum setuju akan rencana tersebut.
Pemerintah Singapura justru menawarkan konsep Kapal Roro (roll on roll off) Batam-Singapura.
TB: Apa tanggapan anda terkait tawaran Pemerintah Singapura?
IA: Saya kembali lalu coba menawarkan kepada pengusaha-pengusaha di Indonesia.
Tetapi mereka lebih senang mengembangkan kapal penumpang Batam-Singapura yang masih terus beroperasi hingga saat ini.
TB: Setelah itu, bagaimana akhirnya muncul konsep membangun Jembatan Batam Bintan?
Apakah Singapura tidak diajak lagi untuk membangun jembatan ini?
IA: Nah, setelah rencana membangun Jembatan Batam Bintan itu gagal, kami mau tunjukkan kepada Singapura bahwa kita bisa mengembangkan Batam dan sekitarnya menyaingi mereka.
Tetapi, lebih dari itu, sebenarnya ada masalah sedikit antara Otorita Batam dengan Singapura pada tahun 2003.
Waktu itu, kita buka tender untuk membangun Pelabuhan Peti Kemas di Batu Ampar.
Tender pertama tidak jadi. Pada tender kedua, ada perusahaan Singapura ikut dan perusahaan itu menang tender.
Karena memang administrasinya lengkap.
Tetapi setelah itu, kami undang untuk mewujudkan rencana itu.
Perusahaan itu tidak pernah datang. Banyak sekali alasannya ketika kita undang untuk membahas tindak lanjut rencana itu.
Di situ kita baru tahu kalau Singapura memang tidak mendukung kita berkembang.
Kita kemudian membuka tender ketiga.
Waktu itu tender dimenangkan oleh perusahaan dari Prancis.
Tetapi ketika kita mau tindak lanjut, perusahaan itu juga mengaku tidak bisa membangun Proyek Pelabuhan Peti Kemas itu.
TB: Lantas, bagaimana rencana pembangunan Jembatan Batam Bintan setelah itu?
IA: Oh, kita tetap bertekad untuk membangun Jembatan Batam Bintan.
Kami memastikan tidak memakai uang dari APBN. Pada 2003.
Saya ditunjuk untuk menjadi Pejabat Gubernur Kepri.
Saya beralih ke Provinsi Kepri dan mulai membangun semuanya.
Sekali lagi, tidak membangun dari uang APBN.
Saya bangun pusat pemerintahan, masjid, kampus, jembatan-jembatan di Pulau Dompak,...dll, semuanya menggunakan uang dari investor.
Semuanya berhasil dengan baik. Sampai Kepala Bappenas kala itu heran melihat kita.
TB: Mengapa Anda tidak mau menggunakan uang dari APBN?
IA: Sangat ribet kalau menggunakan uang dari APBN.
Satu sisi, mengurus administrasinya begitu sulit.
Di sisi lain, pembangunannya sudah pasti memakan waktu lebih dari satu tahun dan kemungkinan besar bisa gagal.
Karena, selama tahun-tahun berjalan, pemerintah pusat bisa saja punya prioritas lain dan proyek kita ditinggalkan.
TB: Anda yakin bisa membangun Jembatan Batam Bintan tanpa uang dari APBN?
IA: Oh, saya sangat yakin. Saya siap mencari investor dan saya memastikan bersedia membangun Jembatan Batam Bintan.
Beberapa investor sudah menyurati saya waktu itu.
Bahkan setelah saya pensiun pun, ada investor masih berkomunikasi dengan saya.
Menanyakan soal pembangunan Jembatan Batam-Bintan itu.
Bappenas saja sudah menyediakan uang pinjaman lunak untuk rencana ini, itu bukan uang dari APBN.
Saya malah sudah urus Sekdaprov Kepri, Pak Suhajar Diantoro ketika itu untuk mengurus itu.
TB: Nah, mengapa setelah periode kepemimpinan Anda, ada beberapa investor, dari Tiongkok misalnya, coba menjajaki investasi Jembatan Batam Bintan tetapi itu hilang jejak hingga sekarang?
IA: Oh, kalau soal itu, saya tidak mau berkomentar. Karena saya tidak berada lagi di dalam lingkaran pemerintahan.
Tetapi, menurut saya, tentu setiap pemerintah tentu mempunyai prioritas tersendiri dalam menjalankan pemerintahannya.
TB: Baik, Pak Ismeth. Sebenarnya seperti apa konsep anda terkait Jembatan Batam Bintan waktu itu?
IA: Saya sudah meminta ITB untuk membuat kajian-kajian teknis.
Saya bayar mereka agak mahal. Hasil kajiannya sudah ada.
Kira-kira lokasi dan tapak-tapak jembatan tidak jauh berbeda dengan yang ada saat ini.
Panjangnya kira-kira sama. Tingginya bahkan mencapai 60 meter sehingga kapal-kapal besar bisa melintas di bawahnya.
TB: Apakah anda yakin pembangunan Jembatan Batam Bintan ini berhasil?
IA: Saya kira kalau ini diperjuangkan sungguh-sungguh maka rencana itu bisa terwujud.
Lagi pula, Presiden juga memasukkan ini dalam rencana strategisnya.
Tetapi, kalau masih mengandalkan uang dari APBD, maka kemungkinan besar bisa gagal.
Sebab, pemerintah mempunyai prioritas yang berbeda-beda setiap tahun.
Lagi pula, masalah pandemi Covid-19 ini belum teratasi dengan baik.
Keterangan Jembatan Batam Bintan:
* Panjang Jembatan: 7, 68 km
- Pulau Batam-Pulau Tanjung Sauh: 2,12 km
- Pulau Tanjung Sauh-Pulau Bintan: 5,56 km
* Lebar: 33 meter
* Anggaran: Rp13, 66 triliun
* Panjang Jalan Darat: 7,06 km
- Pulau Batam: 1,64 km
- Pulau Tanjung Sauh: 3,35 km
- Pulau Bintan: 2,07
* Tahun pengerjaan: 2022-2024
* Tahun anggaran: 2022-2025.(TRIBUNBATAM.id/Thomm Limahekin)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Kepri