Pilu di Masa Pandemi, Pasutri Terdampak Covid-19 Jual Parabotan Rumah Demi Sesuap Nasi
Dampak virus corona yang kemudian beken dengan istilah Covid-19 dan PPKM Level 4 sangat dirasakan pasutri Ruslan Permana (31) dan Novi Sovianti (33)
TRIBUNBATAM.id - Dampak virus corona yang kemudian beken dengan istilah Covid-19 sangat dirasakan pasutri Ruslan Permana (31) dan Novi Sovianti (33).
Untuk sekadar bertahan hidup keduanya menjual satu per satu peralatan rumah tangga dan harta yang tersisa.
Terkadang, Novi tak kuasa menahan tangis saat sang anak meminta uang jajan.
Covid-19 dan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 di Bandung, berdampak luar biasa pada mereka.
Ruslan Permana dan Novi Sovianti tinggal di Kampung Panagelan, RT 02/04, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
Melansir TribunnewsVideo, keluarga yang tinggal di rumah sederhana milik orangtuanya itu, terpaksa harus menjual berbagai macam alat rumah tangga dengan harga murah di Facebook.
Novi mengatakan, dampak tersebut bermula saat suaminya yang baru bekerja sebulan di Bali, akhirnya harus diberhentikan pada Maret 2020 lalu.
Baca juga: Daftar Artis Jatuh Miskin Dampak Covid-19, Makan Susah Hingga Banting Stir Jualan Mi dan Kopi
Perekonomian mereka carut-marut setelah adanya penerapan PPKM karena usahanya menjadi buntu.
Seperti dilansir Tribunnews.com berikut fakta-fakta kegetiran pasutri ini menjalani hidup di masa pandemi dan penerapan PPKM Level 4, berdasarkan pengakuan keduanya:
1. Jual parabot rumah tangga
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, terpaksa harus menjual berbagai macam alat rumah tangga dengan harga yang murah.
Ini dilakukan demi membeli beras untuk makan sehari-hari.
Novi mengatakan, dampak tersebut bermula saat suaminya yang baru bekerja sebulan di Bali dengan iming-iming upah Rp 300 ribu per pekan akhirnya harus diberhentikan pada Maret 2020 yang lalu.
"Sejak saat itu, suami saya selama delapan bulan di Bali tanpa ada kejelasan dan tanpa penghasilan.
Hanya untuk biaya makan sehari-harinya juga cukup sulit," ujar Novi saat ditemui di rumahnya, Jumat (23/7/2021) akhir pekan lalu.
2. Usaha yang Dirintis Terkena Kebijakan PPKM
Setelah delapan bulan di Bali, kata Novi, suaminya pulang dan sempat merintis usaha jualan stroberi, dengan pemasaran ke konsumen yang ada di wilayah Jabodetabek.
Usaha itu bisa memenuhi kebutuhan keluarganya yang berjumlah delapan orang, termasuk dua anaknya yang tinggal di satu atap rumah yang berada di gang sempit.
"Tapi terdampak lagi kebijakan PPKM Darurat.
Sejak saat itu tidak bisa kirim barang ke konsumen seperti ke Jakarta, karena usaha di sana juga banyak yang tutup," katanya.
3. Sang ayah stroke 2 bulan lalu
Kesusahan Novi, semakin bertambah ketika ayahnya terkena stroke sejak dua bulan lalu.
Hal itu membuat ia tak bisa beraktivitas seperti biasa, karena harus menjaga ayahnya yang kini terbaring lemas di rumah yang rencana akan dijualnya.
Kondisi itu membuat Novi dan suaminya pun kian sulit.
Baca juga: Beragam Upaya Wali Kota Tanjungpinang Atasi Dampak Pandemi dan Tekan Kasus Covid
Apalagi di keluarganya tidak ada satupun yang memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap, sedangkan suaminya hanya buruh serabutan.
"Sekarang suami juga bisa kerja kalau ada yang nyuruh saja, karena dia bisa nyetir, jadi bisa menjadi sopir," ucap Novi.
4. Jual speaker di Facebook
Akibat kesulitan perekonomian itu, Novi harus menjual peralatan rumah tangga hingga pakaian, seperti panci, helm, rice cooker hingga yang teranyar menjual speaker yang dipajang di media sosial Facebook.
"Jual rice cooker Rp 5 ribu ke tukang rongsok, kalau speaker Rp 50 ribu, uangnya buat beli beras dan jajan anak-anak.
Makanya saya netes air mata kalau anak minta jajan juga.
Saya juga malu karena sering dikirim beras sama saudara," ujarnya.
5. Tak pernah dapat bantuan pemerintah
Meski perekonomiannya sudah berada di ujung tanduk, ironisnya keluarga ini belum pernah mendapatkan uluran bantuan apa pun dari pemerintah, karena salah satu masalah domisili.

Sebab meskipun ia dan keluarganya sudah dua tahun tinggal di Cisarua, Bandung Barat, tapi Kartu Keluarganya (KK) masih berdomisili di Kota Cimahi.
"Bantuan enggak ada selama pandemi Covid-19, katanya harus bikin surat pindah," kata Novi.
6. Akan jual rumah
Rencananya untuk ke depan, ia bakal menjual rumah yang saat ini ditinggalinya selama dua tahun terakhir.
Novi dan keluarganya akan tinggal kembali di Kota Cimahi, untuk mencari peluang mendapatkan pundi-pundi.
"Mau pindah lagi ke Cimahi karena kalau di sana bisa jualan atau apa yang penting bisa melanjutkan hidup," ujarnya.
.
.
.
Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google
(*/ TRIBUNBATAM.id)
Artikel ini telah tayang di laman GridPop.ID