HUMAN INTEREST

Perjuangan Baim Jual Bendera Jelang HUT Kemerdekaan RI: Nyaris Tak Ada yang Beli

Pandemi covid-19 jelang HUT Kemerdekaan RI benar-benar membuat Biam harus berjuang untuk meneruskan hidupnya. Bagaimana kisahnya?

TribunBatam.id/Hening Sekar Utami
Penjual bendera di kawasan Tiban, Kecamatan Sekupang Batam, Provinsi Kepri, Baim, Minggu (15/8/2021). 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Cuaca Batam seringkali tidak menentu sejak awal bulan Agustus hingga kini.

Terkadang di pagi hari langit bisa sangat cerah dan temperatur cenderung panas.

Namun beberapa jam kemudian mendung berarak cepat dan hujan deras pun tak dapat diantisipasi.

Pak Baim adalah saksi bagaimana cuaca terus berubah akhir-akhir ini.

Menjelang HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus kala hujan maupun cerah, Pak Baim selalu berada di luar.

Tepatnya di pinggiran Jalan Gajah Mada, Kecamatan Sekupang, Kota Batam, Provinsi Kepri menjaga lapak benderanya.

Seperti hujan yang kerap muncul pada musimnya, lapak-lapak bendera merah putih pun kerap terlihat di berbagai sudut jalan menjelang perayaan 17 Agustus.

Tahun ini, jumlah lapak bendera tampaknya tak kurang dari tahun lalu.

Penjualnya juga tetap itu-itu saja. Di kawasan Tiban Sekupang, Pak Baim bersama anak-anaknya sudah rutin berjualan bendera setiap tahunnya.

Pria asal Palembang berusia 49 tahun ini membuka lebih kurang tiga lapak di sekitar wilayah ini.

"Saya sudah jualan bendera sejak tahun 1994.

Dulu jualnya keliling ke rumah-rumah, memanggul tiang kayu dan bendera.

Kemudian saya buka lapak di pinggir jalan seperti ini, kadang pindah tempat juga sih.

Udah sejak tujuh tahun lalu," ujar Pak Baim kepada TribunBatam.id, Minggu (15/8/2021) pagi.

Usaha ini digelutinya secara turun temurun.

Orangtua Pak Baim dulunya juga seorang penjual bendera musiman.

Baca juga: Gubernur Kepri Minta Warga Tak Gelar Pesta Rakyat saat HUT Kemerdekaan RI

Baca juga: Kabar Terbaru Joni Bocah Pemanjat Tiang Bendera Setinggi 20 Meter yang Viral 3 Tahun Lalu

Hut Kemerdekaan RI dimeriahkan di Komplek GPI Anggrek Tiban
Hut Kemerdekaan RI dimeriahkan di Komplek GPI Anggrek Tiban (ISTIMEWA)

Pada perayaan tujuhbelasan di masa Pak Baim masih muda, umbul-umbul dan bendera merah putih masih terpasang sangat meriah di rumah-rumah, lapangan, ruko maupun tempat-tempat umum.

Saat ini, menurut Pak Baim, antusiasme Warga Batam dalam menyambut hari kemerdekaan cenderung menurun.

Bendera merah putih tetap dipasang, tapi tidak semeriah dan sebanyak tahun-tahun yang berlalu.

Terbukti, jika dibandingkan tahun 2020 lalu, penjualan bendera Pak Baim tahun ini merosot jauh.

Jika di tahun lalu ia bisa menjual hampir 50 persen stok bendera yang dipunya, kini sampai mendekati hari-H perayaan tujuhbelasan, bendera Pak Baim yang terjual masih dapat dihitung jari.

"Kalau tahun ini, saya seperti tak bisa berkata apa-apa lagi.

Benar-benar sepi, nyaris tidak ada yang beli.

Jika dibandingkan tahun lalu sangat anjlok.

Baca juga: Jelang HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus, 32 Anggota Paskibra Lingga Fokus Jalani Latihan

Baca juga: Deretan Uang Koin Edisi Khusus Kemerdekaan, Termahal Bergambar Soeharto Berbahan Emas

Sejak tanggal 5 Agustus tidak ada pembeli lagi," ungkap Pak Baim dengan nada prihatin.

Usaha dan keringatnya tidak sepadan dengan penghasilan yang didapat tahun ini.

Padahal, Pak Baim telah membuka lapaknya dari tanggal 28 Juli dan rencananya akan tutup pada 16 Agustus 2021 ini.

Sejak lapak itu berdiri, maka sejak itu pula Pak Baim tidur, dan makan di pinggir jalan sambil menjaga dagangannya selama 24 jam.

Cuaca tak menentu lagi-lagi membikin para pedagang bendera kelimpungan.

Ia kerap kebingungan berteduh sambil menjaga bendera-benderanya tetap kering kala hujan turun deras.

Jika sudah basah, bendera itu cepat-cepat dikeringkannya agar tetap dalam kondisi baik dan layak jual.

"Salah satu kesulitan kami ini adalah cuaca. Karena berjualan di luar, kami sering kepayahan tiap turun hujan," ujar Pak Baim sembari mendongak menatap langit yang teduh pagi itu.

Untungnya di minggu pagi ini cuaca masih bersahabat.

Tidak hanya hujan yang menjadi kesulitan Pak Baim dalam berdagang.

Masalah keamanan dan keselamatan diri juga ikut dipertaruhkannya.

Anggota paskibra latihan jelang HUT ke-75 Republik Indonesia di kantor Bupati Bintan, Minggu (16/8/2020).
Anggota paskibra latihan jelang HUT ke-75 Republik Indonesia di kantor Bupati Bintan, Minggu (16/8/2020). (TribunBatam.id/Alfandi Simamora)

Oleh karena berdagang selama 24 jam, Pak Baim dan anak-anaknya kerap menjadi bulan-bulanan pencuri.

Dengan hanya menggelar tikar seadanya dan tidur di pinggir jalan terbuka, keamanan harta benda Pak Baim sangat rentan diobrak-abrik pencuri.

Di tahun ini, sudah dua kali ia kemalingan barang ketika sedang tidur di lapaknya.

"Pencuri itu bukannya mencuri bendera atau tiang, tapi barang-barang yang kami bawa seperti hape, dompet, dan tas," ujar Pak Baim.

Pada 1 Agustus 2021 lalu, anak Pak Baim sempat menjadi korban pencurian.

Ketika sedang tertidur di alas tikar, tas berisi ratusan bendera yang dibuatnya sebagai pengganjal kepala, raib diambil orang tak dikenal.

Kejadian kala itu baru membuatnya kehilangan stok bendera.

Belum lagi, Pak Baim juga pernah kemalingan handphone dan dompet dengan cara yang hampir sama.

Ia mengungkapkan, maling selalu beraksi pada sekitar pukul 3 hingga 4 subuh.

"Subuh jalanan sepi, kami inilah yang sering jadi bulan-bulanan pencuri.

Padahal dengan jualan begini pemasukan tak seberapa, tapi masih juga dicuri orang," keluh Pak Baim.

Pak Baim berharap, tahun depan pandemi dapat segera surut, sehingga perayaan tujuhbelasan dapat kembali meriah seperti sedia kala.

Ia berharap, masyarakat dapat ikut membantu perekonomian pedagang bendera seperti dirinya dengan ikut memasang bendera di tiap-tiap rumah.

Satu hari lagi menjelang hari kemerdekaan.

Pak Baim terpaksa harus membereskan barang dagangannya dan kembali ke kediamannya di Punggur, dengan penghasilan minim.

Jika musim tujuhbelasan telah usai, biasanya ia mencari rezeki dengan membuat sapu lidi dan menjualnya ke beberapa toko kelontong.

"Pandemi seperti ini, ibaratnya, cari makan saja susah.

Anak saya dirumahkan dari pekerjaannya di PT, sudah setahun lebih.

Sementara berdagang juga tidak semudah seperti tahun-tahun lalu.

Kami berharap saja pandemi Covid-19 ini segera berakhir," tutup Pak Baim.(TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang Human Interest Story

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved