Jadi Penyedap Rasa Andalan di Dapur, Apakah MSG atau Micin Aman bagi Kesehatan?

Penyedap rasa ini sering digunakan untuk menambah rasa gurih pada makanan dan menjadi salah satu bahan masakan yang selalu ada di dapur.

kompas.com
Ilustrtasi MSG/Micin 

TRIBUNBATAM.id - Siapa yang tak tahu MSG atau micin. Ibu rumah tangga atau orang yang berkutat dengan makanan dan masakan pasti mengenalnya.

Penyedap rasa ini sering digunakan untuk menambah rasa gurih pada makanan dan menjadi salah satu bahan masakan yang selalu ada di dapur.

MSG yang merupakan singkatan dari monosodium glutamat yang berasal dari asam amino glutamat, atau asam glutamat, yang merupakan salah satu asam amino paling melimpah di alam.

MSG adalah aditif makanan umum yang digunakan untuk meningkatkan rasa.

Melansir dari Healthline, Asam glutamat adalah asam amino non-esensial, artinya tubuh juga dapat memproduksinya.

Secara kimiawi, MSG adalah bubuk kristal putih yang menyerupai garam meja atau gula. MSG menggabungkan natrium dan asam glutamat, yang dikenal sebagai garam natrium.

Baca juga: 6 Buah yang Ampuh Menjaga Imun Tubuh di Masa Pandemi, Kaya Vitamin dan Nutrisi!

Asam glutamat dalam MSG dibuat dengan memfermentasi pati, tetapi tidak ada perbedaan kimia antara asam glutamat dalam MSG dan dalam makanan alami.

Namun, asam glutamat dalam MSG mungkin lebih mudah diserap karena tidak terikat di dalam molekul protein besar yang perlu dipecah oleh tubuh.

MSG meningkatkan rasa gurih dan umami dari makanan.

Umami adalah rasa dasar kelima, bersama dengan asin, asam, pahit, dan manis.

Asam glutamat berfungsi sebagai neurotransmitter di otak.

Ini adalah neurotransmitter rangsang, artinya merangsang sel-sel saraf untuk menyampaikan sinyalnya.

Beberapa orang mengklaim bahwa MSG menyebabkan glutamat berlebihan di otak dan stimulasi sel saraf yang berlebihan.

Untuk alasan ini, MSG telah diberi label eksitotoksin.

Ketakutan akan MSG sudah ada sejak tahun 1969, ketika sebuah penelitian menemukan bahwa menyuntikkan MSG dosis besar ke tikus yang baru lahir menyebabkan efek neurologis yang berbahaya.

Baca juga: Promo Belanja Alfamart dan Indomaret (13-17 Agustus 2021), Diskon Beras dan Minyak Goreng

Memang benar bahwa peningkatan aktivitas glutamat di otak dapat menyebabkan kerusakan dan MSG dosis besar dapat meningkatkan kadar glutamat dalam darah.

Dalam satu penelitian, megadosis MSG meningkatkan kadar darah sebesar 556 persen.

Namun, glutamat diet seharusnya hanya berpengaruh sedikit atau tidak berpengaruh pada otak Anda karena tidak dapat melewati sawar darah-otak dalam jumlah besar.

Secara keseluruhan, tidak ada bukti kuat bahwa MSG bertindak sebagai eksitotoksin bila dikonsumsi dalam jumlah normal.

Namun, beberapa orang mungkin mengalami efek samping dari mengonsumsi MSG. Kondisi ini disebut kompleks gejala MSG.

Dalam sebuah penelitian, orang dengan sensitivitas MSG melaporkan reaksi dengan MSG dibandingkan dengan 24,6 persen.

Gejala sensitif terhadap MSG termasuk sakit kepala, sesak otot, mati rasa, kesemutan, dan kelemahan.

Dosis ambang yang menyebabkan gejala tersebut tampaknya sekitar 3 gram per makanan.

Namun, perlu diingat bahwa 3 gram adalah dosis yang sangat tinggi.

Belum diketahui mengapa ini terjadi, tetapi beberapa peneliti berspekulasi bahwa dosis besar MSG memungkinkan sejumlah kecil asam glutamat untuk melintasi penghalang darah-otak dan berinteraksi dengan neuron yang menyebabkan pembengkakan dan cedera otak.

Beberapa mengklaim bahwa MSG juga menyebabkan serangan asma pada individu yang rentan.

Dalam satu studi terhadap 32 orang, 40 persen peserta mengalami serangan asma dengan MSG dosis besar.

Namun, penelitian serupa lainnya tidak menemukan hubungan antara asupan MSG dan asma. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved