Riwayat Hidup Lengkap Kolonel Alex Kawilarang Sang Pendiri Kopassus TNI AD

Kolonel Alex Kawilarang adalah sosok dibalik terbentuknya Kopassus, pasukan khusus terbaik TNI AD

twitter
Kolonel Alex E Kawilarang, sosok di balik berdirinya pasukan khusus Kopassus TNI AD 

TRIBUNBATAM.id - Impian Kolonel Alex Kawilarang untuk membentuk pasukan khusus di tubuh TNI sebenarnya sederhana.

Yakni supaya ada pasukan tersendiri dengan tugas dan kemampuan yang lebih terspesialisasi.

Maka, Alex Kawilarang bersama Lektol Slamet Riyadi membicarakan ide tesebut. Mereka kemudian menghugungi Idjon djanbi, seorang perwira KNIL.

Dikutip dari wikipedia, Idjon Djanbi atau Letnan Kolonel Inf. Mochammad Idjon Djanbi bernama lengkap Rokus Bernardus Visser.

Sesuai namanya, dia adalah pria berdarah Belanda yang kemudian bergabung dengan Indonesia dan beragama Islam.

Idjon Djanbi adalah mantan anggota Korps Speciale Troepen KNIL.

KNIL adalah singkatan dari Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda selama pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.

Baca juga: Anak Petinggi Kopassus Yatim Piatu Sejak Kecil, Letda Nugra Pussaka Kini Sakit Kanker

Kepada Idjon Djanbi, Alex Kawilarang memintanya untuk bergabung membentuk pasukan khusus di tubuh TNI.

Permintaan tersebut diamini. Idjon Djambi, perwira Belanda tersebut lantas aktif di TNI dengan pangkat mayor.

Dilansir dari buku '100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20' oleh Tim Narasi, Idjon Djambi segera melatih kader perwira dan bintara untuk menyusun pasukan.

Setelah satu kompi satuan terbentuk, jadilah ia sebagai komanda pertama.

Akhirnya Indonesia punya satuan pasuan khusus yang bisa dibanggakan.

Pasukan berbaret merah ini yang kemudian dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Siapa Alek Kawilarang?

Nama lengkapnya adalah Kolonel Inf (Purn) Alexander Evert Kawilarang.

Alex Kawilarang adalah tokoh salah satu tokoh penting yang pernah dimiliki militer Republik Indonesia.

Ia adalah tokoh dibalik pembentukan komando pasukan khusus (Kopassus) TNI, pasukan elit di tubuh angkatan darat.

Dibesarkan di tengah keluarga prajurit, Kolonel Inf (Purn) Alexander Evert Kawilarang mencintai dunia militer hingga akhir hayatnya.

Dilansir dari buku 'Pribumi Jadi Letnan KNIL' pada saat SD, pernah Alex Kawilarang yang masih bocah diperbolehkan ikut serta dalam latihan patroli selama satu hari penuh. Sejak itu, cita-cita Alex Kawilarang menjadi prajjurit sejati terpatri di dada.

Alex Kawilarang lahir di Jakarta 23 Pebruari 1920.

Jabatan terakhir dalam pemerintahan resmi adalah Atase Militer di KBRI Washington (1957).

Setelah tahun itu nama Alex Kawilarang lebih sering dihubung-hubungkan dengan angkatan perang PRRI/Permesta (1959).

Alex Kawilarang dikenal sebagai seorang yang berdarah militer.

Ayahnya seorang perwira KNIL yang pada tahun 1910 sudah mendapat pendidikan sekolah perwira di Jatinegara.

Alex Kawilarang sendiri setelah menyelesaikan sekolah menengahnya di Bandung masuk CORO (Corps Opleiding Reserve Officieren =Korps Pendidikan Perwira Cadangan).

Pada tahun 1941, Alex Kawilarang masuk Koninklijk Militair Academia = Akademi Militer Kerajaan (KMA), yang dipindahkan dari Breda (Belanda) ke Hindia setelah serbuan Jerman atas Belanda (1940).

Karena dinilai sangat cakap, Alex Kawilarang ditunjuk menjadi instruktur pada akademi militer tersebut dan ikut bertempur melawan Jepang, bahkan ia pernah merasakan siksaan sebagai tawanan Jepang.

Pada awal revolusi Alex Kawilarang bersama sejumlah rekannya di CORO dan KMA ikut menyusun tentara keamanan rakyat di wilayah Jawa Barat.

Baca juga: Prajurit Kopassus Sintong Panjaitan Menaklukkan Warga Lembah X Pegunungan Jaya Wijaya Papua

Pada awal 1946 Alex Kawilarang diangkat sebagai Komandan Brigade II untuk wilayah yang mencakup Cianjur, Bogor dan Sukabumi dengan pangkat Letnan Kolonel.

Dalam Agresi Belanda pertama (pertengahan 1947), Alex Kawilarang mendapat ultimatum dari Belanda untuk menyerah, akan tetapi Alex Kawilarang menjawab bahwa ia bersama rekannya lebih suka mati dari pada menyerah.

Kota Sukanegara yang menjadi markas Brigade II direbut Belanda, namun Alex Kawilarang telah membumihanguskannya terlebih dahulu.

Seiring dengan berlakunya Perjanjian Renville, Alex Kawilarang ikut pindah ke Yogyakarta.

Pada bulan Agustus 1948 Alex Kawilarang dikirim ke Sumatera untuk ikut mengadakan reorganisasi ketentaraan di sana.

Membasmi Pemberontakan

Setelah penyerahan kedaulatan ia diangkat sebagai Panglima Teritorium Sumatera Utara dan berkedudukan sebagai Gubernur Militer (1950).

Alex Kawilarang kemudian ditugaskan untuk menumpas pemberontakan militer Andi Azis di Sulawesi Selatan.

Dalam operasi tersebut ia diangkat sebagai Panglima dari semua satuan (darat, laut dan udara) yang bertugas menjalankan operasi di wilayah Indonesia Timur.

Setelah pemberontakan tersebut berhasil ditumpas, Alex Kawilarang kembali ditugaskan untuk mengatasi pemberontakan RMS di Maluku dan Kahar Muzakar.

Pada bulan Nopember 1951, Alex Kawilarang diangkat sebagai Komandan Teritorium III Jawa Barat dengan pangkat Letnan Kolonel.

Pada saat inilah Alex Kawilarang mewujudkan dibentuknya Kesatuan Komando yang terlatih bertempur dalam satuan-satuan kecil yang serba bisa dan dapat diandalkan.

Alex Kawilarang pun meminta Idjon Djanbi untuk melatih kader perwira dan bintara untuk membentuk pasukan khusus, yang kini dikenal sebagai Kopassus.

Sebagai Panglima Divisi Siliwangi ia terjun langsung dalam penumpasan gerombolan Darul Islam pimpinan Karto Suwiryo.

Alex Kawilarang diangkat sebagai Atase Militer di KBRI Washington hingga tahun 1957.

Ia selanjutnya mengajukan pengunduran diri karena tidak setuju dengan kebijaksanaan pemerintah pusat dalam menangani kasus Permesta.

Sejak saat itu namanya sering dicantumkan sebagai Kepala Staf Angkatan Perang PRRI/Permesta.

Perintis Pasukan Komando di TNI

Pasukan Komando pertama kali dimiliki oleh TNI AD berkat ide seorang yang berpengalaman di satuan militer Belanda KNIL, dan merupakan pejuang Repulik Indonesia di masa perang mempertahankan kemerdekaan, yakni Alexander Evert Kawilarang.

Pada tanggal 16 April 1952, Kolonel A.E. Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).

Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku.

Saat itu A.E. Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS.

A.E. Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.

Selanjutnya, sebagaimana yang dikutip dari laman kopassus.mil.id, melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial III No. 55/Inst/PDS/52 tanggal 16 April 1952 terbentuklah KESATUAN KOMANDO TERITORIUM III yang merupakan cikal bakal “Korps Baret Merah”.

Sebagai Komandan pertama dipercayakan kepada Mayor Mochammad Idjon Djanbi. Idjon Djanbi adalah mantan kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada, yang memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser.

Pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).

Selanjutnya tanggal 18 Maret 1953, Markas Besar (Mabes) Angkatan Bersenjata Republi Indonesia (ABRI: nama TNI waktu itu) mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).

Selanjutnya pada tahun 1955 namanya diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dengan menambah kualifikasi Para kepada setiap prajuritnya.

Tahun 1966 satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (PUSPASSUS TNI AD).

Berganti lagi menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha disingkat KOPASSANDHA pada tahun 197.

Terakhir tahun 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) sampai sekarang.

Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat

Pada bulan Agustus 1956, Mayjen Nasution sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat menunjuk Kawilarang sebagai Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat dengan pangkat brigadir jenderal.

Des Alwi, seorang tokoh pemuda 1945 menyebut Kawilarang sebagai seorang tentara asli yang jujur dan tidak main politik.

Pada tanggal 15 April 1999, Kawilarang akhirnya memperoleh pengakuan atas jasa-jasanya dalam ikut membentuk Kopassus.

Pada peringatan hari jadi Kopassus ke-47, Kawilarang diterima sebagai Warga Kehormatan Kopassus di Markas Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur.

Sebagai tandanya, ia dianugerahi sebuah baret merah dan pisau komando.

Pada tahun 1961, Kawilarang menerima amnesti dan abolisi dari Presiden Soekarno melalui Keppres 322/1961.

Namanya kemudian direhabilitasi.

Kawilarang kemudian pensiun dari dinas TNI, namun pangkatnya diturunkan menjadi kolonel purnawirawan.

Kawilarang menikah dua kali. Pertama dengan Petronella Isabella van Emden pada tanggal 16 Oktober 1952.

Mereka bercerai pada tahun 1958. Kedua dengan Henny Olga Pondaag, mantan istri Ventje Sumual, sahabatnya dalam perjuangan Permesta.

Dari pernikahannya yang pertama, ia memperoleh dua orang anak: Aisabella Nelly Kawilarang dan Alexander Edwin Kawilarang.

Dari pernikahannya yang kedua, ia memperoleh seorang anak yakni Pearl Hazel Kawilarang.

Sebagian artikel diambil dari: Tribunmanado.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved